Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
22 pages
1 file
2021
Generator merupakan sebuah sistem yang mampu menghasilkan tenaga listrik dengan masukan tenaga gerak/ tenaga mekanik. Dari pernyataan tersebut maka fungsi dari generator adalah untuk mengubah tenaga gerak/ tenaga mekanik menjadi tenaga listrik. Prinsip kerja generator yaitu sesuai dengan hukum faraday dimana apabila rotor diputar lilitan kawat akan memotong gaya-gaya magnet (GGM) pada kutub magnet, maka akan menimbulkan garis gaya listrik (GGL) dalam satuan volt pada ujung penghantar.
HANIM SYAQINA (03031181823020) M. FADHIL ANDREAN FAHLEVI (03031281823028) ACHMAD NAUFAL AL GHIFARY (03031281823042) META PRATIWI (03031181823116) NAMA CO-SHIFT : 1. MUHAMMAD FIKRI PRATAMA 2. MUHAMMAD PRAYOGO PUTRA
Kesultanan Turki Usmani merupakan sebuah dinasti besar yang berkuasa pada akhir abad ke-13 sampai awal abad ke-20. Dibawah kepemimpinan Sultan Selim I dan Sultan Sulaiman pada abad ke-16 dinasti Turki Usmani berhasil mencapai puncak kejayaannya. Saat itu wilayah kedaulatannya membentang dari Aljazair sebelah barat, hingga Azerbizan disebelah timur dan Yaman disebelah selatan sampai Hungaria disebelah utara. Dengan kata lain, kurang lebih 43 negara dari tiga benua yang ada saat ini pernah dikuasai dinasti Turki Usmani, puncak kejayaan Turki Usmani mengantarkannya pada periode klasik, pada periode inilah dinasti Turki Usmani memfasilitasi kesultanannya dengan berbagai sarana pemerintahan dan sarana publik berupa bangunan-bangunan bernilai tinggi. Sampai detik ini, jejak-jejak era keemasan Usmani masih bisa dirasakan melalui karya-karya arsitektur yang tersebar diberbagi penjuru wilayah kedaulatannya, terutama di Turki. Proyek pembangunan dinasti Turki Usmani pada era tersebut tidak lepas dari peran jenius seorang arsitek bernama Mimar Sinan yang kala itu menjabat sebagai kepala arsitek dan teknik sipil kesultanan. Ia melaksanakan tugasnya pada masa kepemimpinanSultan Sulaiman, Sultan Salim I, Sultan Salim II dan Sultan Murad III. Merujuk pada tulisan Sei Mustafa Celebi yang berjudul Tezkiretul Ebniye yang penulis kutip dari koran Republika rubrik Arsitektur Islam Digest semasa hidupnya Mimar Sinan telah mengepalai pendirian 476 buah bangunan. Terdiri dari, 94 bangunan masjid besar, 57 gedung sekolah, 52 bangunan masjid kecil, 48 tempat pemandian, 35 istana, 22 makam, 20 caravanserai, 17 dapur umum, delapan jembatan, delapan gudang penyimpanan, tujuh madrasah, enam pengatur air, dan tiga rumah sakit. Karyanya yang paling terkenal adalah Masjid Sulaiman di Istanbul dan Masjid Selimiye di Edirne. Meski karya-karyanya telah berumur hampir lima abad, namun tak kurang dari 196 bangunan yang dibangun dan disupervisinya masih tetap eksis hingga saat ini. Sedangkan bila merujuk pada tulisan Samsul Nizar yang dikutip dari Philip K. Hitti, Mimar Sinan telah mampu menyelesaikan 235 buah bangunan. Yaitu berupa mesjid, sekolah, pemandian, istana, jembatan, madrasah, rumah sakit, kuburan dan sarana lainnya. Dimasa dinasti Usmani ini perkembangan corak dan seni arsitektur banyak dipengaruhi dan mengalami perpaduan dengan corak dan seni lokal. Motif ini terjadi karena para arsitektur muslim belum bisa melepaskan diri dari pengaruh corak arsitektur bangunan tradisional Byzantium dan Romawi yang pada saat itu dijadikan kiblat para arsitekur muslim untuk mengembangkan corak dan seni arsitekturnya. Didalam perkembangannya bangunan arsitektur pada masa dinasti Turki Usmaniyah tidak hanya merupakan bangunan baru, tetapi ada juga diantaranya yang merupakan alih fungsi dari bangunan yang sudah ada sebelum dinasti Usmaniyah berkuasa. Contohnya Hagia Sofia/Aya Sofia, bangunan ini semula merupakan katedral atau gereja di Konstantinopel, namun ketika usmani menaklukan kerajaan ini, Hagia Sofia atau Aya Sofia diubah menjadi masjid. Kurang lebih selama 916 tahun Hagia Sofia menjadi gereja dan 481 tahun sebagai masjid. Dan pada tahun 1935 Mustafa Kemal Attarturk, penguasa Turki modern saat itu mengubah fungsi Hagia Sofia menjadi Musium, hingga sekarang ini. Dengan alasan, kebijakan Attaturk mengalih fungsikan Hagia Sofia dari masjid menjadi museum merupakan alternatif yang terbaik waktu itu, ia mencoba menampilkan toleransi umat Islam yang demikian tinggi bagi upaya normalisasi hubungan Islam-Kristen.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.