Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
7 pages
1 file
Banyak pengertian inflasi yang dapat kita jumpai pada beberapa sumber. Diantaranya: v Inflasi adalah kenaikan harga secara umum Inflasi dikatakan sebagai suatu proses kenaikan harga, yaitu adanya kecenderungan bahwa harga barang meningkat secara terus-menerus.
KONSERVASI DAN REKLAMASI LAHAN, 2018
Siklus hidrologi, curah hujan yang sampai ke permukaan akan bergerak sebagai aliran permukaan atau meresap ke dalam tanah sebagai infiltrasi. Infiltrasi itu sendiri adalah salah satu proses yang mempunyai arti penting dalam tata air pertanian. Infiltrasi sering dihubungkan dengan perkolasi karena keduanya memang memiliki hubungan yang erat. Infiltrasi merupakan proses masuknya air ke dalam lapisan permukaan tanah secara vertikal sedangkan perkolasi merupakan bergeraknya air ke bawah dalam profil tanah. Jadi peristiwa infiltrasi menyediakan air untuk perkolasi. Jika air dalam tanah tidak bergerak vertikal tapi ke arah horizontal disebut perembesan lateral, yang disebabkan permeabilitas lapisan tanah yang tidak seragam. Pengukuran infiltrasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur infiltrasi yaitu dengan menggunakan metode Double Ring Infiltrometer. Metode ini pada prinsipnya adalah mengukur penurunan permukaan air dalam ring. Terdapat dua ring yang digunakan untuk mencegah perembesan air secara lateral pada ring dalam. Metode ini merupakan cara langsung yang dapat dengan mudah mengukur infiltrasi pada satuan luas lahan dengan biaya yang relatif murah. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan pengukuran laju infiltrasi dengan metode Double Ring Infiltrometer.
Abstrak— Infiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan tanah, atau proses meresapnya air dari permukaan tanah melalui pori-pori tanah. Laju infiltrasi adalah banyaknya air persatuan waktu yang masuk melalui permukaan tanah dinyatakan dalam mm jam-1 atau cm jam-1. Pada saat tanah masih kering, laju infiltrasi cenderung tinggi. Setelah tanah menjadi jenuh air, maka laju infiltrasi akan menurun dan menjadi konstan. Kondisi permukaan, seperti sifat pori dan kadar air tanah, sangat menentukan jumlah air hujan yang diinfiltrasikan dan jumlah runoff. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastis karena pengaruh anthropogenik. Praktikum ini dilakukan di da tempat yakni stadion UMM untuk infiltrasi dan arboretum untuk peta vegetasi. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kecepatan penembusan air kedalam tanah serta mengetahui gambaran pola penyebaran dari suatu vegetasi pada lokasi pengamatan. Untuk dapat memenuhi tujuan tersebut maka dilakukanlah sebuah pengamatan lapang atau praktikum lapang. Dari data yang didapat selama praktikum dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan kecepatan penembusan air ke dalam tanh pada tempat yang ternaungi dan tidak ternaungi, selain daripada itu pola penyebaran vegetasi di arboretum merupakan pola penyebaran asosiasi.
PENDAHULUAN Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia kedokteran. Namun sampai sdaat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan infertil untuk memperoleh anak. Perkembangan ilmu infertilitas lebih lambat dibanding cabang ilmu kedokteran lainnya, kemungkinan disebabkan masih langkanya dokter yang berminat pada ilmu ini. 1 Sesuai dengan definisi fertilitas yaitu kemampuan seorang isteri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilinya,maka pasangan infertil haruslah dilihat sebagai satu kesatuan. Penyebab infertilitaspun harus dilihat pada kedua belah pihak yaitu isteri dan suami. Salah satu bukti bahwa pasangan infertil harus dilihat sebagai satu kesatuan adalah aadanya faktor imunologi yang memegang peranan dalam fertilitas suatu pasangan. Faktor imunologi ini erat kaitannya dengan faktor semen/sperma, cairan/lendir serviks dan reaksi imunologi isteri terhadap semen/sperma suami. Termasuk juga sebagai faktor imunologi adanya autoantibodi. 1,2 Lebih kurang seperlima pasangan usia subur di Amerika Serikat adalah pasangan infertil. Limabelas persen diantaranya tergolong infertil yang tidak jelas penyebabnya (unexplained infertility). Banyak bukti yang menjelaskan bahwa ada peranan faktor imunomodulasi pada pasangan ini. Aspek penting dari imunomodulasi ini adalah adanya antibodi anti sperma (ASA). 3. Beberapa penelitian telah dilakukan terutama dinegara maju untuk mengetahui hubungan faktor imunologi ini dengan fungsi reproduksi suatu pasangan. Diantara penelitian ini yaitu menemukan antigen pada sperma, cara-cara identifikasi antigen/antibodi dalam tubuh, dan penatalaksanaan apa yang memungkinkan diberikan pada pasangan infertil dengan faktor imunologi ini. Terjadinya infertilitas pada suatu pasangan yang mempunyai antibodi antisperma secara teoritis dikarenakan tingginya kadar antibodi antisperma pada cairan vagina,serviks, uterus atau tuba. Walaupun antibodi antisperma terdapat dalam serum seseorang, belum tentu orang tersebut mempunyai antibodi antisperma yang tinggi kadarnya dalam cairan genitalianya. 4 . Penemuan antibodi antisperma juga memberiakan suatu ide bagi beberapa ilmuwan untuk mengembangkan suatu vaksin kontrasepsi berdasarkan antigen sperma. 5,6 BEBERAPA PENYEBAB INFERTILITAS Banyak faktor yang menyebabkan mengapa seorang wanita tidak bisa atau sukar menjadi hamil setelah kehidupan seksual normal yang cukup lama. Diantara faktor-faktor tersebut yaitu faktor organik/fisiologik, faktor ketidakseimbangan jiwa dan kecemasan berlebihan. Dimic dkk di Yugoslavia mendapatkan 554 kasus (81,6%) dari 678 kasus pasangan infertil disebabkan oleh kelainan organik, dan 124 kasus (18,4%) disebabkan oleh faktor psikologik. Ingerslev dalam penelitiannya mengelompokkan penyebab infertilitas menjadi 5 kelompok yaitu faktor anatomi, endokrin, suami, kombinasi, dan tidak diketahui (unexplained infertility) 7,8 Sumapraja membagi masalah infertilitas dalam beberapa kelompok yaitu air mani, masalah vagina, masalah serviks, masalah uterus, masalah tuba, masalah ovarium, dan masalah peritoneum. Masalah air mani meliputi karakteristiknya yang terdiri dari koagulasinya dan likuefasi, viskositas, rupa dan bau, volume, pH dan adanya fruktosa dalam air mani. Pemeriksaan mikroskopis spermatozoa dan uji ketidakcocokan imunologi dimasukkan juga kedalam masalah air mani. 1 Masalah vagina kemungkinan adanya sumbatan atau peradangan yang mengirangi kemampuan menyampaikan air mani kedalam vagina sekitar serviks. Masalah serviks meliputi keadaan anatomi serviks, bentuk kanalis servikalis sendiri dan keadaan lendir serviks. Uji pascasenggama merupakan test yang erat berhubungan dengan faktor serviks dan imunologi. 1 Masalah uterus meliputi kontraksi uterus, adanya distorsi kavum uteri karena sinekia,mioma atau polip, peradangan endometrium. Masalah uterus ini menggangu dalam hal implantasi, pertumbuhan intra uterin, dan nutrisi serta oksigenasi janin. Pemeriksaan untuk masalah uterus ini meliputi biopsi endometrium,histerosalpingografi dan histeroskopi. 9
Penelitian dalam makalah ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesadaran lingkungan dan pendidikan berkelanjutan dalam pengajaran kimia dengan menggabungkan isuisu sosial ilmiah, analisis siklus daur hidup (Life Cycle Analysis atau LCA) melalui pembelajaran berbasis inquiry (Inquiry based learning). Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneletian desain (design research) dimana guru mengembangkan konsep pengajaran LCA (life cycle analysis) yang dipadukan dengan IBL (Inquiry Based Learning) dalam pembelajaran kimia di tiap tingkatan sekolah. Tahap pertama pada siklus desain penelitian ini adalah dengan melibatkan 20 guru kimia dari SD hingga SMA dan 2 peneliti untuk mengikuti pelatihan LCA-IBL. Hal ini bertujuan agar para guru dan peneliti secara bersama-sama dapat menciptakan dan menguji konsep pengajaran kimia yang menggabungkan LCA-IBL. Konsep pengajaran ini menekankan pada pentingnya tanggung jawab siswa dalam menjaga lingkungannya.
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua macam barang saja tidak dapat dikatakan sebagai inflasi kecuali kenaikan tersebut membawa dampak terhadap kenaikan harga sebagian besar barang-barang lain. Kecenderungan untuk menaik terus-menerus berarti kenaikan harga selama satu musim atau selama satu periode waktu saja tidak dapat dikatakan sebagai inflasi, seperti misalnya kenaikan harga menjelang hari raya. Kata kecenderungan pada definisi inflasi tersebut perlu diperhatikan. Jika seandainya harga sebagian besar barang-barang ditentukan dan diatur oleh pemerintah, maka harga-harga yang dicatat adalah harga resmi yang diatur oleh pemerintahsehingga mungkin tidak menunjukkan kenaikan apapun, tapi mungkin dalam kenyataannya harga yang terjadi dimasyarakat cenderung untuk terus naik. Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjdi inflasi, yaitu: • Kenaikan harga • Bersifat umum • Berlangsung terus menerus Penggolongan Inflasi ▲ Menurut laju inflasi pertahun Inflasi dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: • Inflasi ringan (dibawah 10% setahun) • Inflasi sedang (antara 10%-30% setahun) • Inflasi berat (antara 30%-100% setahun) • Hiperinflasi (diatas 100% setahun) ▲ Atas dasar sebab terjadinya Inflasi Berdasarkan penggolongan ini, inflasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (sukirno, 1997, hal.303): • Demand pull inflation, yaitu inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat dan permintaan ini tidak diimbangi dengan tersedianya barang yang disediakan oleh suatu perekonomian. Misalnya, bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan mencetak uang, atau bertambahnya permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor atau juga karena bertambahnya investasi karena adaya kredit yang murah.[4] Inflasi tekanan permintaan (Demand pull inflation) adalah inflasi yang terjadi karena dominanya tekanan permintaan agregat. Tekanan permintaan meneybabkan output perekonomian bertanbah, tetapi disertai inflasi, doilihat dari makin tingginya harga umum. Dalam inflasi ini tidak selalu berarti penawaran agregat tidak bertambah. Yang pasti, kalaupun terjadi penawaran agregat, jumlahnya lebih kecil dibanding peningkatan permintaan agregat.[5]
Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terdapat kenaikan harga umum secara terus-menerus. Jadi, bukan harga satu atau dua acam barang saja, melainkan kenaikan harga dari sebagian besar barang dan jasa, dan pula bukan hanya satu atau dua kali kenaikan harga secara terus menerus. Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan ongkos serta pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan permasalahan inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter . Maka dari itu munculah kebijakan moneter, Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
Abstrak Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 g. BBLR merupakan prediktor utama angka kesakitan dan kematian bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan faktor risiko ibu, plasenta, janin dan lingkungan yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross-sectional dengan mengumpulkan data retrospektif rekam medis ibu yang melahirkan bayi BBLR di RSUP Dr. M. Djamil Padang dari Januari sampai Desember 2012. Pada 72 sampel yang didapatkan, faktor risiko janin dengan jenis kelamin laki-laki (61,1%) dan status sosioekonomi rendah (52,8%) memiliki proporsi yang lebih besar pada kejadian BBLR. Analisis bivariat chi-square menunjukkan faktor risiko anemia (p=0,001) dan kelainan plasenta (p=0,049) memiliki hubungan statistik yang signifikan terhadap kejadian BBLR prematur dan dismatur. Pengaruh terbesar secara statistik terdapat pada faktor risiko anemia (p=0,001) dan paritas (p=0,022) pada analisis multivariat regresi logistik. Anemia, kelainan plasenta dan paritas merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR prematur dan dismatur di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Abstract Low birthweight (LBW) is a birth weight under 2500 g. LBW is a major predictor of infant morbidity and mortality. The objective of this study was to determine maternal, placental, fetal and environmental risk factors that influencing LBW. This was a cross-sectional study by obtaining retrospective datas from medical records of mother who delivered LBW babies at RSUP Dr. M. Djamil Padang from January until December 2012 period. Male fetal sex (61.1%) and low socioeconomic status (52.8%) were found in high rates on total 72 cases of LBW. Chi-square test showed anemia (p=0.001) and placental abnormalities (p=0.049) were statistically significant in LBW with premature and dysmature. Logistic regression test indicates anemia (p=0.001) and parity (p=0.022) are statistically influence LBW. Anemia, placental abnormalities and parity are significant risk factors resulting low birth weight babies with premature and dismature in RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
AL ITQAN Jurnal Studi Al-Qur'an, 2015
Inflasi dalam perekonomian indonesia, 2022