Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2016, ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam
At the beginning of 2016, it is expected that Indonesian Muslims are literate Quran in the broadest sense. Up to now as informed in various media, the majority of Indonesian Muslims are Quran illiterate. To be Quran literate, they have two duties, being able to read the Quran well and properly, and comprehending its contents. Firstly, to read Quran well and properly in short time, use the BBM (Easy Read Well) As Surasmaniyyyah Method, with a limit of twenty meetings capable of delivering smooth reading of the Quran and understanding the principles of tajweed/procedure for reading Quran. Further, understand well the character of Prophet Ibrahim immortalized in the Quran. Pada awal tahun 2016 diharapkan umat Islam Indonesia bisa melek al Quran dalam arti yang luas. Sampai saat ini menurut berbagai informasi media, umat Islam Indonesia mayoritas buta huruf al Quran. Agar melek al Quran, umat Islam mempunyai dua kewajiban utama, yaitu harus mampu membaca al Quran secara baik dan benar, dan memahami isi kandungan al Quran. Untuk problem pertama, agar dalam waktu yang cukup singkat mampu membaca al Quran secara baik dan benar, gunakan BBM (Baca Benar Mudah) al Quran Metode As Surasmaniyyyah, dengan limit waktu dua puluh pertemuan mampu mengantarkan lancar membaca al Quran dan memahami prinsip-prinsip utama kaidah ilmu tajwid/tatacara membaca al Quran. Kedua memahami dengan baik karakter Nabi Ibrahim as yang diabadikan al Quran.
2019
The article explain about the educative dimension in the story of Prophet Ibrahim. Where al Qur’an has told a lot of events that can be taken and learned in life today, the prophet narrated by the Qur'an is the story of Prophet Ibrahim As. whose names are often referred to up to 69 times, even one of the letters is named Surah Ibrahim. Prophet Ibrahim succeeded in forming the personalities of his sons and his wives obeyed God and had high social piety. Fidelity of Prophet Ismail and Prophet Ishaq, Siti Sarah and Siti Hajar's steadfastness and patience became authentic proof of his success in instilling values and characters that reflect true Muslims. The value of character education that has been taught by Prophet Ibrahim to his family and people has become very relevant to be applied in the world of education, amid the nation's moral condition which is very worrying nowadays. Keywords : Educative Dimension, Story, and Ibrahim
Ihya Media, 2017
Buku Membumikan SIkap dan Karakter Nabi Ibrahim AS & Ismail AS
Ar-Risalah: Media Keislaman, Pendidikan dan Hukum Islam, 2019
Religious education is delivered at the school level, in order to impart the basics of faith and devotion to God Almighty, the learners who aim to embody human piety and noble character, as well as generating an honest man, fair, ethical, ethical, mutual appreciates, discipline, harmonious and productive, both personal and social. Character education is very urgent need to be studied. It has long been understood that a Government condition is determined by the character of the people. The founders of this nation was repeatedly emphasized that the successful or failure of an experiment of the country will be determined by the values of character education attached to the personality of the inhabitants of the land. In this article will discuss how character education in the Qur'an? How the implementation of character education in Indonesia?
Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Di beberapa surah dalam al-Qur’an, Allah menyebutkan tentang beberapa karakter Mushlih agar dapat mengambil pelajaran dan dapat meneladani karakter terpuji tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penafsiran mufassir tentang karakter Mushlih dalam al-Qur’an dan memahami relevansi tentang karakter Mushlih pada zaman Rasulullah dengan zaman sekarang. Jenis penelitian ini merupakan studi kepustakaan dengan metode tematik. Metode tematik yang dimaksud yaitu penafsiran Al-Qur’an dengan menentukan tema tertentu kemudian mengumpulkan ayat yang berkaitan dengan tema, kemudian dibahas dan dianalisis. Data diperoleh melalui sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer pada penelitian ini yaitu Kitab Tafsir Fii Zhilalil Qur’an karya Sayyid Quthb, Kitab Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka, dan Kitab Tafsir Al-Munir karya Wahbah al-Zuhaili. Data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat tiga karakter Mushlih yang disebutkan secara ...
2011
Sesungguhnya Allah SWT tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ar-Ra'du( ):11 vi PERSEMBAHAN Untuk : Almamater ku UIN Sunan Kalijaga Guru-guruku Kedua Orangtuaku Adikku Aklis dan Ayun Keluargaku Sahabat-sahabatku Dan semua orang yang hadir dalam hidupku vii ABSTRAK Dakwah merupakan sesuatu yang sangat esensial dalam ajaran Islam. Hal ini mengingat ajaran Islam disebarluaskan dan diperkenalkan kepada umat manusia melalui aktifitas dakwah. Seorang di antara yang melakukan hal ini adalah Nabi Ibrahim. Di dalam aktifitas dakwahnya Ibrahim selalu mendahulukan cara dialog ketimbang cara kekerasan. Hal ini di antaranya bisa dilihat pada al-Quran QS. al-Syu'ara> :70-102. Surat ini merekam dengan baik dialog antara Nabi Ibrahim dan ayah, plus kaumnya. Sekalipun sang ayah tetap pada keyakinannya semula, Ibrahim tak memaksakan kehendak bahkan mendoakan keselamatan ayahandanya di akhirat kelak. Begitu juga, ketika Nabi Ibrahim diperintahkan untuk mengorbankan anaknya, ia berdialog dengan sang anak. Ia meminta pendapat sang anak sekiranya penyembelihan atas dirinya positif diselenggarakan. Apa yang telah ditunjukkan Ibrahim di atas, menurut hemat penulis sangat menarik untuk dikaji. Karena, dakwah dialogis Ibrahim ini merupakan salah satu dakwah yang paling sukses, dan juga kemudian diikuti oleh para nabi sesudahnya, seperti Nabi Muhammad. Namun, untuk memperspesifikkan kajian ini penulis akan memfokuskan pada dua rumusan masalah, yaitu: 1) Bagaimanakah bentuk dan metode dakwah dialogis Nabi Ibrahim yang terdapat dalam al-Qur'an?; 2) Bagaimanakah relevansi metode dakwah Ibrahim tersebut dengan konteks kekinian, terutama di Indonesia?. Untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut, penelitian ini sepenuhnya memanfaatkan kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode tematik, yakni dengan mengumpulkan ayat-ayat al-Qur'an yang berkaitan dengan kisah dakwah Ibrahim dan menganalisisnya. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan historis-sosiologis. Pendekatan historis dimaksudkan untuk mengemukakan asal usul, objek yang diteliti, perkembangan, fungsi, pengaruh dan hubungannya dengan kondisi sekitar. Sedangkan pendekatan sosiologis digunakan untuk mengetahui kondisi sosio-kultur Ibrahim dan masyarakatnya. Kemudian, dari proses penelitian ini diketemukan jawaban bahwa di dalam berdakwah Ibrahim secara konsisten selalu mendahulukan cara dialog ketimbang cara kekerasan. Setidaknya terdapat empat bentuk atau macam dakwah dialogis yang biasa dilakukan Ibrahim, yaitu pertama, dialog perihal teologis; kedua, dialog perihal kosmologis; ketiga, dialog perihal sosial; dan keempat, dialog perihal eskatologis. Sebagai upaya mensukseskan misi dakwah dialogisnya ini, Ibrahim senantiasa menyampaikannya dengan cara penuh komunikatif dan disertai dengan alasan yang argumentatif. Bahasa tutur yang lemah lembut disertai dengan alasan rasional yang sulit dibantah adalah ciri khasnya. Karena kehebatan cara berdakwahnya itulah kemudian Ibrahim harus menerima konsekuensi berupa diusirnya ia dari tanah kelahirannya. Dan metode dialogis Ibrahim ini masih cukup relevan di masa sekarang. Menguatnya cara-cara kekerasan dalam berdakwah dari beberapa Ormas Islam, yang pada akhirnya hanya memperburuk citra Islam, adalah bukti bahwa cara-cara dialog, sebagaimana yang dilakukan Ibrahim, dalam menyampaikan ajaran Islam begitu sangat diperlukan.
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Keislaman
Metode pengajaran karakter dalam tulisan ini memaparkan bagaimana menanamkan karakter pada peserta didik dapat ditempuh. Pesan penting al-Qur’an sebagai pedoman penyempurnaan akhlak manusia, dapat ditempuh melalui pengajaran yang menarik. Pengajaran yang membuat peserta didik dengan senang hati mengikuti tahapan-tahapan hingga implementasinya. Pengajaran karakter berbasis al-Qur’an ditempuh melalui dua metode. Pertama, metode pengajaran sebagai cara atau strategi mengajarkan karakter. Pada pemahaman ini tersirat makna bahwa ukuran keberhasilan menggunakan metode pengajaran adalah hasil. Di sini, dapat mengambil pelajaran dari metode dakwah rasulullah saw dan walisongo. Kedua, metode merupakan sistem pengajaran pendidikan karakter. Artinya, metode pengajaran pendidikan karakter merupakan sistem pengajaran yang menyangkut seluruh komponen pendidikan termasuk kurikulum, pendidik, strategi mengajar, dan komponen proses pembelajaran lain. Dalam hal metode pengajaran sebagai seb...
INSANIA : Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 2013
Character education is now indeed become a major issue of education in Indonesia today. In addition to being part of the process of formation of the child character, character education is also expected to become a major foundation in the form of qualified personal and responsible generation. Lately more and more people realize the importance of character education or in Islam is called the noble character education. In addition to being part of the process of formation of the child character, character education is also expected to become a major foundation in the form of qualified personal and responsible generation. Character education has been applied in various educational institutions as a form of policy to realize the Ministry of National Development National Movement National Character. In the implementation of character education, educational institutions have to equip teachers to integrate character education values with a comprehensive variety of methods. In this paper, the author will try to discuss about perespektif character education in the Koran.
2020
Tulisan ini menjelaskan tentang pendidikan karakter anak prabalig berbasis Al-Qur’an. Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi pustaka. Pendidikan karakter menjadi hal yang penting dan utama yang harus diberikan oleh orang tua. Dalam proses pendidikan karakter terdapat faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan karakter anak terutama sebelum dewasa atau dalam kajian Islam disebut aqil balig. Istilah aqil balig adalah kondisi tercapainya kedewasaan psikologis, sosial, finansial, juga kedewasaan biologis dengan kematangan alat reproduksi serta kemampuan memikul tanggung jawab syariah. Dalam Al-Qur’an untuk membentuk karakter anak, harus dilakukan sebelum balig, tepatnya ketika seseorang memilih pasangan untuk pernikahan, karena dengan pasangan suami dan istri yang baik kromosom dan perilaku keduanya akan menghantarkan cikal bakal yang baik, sampai pada terlahirnya anak sampai usia balig. Fase ini menjadi fase penting untuk...
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Keislaman
Character education based on ethical values of religious teachings is considered urgent to be promoted as a basic capital to sha- pe human beings who have superior character, play an active role in creating a peaceful society and a dignified nation. Education in the Qur›an strongly emphasizes aspects of morality. The verses that contain emphasis on cognitive are determined by morality, as well as things that are ritualistic, such as prayer which is a ritual aspect directly related to God at the end is to look right and left which symbolizes the necessity to have social care. The concept of education in the Qur›an is implied by the use of the terms tarbiyah, ta›lim, tadris, ta›dib and tazkiyah. From the term, it is understood that the Prophet Muhammad. as a source of exemplary always strives to educate people to be able to read and express the meaning contained in the Qur›an and can practice it. The five terms are important in providing a clear concept for character education in the ...
El-Furqania : Jurnal Ushuluddin dan Ilmu-Ilmu Keislaman, 2021
This article describes the position of the Prophet Muhammad SAW as a communicator in the perspective of the Qur'an which is a designation from Allah SWT. This shows that the Prophet Muhammad SAW is an ideal patron communicator who can serve as a role model in communication. Some of the terms communicators carried by the Prophet Muhammad SAW in the Qur'an include da>in, muballigh, mubayyin, mubashshir, mundhir, mudhakkir, muallim, dan murabbin. These terms will be explained by referring to the meaning of the language, terms, and their usage in the al-Qur'an. Keywords: Communication, Communicator, Prophet Muhammad SAW
BUDAI: MULTIDISCIPLINARY JOURNAL OF ISLAMIC STUDIES
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan serta menjelaskan tentang metode-metode pendidikan karakter yang diterapkan oleh Rosulullah Mukhammad SAW. Serta dalil yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang berkaitan dengan metode-metode pendidikan karakter. Serta dalam penulisan ini menggunakan metode kualitatif, dan merupakan jenis penelitian library research yaitu penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya dengan cara membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitiannya. Sumber-sumber tersebut di dapat dari karya yang ditulis oleh para ahli yang berkompeten tentang judul pembahasan penelitian ini. Hasil dari penelitian ini bahwasanya untuk bisa menerapkan pendidikan karakter memerlukan beberapa metode, dan metode tersebut sudah dicontohkan oleh Nabi Mukhammad SAW yang sejak zamannya sudah melakukan dan menerapkan pendidikan karakter.
2020
Artikel sederhana ini menceritakan tentang biografi singkat Nabi Ibrahim sebagai Nabi dan kekasih Allah Swt
Studia Islamika, 2014
Since the implementation character education launched by the government through the Ministry of National Education in 2010, it becomes trend among the world of education from elementary school to university. It caused by the education in Indonesia is less considered its attention to the value of students' character. There are many intelligent students in their academic but they do not counterbalance with their character. The concept of character education has been described in the manuals of Muslims. That is the holy book of the Koran particularly in letter Al-Mu'minun verse 1-11. The letters describes seven things that will get people to reach happiness, namely faith, devouting (khusyuk) in prayers, turning away from the things that are not useful, purifying theirselves with regular charity, taking care of lust, fulfilling mandate and promises, and maintaining prayer. Based this letters, an education expert, Akh.Muwafik Saleh, found The Seven Great Action which can deliver humans to achieve their success in this world and the hereafter both their intellectually and characteristically. The seventh attitudes are the sharpness of vision, self competence, effective life, sensitivity and social awareness, social change, doing something professionally and top leadership: leading with conscience.
el-'Umdah, 2020
Emotional anger is an urgent and has an essential role in living human life, besides he is also praiseworthy as well as the nature and attitude to watch out for, because anger is also the most active role in things that are self-preservation, family, and other social communities. Anger emotions arise as a result of feelings of displeasure with people other than themselves, or certain objects that are closely related to the personality and inner experience experienced by someone. In the Qur'an the expression "human emotion" is very closely related to human behavior personally related to information aspects of the past, present or future. In the Koran no less than 13 times in the form of unequal derivatives, where anger is depicted and seen in human attitudes and behaviors that sometimes appear on the face, can be detected in verbal and nonverbal forms, angry with fa'ali, angry with the qalb fil , angry in terms of quelling evil and angry in terms of human expectatio...
Jurnal Mutawatir, 2024
The dissemination of religious moderation through various currents of thought continues to evolve, as evidenced by the increasing number of academic publications discussing religious moderation from diverse perspectives. However, while academic research has succeeded in enhancing public understanding, the literature often focuses more on verses pertaining to ah}kām, neglecting the study of religious moderation based on narrative verses in the Qur’an, which serve as a role models for expressing religion in a moderate manner. This research emphasizes the reasoning behind religious moderation based on the story of Abraham in the Qur’an, analyzed through the lens of the Islamic trilogy. Utilizing literature data and the theory of maqās}idī interpretation, this paper identifies three models of religious moderation exemplified by Prophet Abraham according to the Islamic trilogy: First, the dimension of faith, which involves understanding and strengthening the prominence of monotheism through correct and proper religious comprehension. Second, the dimension of Sharia, which narrates values aimed at upholding humanity and welfare. Third, the dimension of morality, which emphasizes the importance of peaceful preaching to foster harmony in religious diversity and plurality.
Jurnal Pendidikan Luar Sekolah
This study aims to formulate tauhidic education by focusing on surat al-Kafirun in the interpretation of "Fi Zhilal al-Qur’an" by Sayyid Quthb. This research is library research with a thematic interpretation approach. In this study, the method that will be used is the "per-surah thematic interpretation" approach. It is said that the thematic approach is per-surah because specifically, this study will examine the surah of al-Kafirun in-depth with a focal point on monotheistic education. Specifically, the study refers to the interpretation of "Fi Zhilal al-Qur’an" by Sayyid Quthb. This study yielded two findings. First, the main essence of surat al-Kafirun is to instill tauhid in human beings to form a strong personality. Second, the main essence of the surah of Al-Kafirun' is the development of three dimensions of religious character: (a) theological dimension, (b) ritual dimension (c) comparative dimension.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk akan...
Jurnal Kariman, 2020
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan karakter dalam perspektif al-Qur’an melalui kisah-kisahnya terdiri dari: Pertama, tujuan pendidikan karakter. Sasaran dari tujuan pendidikan karakter di sini ialah pembentukan insan kamil serta pembinaan akhlak. Kedua, nilai-nilai dasar pendidikan karakter, seperti: tidak sombong, cita-cita yang kuat, bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, sopan santun, tolong-menolong, sabar, pemaaf, tanggung jawab, ikhlas, tidak mudah putus asa, berani mengakui kesalahan, cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, syukur, tidak boleh syirik, kasih sayang, patuh kepada kedua orang tua, kepemimpinan dan kepedulian sosial. Ketiga, tahapan-tahapan pendidikan karakter melalui pendidikan akhlak, pendidikan aqidah dan pendidikan syari’ah.
Kordinat: Jurnal Komunikasi antar Perguruan Tinggi Agama Islam
Metode Rasulullah SAW dalam mendidik dan mengajar para Sahabatnya sehingga dalam tempo 23 tahun berhasil menjadikan keunggulan mereka diakui dunia adalah tidak terlepas dari metode-metode yang sangat kaya, hingga mencapai tidak kurang dari 111 metode yang ditujukan untuk membentuk 13 karakter dengan langkah-langkah yang sistematis, rapih, tertib, dan humanis.Dalam rangka implementasi metode Rasulullah SAW dalam pendidikan karakter, diperlukan lima fase yaitu: 1) Fase persiapan, 2) fase penanaman, 3) fase penumbuhan, 4) fase pengembangan dan 5) fase penjagaan; demikian pula untuk mengupayakan Implementasi Pembangunan Karakter melalui metode KHaīrun nās Anfa'uhum linnāS (KHAS) di lingkungan Keluarga, sekolah dan masyarakat untuk diwacanakan Pendidikan Karakter (KHAS) dibangun melalui tiga paradigma yaitu: karakter KHAS yang harus dikembangkan dalam keluarga sekolah dan masyarakat yang terukir melalui tujuan, terprogram dan melalui pemilihan metode dan media yang tepat di mana selu...
Jurnal Pendidikan Indonesia
Latar Belakang: Pendidikan adalah usaha sadar serta berkala untuk mengembangkan potensi peserta didik pada bidang spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diharapkan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tujuan: Memberikan sebuah konsep pembelajaran nilai-nilai keIslaman melalui kisah Al-Qur’an dengan mengangkat satu tokoh sebagai teladan Metode: menggunakan penelitian studi kepustakaan yang menggunakan beberapa sumber keilmuan seperti buku, jurnal, artikel, karya ilmiah yaitu tesis juga hasil penelitian lainnya. Teknik analisis data yang dipilih adalah menggunakan deskripsi analitis terhadap literatur yang berkaitan dengan variabel penelitian. Hasil: Dijumpai beberapa kisah pada Al-Qur’an yang bisa dijadikan ibrah atau pembelajaran dalam menanamkan nilai karakter, sebagaimana dijelaskan pada Q.s Luqman ayat 12-19 perihal pentingnya nilai syukur, nilai kufur, nilai tauhid, dan nilai memuliakan orang tua. Kesimpula...
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.