Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
11 pages
1 file
OLEH : RESTI DWI SAFARIANI RISNA DWI PANDYANI RIZAL MIFTAH FARIZ SANTI SHINVANY TINGKAT IB MAKALAH MIKROBIOLOGI AKADEMI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON 2014 Anopheles barbirostris merupakan vektor penting Brugia malayi yang terdapat di Nusa Tenggara Timur dan kepulauan Maluku Selatan.
Masrizal ABSTRAK Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit raenular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa deraam berulang, peradangan saluran dan saluran kelenjar getah bening. Pemberantasan filariasis perlu dilaksanakan dengan tujuan menghentikan transmisi penularan,diperlukanprogramyang berkesinambungan dan memakan waktu lama karena mengingat masa hidup dari cacing dewasa yang cukup lama. Dengan demikian perlu ditingkatkan surveilans epidemiologi di tingkat Puskesmas untu penemuan dini kasus filariasis dan pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan fiilariasis.Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis mengenai cara penularan dan cara pengendalian vektor (nyamuk). Jika penularan terjadi oleh nyamuk yang menggigit pada malam hari di dalam rurnah maka tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan penyemprotan, menggunakan pestisida residual, memasang kawat kasa, tidur dengan menggunakan kelambu, memakai obat gosok anti nyamuk dan membersihkan tempat perindukan nyamuk seperti kakus yang terbuka, ban-ban bekas, batok kelapa dan mernbunuh larva dengan larvasida. Lakukan pengobatan misalnya dengan menggunakan diethylcarbamazine citrate.
OLEH : RESTI DWI SAFARIANI RISNA DWI PANDYANI RIZAL MIFTAH FARIZ SANTI SHINVANY TINGKAT IB MAKALAH MIKROBIOLOGI AKADEMI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON 2014 Anopheles barbirostris merupakan vektor penting Brugia malayi yang terdapat di Nusa Tenggara Timur dan kepulauan Maluku Selatan.
2012
Lymphatic filariasis is one of neglected tropical diseases endemic in tropical countries in the world. The disease caused by filaria worms, from the genera of Brugia and Wuchereria ie. Brugia malayi, B.timori and Wuchereria bancrofti.In Indonesia, the disease spread all over the country but focally. Brugian filariasis usually found in rural areas while the wuchererian filariasis found in both rural and urban areas. The disease is transmitted by mosquito vectors. Brugian filariasis is transmitted by several species of Mansonia mosquitoes, while wuchererian filariasis urban type transmitted by Culex spp and the rural type transmitted by Anopheles spp. Control of filariasis in Indonesia has been initiated since 1975 using Diethyl Carbamacinecytrate (DEC). In the year 2000 elimination of lymphatic filariassis in Indonesia was launched by the Miniter of Health based on WHO guidance. Mass drug administration (MDA) was done with District as implementation unit using DEC and albendazole once a year for 5 consecutive years. Special efforts should be taken in order to accoplished the program, that in 2020 lymphatic filariasis will successfully eliminated and not a public health problem anymore in Indonesia.
Wulan Pingkan Julia Kaunang1, Bella Shafira Lolangion2, Endriano Gandawari3, Rafael Imanuel Sumarauw4, Ayun Kusuma Mamonto5, Day Pranatha6
Penyakit Zoonosis Ascariasis. Infeksi cacing usus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia. Askariasis adalah penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh makhluk parasit, Ascaris Jumbricoides dewasa dapat menimbulkan berbagai akibat mekanik seperti obstruksi usus, perforasi ulkus usus, sumbatan pemapasan. Frekuensi tertingi penyakit ini diderita oleh anak-anak. Untuk menegakkan diagnosis pasti harus ditemukan cacing dewasa dalam tinja atau muntahan penderita dan telur cacing dengan bentuk yang khas.
Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk.Wilayah Puskesmas Tirto I berdasarkan survay darah jari yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan mendapatkan angka mikrofilaria 1,9%. Tujuan dari penelitan ini adalah menganalisis dan mendiskripsikan hubungan antara karakteristik individu berupa umur dan jenis kelamin, perilaku berupa pengetahuan, sikap dan tindakan, lingkungan berupa keberadaan tempat berkembangbiak vektor dan tempat istirahat vektor dengan kejadian filariasis. Pengambilan sampel menggunakan case control sebanyak 44 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan chek list. Analisis data menggunakan uji chi square diperoleh variabel umur dan jenis kelamin tidak berhubungan dengan kejadian filariasis, sedangkan variabel pengetahuan, sikap, tindakan, keberadaan tempat istirahat vektor dan berkembangbiak vektor berhubungan dengan kejadian filariasis dan merupakan faktor protektif atau faktor yang bisa mengurangi risiko kejadian filariasis. Berdasarkan hasil tersebut dapat disarankan pada petugas kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya pencegahan filarisis. Kata kunci : Kejadian filariasis, kasus, kontrol 7
1 | P a g e BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis (penyakit kaki gajah) atau juga dikenal dengan elephantiasis adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan berbagai spesies nyamuk. Di Indonesia, vektor penular filariasis hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres. Filariasis dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran
Penyakit kaki gajah / filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filarial yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan akan mengakibatkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikrokopis darah.Sampai saat ini hal tesebut masih ini dirasakan karna microfilaria hanya muncul dan menampilkan diri didalam darah pada waktu malam hari selama beberapa jam saja (nocturnal periodicity).
Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treptonema pallidum ssp.pertenue yang memiliki 3 stadium dalam proses manifestasi ulkus seperti ulkus atau granuloma (mother yaw), lesi non-destruktif yang dini dan destruktif atau adanya infeksi lanjut pada kulit, tulang dan perios. Penyakit ini adalah penyakit kulit menular yang dapat berpindah dari orang sakit frambusia kepada orang sehat dengan luka terbuka atau cedera/ trauma (Greenwood, 1994). Penyakit Frambusia (yaws) pertama kali ditemukan oleh Castellani, pada tahun 1905 yang berasal dari bakteri besar (spirocheta) bentuk spiral dan motil dari famili (spirochaetaceae) dari ordo spirochaetales yang terdiri dari 3 genus yang phatogen pada manusia (treponema, borelia dan leptospira). Spirohaeta mempunyai ciri yang sama dengan pallidum yaitu panjang, langsing"helically coiled", bentuk spiral seperti pembuka botol dan basil gram negatif. Treponema memiliki kulit luar yang disebut glikosaminoglikan, di dalam kulit memiliki peptidoglikan yang berperan mempertahankan integritas struktur organisme (Jawetz, et al, 2005) Genus treponema terdiri dari Treponema pallidum subspesies pallidum yang menyebabkan sifilis, Treponema pallidum subspecies perteneu yang menyebabkan frambusia (yaws/puru/pian), treponema pallidum subspecies endemicum yang menyebabkan sifilis (disebut bejel) dan treponema carateum yang menyebabkan pinta (Jawetz, et al, 2005; Greenwood, et al 1994; Noordhoek, et al, 1990).
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mnghilangkan semua mikroorganisme termasuk endospora bakeri dari benda-benda mati/instrumen. Sterilisasi dapat dilakukan dalam beberapa cara, salah satunya dengan bahan kimia. Banyak zat kimia dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme berkisar dari unsur logam berat seperti perak dan tembaga sampai kepada molekul organik yang kompleks seperti persenyawaan amonium kuartener. Berbagai substansi tersebut menunjukkan efek anti mikrobialnya dalam berbagai cara dan terhadap berbagai macam mikroorganisme. Efeknya terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda. Ada yang serasi dan ada yang bersifat merusak. Karena ini dan juga karena variable-variabel lain, maka perlu sekali diketahui terlebih dahulu perilaku suatu bahan kimia sebelum digunakan untuk menerapkan praktis tertentu.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
lemlit.unila.ac.id
SEMINAR NASIONAL: Kearifan Lokal dalam Perspektif Bahasa, Sastra, dan Budaya, 2016