Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
22 pages
1 file
Dua sebab utama yang berkait-rapat mencetuskan falsafah pluralisme agama ialah faham ekslusivisme Barat Kristian ( Western Christian ) dan pengaruh Pencerahan ( Enlightenment) terhadap disiplin pengkajian agama ( religious studies). Menggunakan pendekatan sejarah, kertas kerja ini tidak bersifat deskriptif semata-mata. Sebaliknya ia menilai dengan kritis kewibawaan falsafah pluralisme agama berpandukan sejarah, asal-usul dan latar belakang tercetus dan berkembangnya falsafah ini semenjak akhir kurun yang ke20.
Fenomena keragaman agama merupakan salah satu persoalan yang dihadapi oleh pemikiran keagamaan. Eksistensi komunitas yang di dalamnya orang-orang dari berbagai tradisi agama hidup bersama, dan ekspansi hubungan sosial berikut komunikasi di gerbang dunia ke tiga merupakan alasan-alasan untuk memperhatikan isu penting ini. Persoalan utamanya adalah bagaimana cara untuk memahami dan menjelaskan secara lebih baik ihwal keragaman agama tersebut? Apakah salah satu dari agama yang ada merupakan agama yang autentik, sempurna, dan hakiki sementara agama lain tidak sah? Atau mungkinkah kita melihat cahaya kebenaran di semua agama dunia sehingga mereka dianggap sebagai cermin-cermin yang berbeda yang memantulkan cahaya kebenaran dan keselamatan? Apabila hanya penganut salah satu agama tertentu yang bisa meraih keselamatan, maka bagaimana halnya dengan rahmat, cinta, petunjuk Tuhan dapat difahami? Di sisi lain, jika kemungkinan keselamatan mencakup semua penganut agama yang berbeda tadi, maka bagaimana bisa orang-orang yang berbeda dengan keyakinan agama yang berbeda secara radikal meraih keselamatan? Pertanyaan-pertanyaan penting dan problematis tersebut merupakan kontroversi dan merupakan masalah-masalah utama keragaman agama. Dewasa ini, kenyataan akan pluralisme agama semakin disadari, meskipun dalam perspektif pemikiran yang berbeda, beberapa tokoh dan cendekiawan telah berusaha menjawab pertanyaan rumit ini tentunya dengan kecendrungan latar belakang intelektualitas masing-masing, namun belum ada yang secara sempurna menjelaskan dan memberi solusi yang solutif terhadap problem ini. Terhadap faham pluralisme ini setidaknya ada tiga unsur yang harus diuji dan dikritisi. Pertama, asal-usul gagasan pluralisme, kedua, kebenaran gagasan pluralisme, dan ketiga, efektifitas peran pluralisme dalam membangun tata hubungan masyarakat yang adil dan terbuka tanpa menafikan realitas perbedaan-perbedaan yang ada dan melekat pada masyarakat tersebut.
Sion Saputra, 2020
ABSTRAK Gereja hidup di tengah-tengah dunia yang majemuk, dan gereja berada di tengah-tengah pluralisme agama. Pluralisme agama dalam perjalanannya telah banyak kali menjadi sumber terjadinya ketegangan - ketegangan dan bahkan menjadi memicu terjadinya berbagai peperangan. Hal ini disebabkan oleh setiap agama yang memiliki klaim - klaim kebenaran masing - masing sehingga dengan demikian memaksakan pemahamannya ini kepada individu - individu bahkan komunitas-komunitas. Tidak hanya itu, dengan menyatakan bahwa hanya diri sendiri yang benar, maka dengan demikian menganggap yang lainnya salah. Padahal pada hakekatnya, tidak ada individu yang mau menerima mentah-mentah bahwa agama yang telah dianutnya salah. Oleh sebab itu gereja perlu menjaga kerukunan antar umat beragama. Supaya kerukunan dan toleransi antar umat beragama, maka diperlukan cara yang efektif yaitu dialog antar umat beragama untuk permasalahan yang mengganjal antar masing-masing kelompok umat beragama. Sehingga tedapat titik temu atau benang merah dalam komunikasi yang hangat. Karena mungkin selama ini konflik yang timbul angtar umat beragama terjadi karena terputusnya jalinan informasi yang benar di antara pemeluk agama dari satu pihak ke pihak lain sehingga timbul prasangka-prasangka negatif. Gereja perlu memperlengkapi diri supaya tidak mudah terseret arus namun juga tetap terbuka dan menghormati pandangan dari agama-agama yang lainnya tanpa menghakimi antara satu dengan yang lainnya. Kata Kunci: Gereja, Agama, Pluralisme
Islam diambil dari bahasa arab yang artinya selamat. Ia adalah agama yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Rasul pilihan-NYA Muhammad Saw, perlu yakini bahwa islam adalah agama rahmatan lil alamin dan agama yang sempurna. Ialah agama yang diridhoi disisi Allah Swt, dan ialah agama yang membawa keselamatan bagi pemeluknya.
Sebentar lagt manusia akan memasuki millenium ketiga. Masyarakat modern akan mengalami perubahan-perubahan sosial yang semakin cepat. Tidak hanya dalam bentuk produk-produk baru dan rrendy,. tapi apa yang disebut sebagai globalisasi informasr setiap saat akan menverbu manusia dan pelbagai belahan dunia yang semakrn "menyempit" sehingga menjadikannya sebagai desa buana lglobal villcge) atau kota buana (glohut crrr ). Sebagai konsekuensi logisnya, pelbagai pertredaan pandangan, sikap, dan tradisr apalagi agama yang dianut segera terkuak secara "ielas. Pluralisme (kemajemukan) tersebut sesungguhnya bukanlah merupakan fenomena baru bagi lslarn karena ia tumbuh di sebuah masyarakat Arab yang pluralistik (Yahuid, Knsten" dan tradisi lain). Bahkan, pluralisme merupakan bagian dan sunnatullch yang perennial dan imutable.l Namun, di samping karena persentuhannya dengan arus modernisasi yang menyebabkannya menjadi problema yang semakin kompleks.: J,rga karena agama menyangkut kesadaran teologrs yang p€rsonal yang bercinkan religittus truth claim (klaim kebenaran agama) sehinga pluralisme yang muncul pun sering tidah disikapi dengan inklusirntas keagamaan, sikap arif, terbrik4 lapang dada, tapi telah dipresentasi oleh suatu pemikiran keagamaan yang bercinkan eksklusivitas, absolusitas, terh$up, dan rigrd. Di Indonesia sendiri, perkernbangan terakhir hubungan antaragama telah menunjukkan fenomena yang kurang-untuk tidak mengatakan sama sekali '"tidak"-s€hat. Tragedi Ambon yang terfadi semenyak awal tahun lggg dan tragedi Kryang misalnya, yang menelan koqban jiw4 material, maupun psikologrs telah mengajukan stratu problerna yang tidak hanya harus ditaati secara insfitusional, namun meniscayakan ssrnua rmat beragama, termasuk lslam, unfuk menyeruak dari kedalaman kesadaran keyakirun secara individual 1,ang berbasiskan teologis untuk merdefinisikan sikapnya yang tepst terhadap agama lain. ')Penulis adalah mahasiswa progrann pascasarjana IAIN sui-a] Kalijaga YogSrakarta dalam Program studi Agama dan Filsafal 46 Wardani, Pluralisme Agamg dun$gloSJ39!9gE 47 Menyadari akan kompleksitas permasalahan yang dibahas, tulisan rnt
ABSTRAK Keberagaman merupakan sunnatullah yang harus direnungi dan diyakini setiap umat, kesadaran umat beragama menjadi kunci bagi keberlangsungan dalam menjalankan agamanya masing-masing. sebuah agama tidak bisa dibatasi olehnya, melainkan oleh apa yang tidak dicakup olehnya, setiap agama pada hakekatnya suatu totalitas. Pluralisme adalah sebuah realitas, agama-agama besar dunia sekaligus pembentuk aneka ragam persepsi yang berbeda mengenai satu puncak hakikat yang misterius. Pemahaman Sayyed Husein Nasr agama secara eksoterik dan esoterik dua pengertian yang memiliki makna yang berbeda berarti satu bermakna diluar pengetahuan manusia (transenden) hanya bisa dijangkau dengan konsep imanen sedangkan makna yang terakhir sesuatu yang bersifat intern bisa dikaji dan dianalisa berdasarkan norma. Pendahuluan Sejalan dengan perkembangan pemikiran khususnya masalah teologi agama (theology of religions) menjadi pokok
pluralisme bukanlah sebuah momok yang menakutkan sebagaimana sejauh ini menjadi asumsi banyak orang. bahkan, ide pluralisme yang baik dapat menjadi sumber perdamaian antar umat beragama khususnya di indonesia
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Program Pascasarja Universitas Ibn Khaldun, 2012
Dedy Kristanto, 2019