Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
20 pages
1 file
Pemikiran Islam kontemporer maksudnya adalah pemikiran Islam yang berkembang pada masa modern (abad 19 masehi) hingga sekarang. Ciri khas pemikirannya adalah bersifat agresif yang berkembang dengan metode pemikiran baru dalam menafsirkan Al-Qur"an dan peradaban Islam. Pertanyaan yang menggugah para intelektual Islam adalah "di manakah pemikiran Islam kontemporer?" Pertanyaan itu wajar, karena secara sepintas seakan-akan pemikiran Islam kontemporer menghadapi krisis yang cukup akut, macetnya kreativitas dan tersumbatnya kebebasan berfikir. Wujud ekstrem dari itu semua adalah pengkafiran terhadap pemikiran liberal yang masih menjadi dekorasi yang menghiasi pemikiran Islam kontemporer, seperti kasus pengkafiran terhadap Nashr Hamîd Abû Zayd yang sekarang menetap di Belanda.
ABSTRAK Islam adalah agama yang memiliki aspek-aspek keagamaan tertentu yang berkaitan dengan hubungan antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Sebagaimana dalam islam memilki berbagai macam aliran-aliran dan sekte-sekte didalamnya, dan berbagai macam interpretasi tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan tugas wajib yang harus diemban oleh umat islam.Islam merupakan agama yang paling liberal berkaitan dengan kedudukan kaum perempuan, seperti memberikan hak identitas mereka sendiri.semua pertimbangan ada, tetapi kaum perempuan masih saja ad yang terbelakang dan belum sadar akan berbagai problem-problem yang sedang terjadi. Mereka terbelakang bukan karena islam membuatnya demikian, melainkan karena masyarakat-masyarakat dimana mereka hidup merupakan masyarakat yang hanya menopang kelas-kelas tertentu. PENDAHULUAN Islam memandang wanita dari sudut pandang keimanan sebagai individu anggota umat yang dikaitkan dengan individu yang lain dengan ikatan akidah.yang dimaksud dengan ikatan akidah ialah, sebuah ikatan yang membentuk gerakan politik yang berperan sebagai motor penggerak aktivitas umat dengan tujuan mewujudkan syariat yang menjadi hukum umat. Dalam kerumitan modernitas saat ini, sikap-sikap ekstrim banyak disaksikan saat ini. Ada pihak ekstrim yang melecehkan norma-norma dan rambu-rambu ilahiyah, pihak lainnya ekstrim dalam kelakuan mereka dalam ajaran islam. Dalam memahami perempuan juga kita saksikan fenomena seperti itu. Satu pihak, cenderung memberikan kebebasan tanpa batas dengan mengatasnamakan kemajuan pemikiran islam, sedang pihak lainnya mengekang
Abstrak Geliat Islamisasi ilmu pengetahuan nampaknya sudah mulai didengungkan. Islamisasi sebagai sebuah konsep memerlukan penjelasanpenjelasan yang komprehensif. Mengislamkan ilmu bukanlah pekerjaan mudah seperti labelisasi. Namun yang perlu diingat dalam mengislamkan ilmu adalah harus mampu mengidentifikasi pandangan hidup Islam (the Islamic worldview) sekaligus mampu memahami budaya dan peradaban Barat. Tulisan sederhana ini hendak 'menguak' keburukan westernisasi ilmu dengan menguraikan latar belakang sejarahnya dan dampak yang ditimbulkanya, sehingga Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer merupakan solusi yang tepat ditawarkan untuk mengobatinya. Kata Kunci: Islamisasi, Ilmu Pengetahuan, Barat, Westernisasi Pendahuluan Teori ilmu merupakan wacana yang sangat penting, terutama pada masa sekarang. Dominasi pandangan ilmiah modern (Barat) telah begitu dalam merasuki pola pikir keilmuan kita, sehingga kita tidak merasakannya lagi sebagai sesuatu yang asing, apalagi aneh dalam pandangan keilmuan (epistimologi) kita. Begitu dalam penetrasi pandangan ilmiah modern ke dalam kesadaran kaum intelektual kita, sehingga banyak dari mereka mengadopsi secara tidak kritis bahkan fanatik sebagai pandangannya sendiri. Pikiran mereka telah begitu tertutup, sehingga bahkan hampir percuma menawarkan kepada mereka suatu pandangan ilmiah alternatif. * Program Studi Ilmu Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin, Institut Studi 16 Jika menilik kepada sejarah keilmuan Barat, kita ingat "cogito ergo sum" nya Descartes (1596-1650 M) yang menjadikannya "Bapak Filsafat Modern". Slogan ini telah memformulasikan sebuah prinsip yang menjadikan rasio sebagai satu-satunya cara untuk mengukur validitas sesuatu (kebenaran). 1 Dengan bersadar pada rasionya ini, Barat seolah keluar dari "belenggu maut" yang mengekang mereka dari aktifitas keilmuan. Ini terlihat dari banyaknya ilmuan yang muncul setelah Descartes. Pada abad modern, Hegel (1831 M) muncul dengan filsafat dialektikanya yang banyak terpengaruh oleh Kant. Ia mengatakan bahwa pengetahuan adalah on going process, di mana subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui terus berkembang. Pengetahuan yang sudah dicapai akan terus berkembang dengan adanya negasi atau sangkalan. Namun sangkalan ini tidak serta-merta menghapus pengetahuan terdahulu. Pengetahuan yang telah tersangkal dikategorikan terbatas. Dan yang terbatas jangan dianggap sebuah kebenaran. 2 Selanjutnya memasuki era post-modern Lingkaran Wina (Vienna Circle) muncul dengan verifikasinya. Ilmuan yang tergabung dalam kelompok ini mencari garis pemisah antara pernyataan yang bermakna (meaningfull) dan pernyataan yang tak bermakna (meaningless). Suatu pernyataan dikatakan bermakna apabila ia dapat dibuktikan atau diverifikasi dengan metode inderawi. Sehingga ranah metafisika tidak dapat dikatakan ilmiah karena tidak dapat disentuh oleh indera. 3 Teori verifikasi Lingkaran Wina ini kemudian menimbulkan kritik dari Karl Popper. Baginya, suatu teori bersifat ilmiah tidak hanya karena bisa dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi, melainkan karena dapat diuji (testable), dalam arti dapat diuji dengan percobaanpercobaan sistematis untuk menyangkalnya, inilah yang disebut falsifikasi. Lanjutnya, teori-teori ilmiah hanyalah dan selalu bersifat 1 Adnin Armas, "Westernisasi dan Islamisasi Ilmu", dalam Islamia,
Pendidikan Islam sebagai bagian integral dari pendidikan nasional pada sebuah negara bangsa (nation-state) kita hari ini, memiliki persoalan yang kompleks dan penuh dinamika. Sehingga berbagai trobosan yang komprehensif perlu dilakukan untuk menjawab tantangan perubahan peradaban yang terkait dengan dunia pendidikan itu sendiri. Sebagai sebuah karya ilmiah yang tentunya berusaha mengikuti perkembangan terkini dari persoalan pendidikan yang kompleks tadi, maka buku ini berupaya memetakan persoalan pendidikan secara menyeluruh. Disamping itu menawarkan pemikiran solutif bagi penyelesaian persoalan pendidikan tersebut.Diantara persoalan yang diangkat dalam buku ini adalah : (1) Pendidikan Karakter. (2) Pendidikan Moral. (3) Penerapan kurikulum 2013. (4) Pendidikan yang berbasis pada pemikiran kesetaraan gender. (5) Kurikulum pendidikan di sekolah menengah. (6) Kinerja Perguruan Tinggi Agama Islam yang berbasis pada ISO dan lain sebagainya. Semua persoalan di atas merupakan persoalan kontemporer yang dihadapi oleh pendidikan Islam, yang coba dikupas secara mendalam dalam buku ini. Pendekatan kualitatif dan kuantitatif digunakan sebagai metode ilmiah dalam membedah dan menganalisa persoalan pendidikan yang dipaparkan dalam buku ini. Lebih jauh tulisan yang dimuat dalam buku ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh para pendidik (dosen) dilingkungan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dari Kementerian Agama Republik Indonesia.
agnestia desti, 2018
/1807010143/1D/Fakultas Psikologi/UMP Semua Muslim percaya bahwa ajaran Islam adalah suatu norma ideal yang dapat diadaptasi oleh bangsa apa saja dan kapan saja. Ajaran Islam bersifat universal dan tidak bertentangan dengan rasio.1 Ilmu ushuluddin adalah sebuah ilmu pengetahuan yang digulirkan untuk menetapkan ideologi-ideologi relegius melalui dalil-dalil ideologis.Artinya,pembangunan ideologi islam berdasarkan atas asas-asas rasionalisme demonstratif (aqliyyah burhaniyah), sehingga memungkinkan untuk memahami,memunculkan dan membela ideologi islam tersebut. Menurut Hassan Hanafi teologi dapat berperan sebagai suatu ideologi pembebasan bagi yang tertindas atau sebagai suatu pembenaran penjajahan oleh para penindas.Teologi memberikan fungsi legitimatif bagi setiap perjuangan kepentingan dari masing-masing lapisan masyarakat yang berbeda.Karena itu,Hassan Hanafi menyimpulkan bahwa tidak ada kebenaran obyektif atau arti yang berdiri sendiri,terlepas dari keinginan manusiawi.Kebenaran teologi,dengan demikian,adalah kebenaran korelasional atau dalam bahasa Hassan Hanafi,persesuaian antara arti naskah asli yang berdiri sendiri dengan kenyataan obyektif berupa nilai-nilai manusiawi yang universal.Sehingga suatu penafsiran bisa bersifat obyektif,bisa membaca kebenaran obyektif yang sama pada setiap ruang dan waktu. Pemikiran Hassan Hanafi merupakan salah satu pemikiran dari seorang filsuf muslim yang menarik untuk dikaji. Ada beberapa hal yang menarik dari pemikiran Hanafi. Pertama, di satu sisi menampilkan kritik terhadap tradisi keIslaman,tetapi disisi lain mampu menyediakan alternatif pemikiran serta terobosan pemikiran untuk memecahkan kebuntuan teologi serta memberikan solusi bagi pemikiran sosial berbasiskan pada teologi yang kemudian menciptakan simbol-simbol pembaruan dan revolusioner,seperti Kiri Islam, Oksidentalisme, Hermeneutika, dan lain sebagainya. Tema-tema tersebut ia kemas dalam rangkaian proyek besar;pembaruan pemikiran Islam dan upaya membangkitkan umat dari ketertinggalan dan kolonialisme modern. Kedua,teologi tradisional Islam lahir dalam konteks sejarah ketika sistem kepercayaan,yakni transendensi Tuhan,diserang oleh wakil-wakil dari sekte-sekte dan budaya lama.Teologi itu dimaksudkan untuk mempertahankan doktrin utama dan untuk memelihara
2021
The purpose of writing this article is to provide a comprehensive overview of Indonesia's Contemporary Islamic Education dynamics from madrasah, pesantren, diniyah to Islamic universities are analytically accompanied from different viewpoints. Not only those related to national education, but also to political, social and cultural factors in Indonesia, which use as a part of the consideration to view education in Indonesia. The educational landscape, both public and Islamic education in Indonesia, has continued uneasily in its long way to survive until now. After struggling with a long marginalization and backwardness, Islamic education still strives and creates a new paradigm. This study uses descriptive research methods that analyzed Indonesia's contemporary Islamic Education paradigm. The data is obtained through a validation process of the duplicate article titles found in the February-March 2021 period. Current education must adapt to technological development and time development. Hence, it requires global expansion of the education system to answer various global challenges and needs.
Dr Nasrul Syarif M.Si, 2019
Disertasi Dr Nasrul Syarif M.Si dengan judul Komunikasi Kontemporer Bisnis Islam dan telah menjadi Buku dengan judul Komunikasi kontemporer Bisnis Islam di era digital penerbit deepublish
Islam dan Kesetaraan Gender, 2023
Pembahasan tentang islam dan kesetaraan gender seringkali hangat untuk dibicarakan, baik dikalangan akademis maupun non akademis. Apalagi persoalan antara perempuan dan lakilaki didalam fungsi dan peran sosial. Di dalam agama islam, perempuan dan laki-laki mempunyai kedudukan yang setara, islam juga sangat menjunjung tinggi nilai keadilan dan kesetaraan seperti yang tercantum dalam QS. Al-Zariyat ayat 56 yang menjelaskan bawa perempuan dan laki-laki sama-sama seorang hamba, juga didalam QS. Al-Baqarah ayat 30 menjelaskan bahwa perempuan dan laki-laki sama-sama berperan sebagai khalifah di muka bumi.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Edited Book, 2021
PERILAKU KONSUMSI ISLAM DI INDONESIA, 2020
Fazar Azhari, M.Pd.I, 2021
BARUSDI ANHAR, 2019
Holifatul Hidayah, Ahmad Nur syafii, Fanny Adzkia, 2023
Fakultas Adab UON Sunan Kalijag, 2019