Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
8 pages
1 file
Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam. Umat islam percaya bahwa Al-Qur’an merupakan puncak dan penutup Wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui perantara Malaikat Jibril.
Al Qur'an yang ditururunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat JIbril merupakan surat dari Allah kepada seluruh manusia. Pesan Al Qur'an tidak terbatas pada pewarnaan kehidupan orang-orang tertentu, untuk lingkungan serta kurun waktu tertentu, akan tetapi diperuntukkan kepada seluruh umat manusia.
Alquran adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah swt. Tuhan semesta alam, kepada Rasul dan Nabi-Nya yang terakhir Muhammad saw. dengan perantaraan malaikat Jibril as untuk disampingkan kepada seluruh umat manusia sepanjang zaman. 1 Secara lughawi, Alquran berarti bacaan. Nama-nama lain dari kitab suci ini adalah al furqan (pembeda) al zikr (peringatan), al kitab (tulisan) atau sesuatu yang ditulis, dan lain-lain, tetapi nama yang paling terkenal adalah al-Qur an. Bila seseorang mendengarkan kata Alquran atau Qur an disebut, ia segara mengetahui bahwa yang dimaksud adalah kalam Allah. Pemberian nama Alquran ini berasal dari Allah dan disebutkan berulang rulang di dalam berbagai surah yang mencapai 68 kali. 2 Alquran dalam bahasa arab mempunyai daya tarik dan keindahan yang deduktif. Didapatkan dalam gaya bahasa yang singkat dan cemerlang, bertenaga ekspresif, berenergi eksplosif, dan bermakna kata demi kata.
Dari segi bahasa "Qur'an" bermaksud "bacaan", pengertian seperti ini dikemukakan dalam Al-Qur'an sendiri iaitui dalam surat Al-Qiyamah, ayat 17-18:
Al Qur'an yang ditururunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat JIbril merupakan surat dari Allah kepada seluruh manusia. Pesan Al Qur'an tidak terbatas pada pewarnaan kehidupan orang-orang tertentu, untuk lingkungan serta kurun waktu tertentu, akan tetapi diperuntukkan kepada seluruh umat manusia.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur'an adalah kitab sumber dasar hukum Islam, bukanlah kitab hukum Islam. Oleh karena itu, untuk menemukan hukum yang terkandung di dalamnya, diperlukan adanya suatu penafsiran. Dalam menafsirkan al-Qur'an terdapat beberapa kaidah penafsiran, agar isi atau kandungan serta pesan-pesan al-Qur'an dapat ditangkap dan dipahami secara baik sesuai dengan tingkat kemampuan manusia. Dalam diskursus 'ulum al-Qur'an ini, para ulama tafsir berbeda pendapat mengenai ada atau tidaknya kaidah-kaidah yang dapat dijadikan pedoman dalam menafsirkan al-Qur'an. Sebagian ulama ada yang berpendapat, bahwa kemampuan menafsirkan al-Qur'an bukan berdasarkan kepada kaidah-kaidah tertentu, tetapi harus digali langsung dari al-Qur'an atas petunjuk Nabi dan para sahabatnya. Sedangkan pendapat lain mangatakan bahwa dalam menafsirkan al-Qur'an diperlukan kaidah-kaidah tertentu, terutama kaidah bahasa. Dari dua pendapat diatas, mayoritas ulama cenderung mendukung pendapat kedua. Alasannya, dengan menguasai kaidah-kaidah penafsiran dapat memudahkan seseorang dalam menafsirkan al-Qur'an. Sebaliknya, pendapat pertama cenderung mempersulit seseorang yang ingin memperdalam al-Qur'an. Kaidah-kaidah penafsiran itu ada tiga macam yaitu kaidah dasar, kaidah syar'i dan kaidah kebahasaan. Kaidah dasar ialah menafsirkan al-Qur'an dengan al-Qur'an, dengan hadits nabi, pendapat sahabat, dan dengan pandapat tabi'in. Sedangkan kaidah syar'i ialah menafsirkan al-Qur'an dengan ijtihad, diantaranya ialah: mantuq dan mafhum, mutlaq dan muqayyad, mujmal dan mufhassal dan lain-lain. Sedangkan kaidah kebahasan ialah kaidah yang menjadi alternatif dalam menafsirkan al-Qur'an. Kaidah kebahasaan ini mencakup kaidah isim dan fi'il, amr dan nahy, istifham, dlamir, mufrad dan jamak, muzakkar dan muannats, taqdim dan ta'khir dan lain-lain. Namun yang akan penulis ungkapkan dalam tulisan ini hanya kaidah isim dan fi'il. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan isim dan fi'il dalam al-Qur'an? 2. Apa fungsi dari kaidah isim dan fi'il terhadap penafsiran al-Qur'an? 3. Apa contoh atau bentuk isim dan fi'il dalam al-Qur'an? C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui pengertian dari kaidah isim dan fi'il dalam kaidah kebahasaan. 2. Untuk mengetahui tujuan dari kaidah isim dan fi'il dalam kaidah kebahasaan. 3. Dapat menyebutkan beberapa contoh dari isim dan fi'il dalam beberapa ayat al-Qur'an.
Dengan adanya pembagian al-Qur"an kepada Makkiy dan Madaniy diketahui bahwa ia diturunkan kepada Nabi Shallallâhu "alaihi Wa Sallam secara bertahap. Turunnya ayat dengan cara ini memiliki hikmah yang banyak sekali, diantaranya: Memantapkan hati Nabi Shallallâhu "alaihi Wa Sallam sebagaimana firman Allah Ta"ala (artinya), "Berkatalah orang-orang kafir, Mengapapa al-Qur"an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?", demikianlah, supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar)." (Q.s.,al-Furqân:32) Maksud "demikianlah" diatas adalah demikianlah kami menurunkannya secara bertahap. Memudahkan manusia untuk menghafal, memahami dan mengamalkannya, sebab ia dibacakan kepada mereka sedikit demi sedikit. Hal ini sebagaimana firman Allah (artinya), "Dan al-Qur"an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian." (Q.s.,al-Isrâ`:106) Memompa semangat untuk menerima ayat al-Qur"an yang diturunkan, sekaligus melaksanakannya sebab manusia jadi sangat merindukan turunnya ayat tersebut, apalagi bila memang kondisinya sangat membutuhkan hal itu sebagaimana yang terjadi dengan ayat-ayat tentang kisah berita bohong (Hadîts al-Ifk) dan masalah Li"ân. Menggodok syari"at secara bertahap hingga mencapai kualitas yang sempurna sebagaimana yang terdapat di dalam ayat-ayat tentang Khamar dimana orang-orang sebelumnya dibesarkan dalam kondisi seperti itu dan sudah terbiasa dengannya. Tentunya, amat sulit bagi mereka untuk menghadapi larangan secara tegas (total), karenanya pertama kali ayat yang turun tentangnya adalah firman-Nya (artinya), "Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:"Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". (Q.s.,al-Baqarah: 219) Kandungan ayat ini memberikan persiapan diri untuk menerima pengharamannya sebab hal yang masuk akal adalah tidak mungkin melakukan sesuatu yang dosanya lebih besar ketimbang manfa"atnya. Kemudian barulah turun tahapan kedua, yaitu firman-Nya (artinya), "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan." (Q.s.,an-Nisâ`:43) Kandungan ayat ini memberikan latihan untuk meninggalkannya pada saatsaat tertentu (sebagian waktu), yaitu waktu-waktu shalat saja. Kemudian turunlah tahapan terakhir (final), yaitu firman-Nya (artinya), "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, ( berkorban untuk ) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan,[90]. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu),[91]. Dan ta"atlah kamu kepada Allah dan ta"atlah kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang."[92] (Q.s.,al-Mâ`idah:90-92) Kandungan ke-tiga ayat ini adalah larangan secara tegas dan total terhadap khamar untuk setiap waktu, setelah sebelumnya jiwa dipersiapkan dahulu, lalu dilatih untuk untuk tidak melakukannya pada sebagian waktu. (SUMBER: Ushûl Fi at-Tafsîr karya Syaikh Muhammad bin Shâlih al-"Utsaimîn, h.18-19) HIKMAH DITURUNKANNYA AL-QUR'AN SECARA BERANGSUR-ANGSUR Mar 25 Posted by ADMIN Oleh: Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu Al-Qur'an tidak diturunkan kepada Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam sekaligus satu kitab. Tetapi secara berangsur-angsur, surat-persurat, ayat-perayat menurut tuntutan peristiwa yang melatarinya. Lantas apa hikmahnya? Hikmah atau tujuannya ialah: 1. Untuk menguatkan hati Nabi Shallahu 'Alaihi wa Sallam . Firman-Nya:
an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Setidaknya itulah yang diindikasikan oleh surat al Baqarah ayat 185. Di samping itu, dalam ayat dan surat yang sama, diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus menjadi penjelasan (bayyinaat) dari petunjuk tersebut sehingga kemudian mampu menjadi pembeda (furqaan)-antara yang baik dan yang buruk. Di sinilah manusia mendapatkan petunjuk dari al Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan akan meninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al Qur`an tersebut. Al Qur`an adalah kalaamullaah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. dengan media malaikat Jibril as. Dalam fungsinya sebagai petunjuk, al Qur`an dijaga keasliannya oleh Allah swt. Salah satu hikmah dari penjagaan keaslian dan kesucian al Qur`an tersebut adalah agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar-menurut Sang Pencipta Allah 'azza wa jalla sehingga kemudian selamat, baik di sini, di dunia ini dan di sana , di akhirat sana . Bagaimana mungkin manusia dapat menjelajahi sebuah hutan belantara dengan selamat dan tanpa tersesat apabila peta yang diberikan tidak digunakan, didustakan, ataupun menggunakan peta yang jelas-jelas salah atau berasal dari pihak yang tidak dapat dipercaya? Oleh karena itu, keaslian dan kebenaran al Qur`an terdeterminasi dengan pertimbangan di atas agar manusia tidak tersesat dalam mengarungi kehidupannya ini dan selamat dunia-akhirat. Kemampuan setiap orang dalam memahami lafald dan ungkapan Al Qur'an tidaklah sama, padahal penjelasannya sedemikian gemilang dan ayat-ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaan daya nalar diantara mereka ini adalah suatu hal yang tidak dipertentangan lagi. Kalangan awam hanya dapat memahami makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara global, sedangkan kalangan cendekiawan dan terpelajar akan dapat mengumpulkan pula dari pandangan makna-makna yang menarik. Dan diantara cendikiawan kelompok ini terdapat aneka ragam dan tingkat pemahaman maka tidaklah mengherangkan jika Al-Qur'an mendapatkan perhatian besar dari umatnya melalui pengkajian intensif terutama dalam rangka menafsirkan kata-kata garib (aneh-ganjil) atau mentakwil tarkib (susunan kalimat) dan menterjemahkannya kedalam bahasa yang mudah dipahami.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Muhammad Imadduddin W Mahmud, 2023