Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
10 pages
1 file
Fani Paramesuwari, 2013
Gambar B.1-Diagram alir proses pengolahan sosis ikan "Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan"
Squalen Bulletin of Marine and Fisheries Postharvest and Biotechnology, 2007
Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor produk ikan tuna dalam kaleng. Terdapat berbagai jenis ikan tuna di perairan Indonesia yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pengolahan produk ikan tuna kaleng. Secara garis besar pengolahan tuna kaleng yang dilakukan oleh pabrik pengalengan ikan di Indonesia adalah penerimaan bahan baku, penyiangan, penyusunan dalam rak, pemasakan pendahuluan, pendinginan, pembuangan kepala dan kulit ikan, pembersihan daging, pemotongan, pengisian ke dalam kaleng, penambahan medium, penutupan kaleng, sterilisasi, pendinginan dan pemeraman kaleng, pelabelan, dan pengepakan. Standar Nasional Indonesia yang harus diikuti di dalam pengolahan produk ikan tuna kaleng adalah SNI 01-2712-1992: Tuna dalam Kaleng, SNI 01-2712.1-1992: Bahan Baku Tuna dalam Kaleng, dan SNI 01-2712.2-1992: Penanganan dan Pengolahan Ikan Tuna dalam Kaleng.
Tugas Sni Telur Konsumsi meliputi aspek gizi, organoleptik, mikrobiologis, fisik, kimiawi, 2018
telur yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria layak konsumsi yang telah ditentukan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) yang diantaranya mencakup kualitas fisik, mikrobiologi, dan organoleptik. Isi dari paper ini meliputi Abstrak Standar Nasional Indonesia Telur Ayam Konsumsi, dan komentar aspek gizi, oranoleptik, mikrobiologis, mikrobiologis, fisik, kimiawi pada telur konsumsi
Semakin meningkatnya jumlah anak-anak tuna laras membuat para ahli semakin menggali tentang hal tersebut. Anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan emosi dan perilaku adalah tipe individu yang sulit dalam berteman. Masalah terbesar bagi mereka adalah untuk membangun keakraban dengan orang lain dan mengikatkan emosi dengan orang lain yang dapat membantu mereka. Bahkan jika mereka berteman, maka mereka akan berteman dengan kelompok teman yang salah Beberapa dari anak tersebut terkucilkan. Sedangkan anak-anak yang lain akan berusaha untuk menjalin pertemanan dengan orang lain tetapi biasanya usaha ini akan dihadapkan pada rasa takut. Dalam banyak kasus adanya penolakan yang terus menerus dari lingkungan di sekitarnya akan menyebabkan mereka berputus asa. Karena kelekatan emosi dibangun dengan respon timbal balik dari lingkungan sekitar. Dan biasanya individu akan hilang ketertarikannya untuk menjalin hubungan social dengan orang lain jika ia selalu diabaikan.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap, 2017
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA
Jurnal Standardisasi, 2012
Abdi: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat