Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Pergerakan filsafat sangat progresif, dinamis dan mencerahkan. Beberapa aliran-aliaran atau gagasan besar dari filsafat semisal, Rasionalisme, Empirisme, Kristisme, Positivisme, Pragmatis, Eksistensialisme dan salah satu yang paling berpengaruh terutama dalam Filsafat Barat hingga saat ini ialah Filsafat Eksistensialisme. Filsafat Eksistensialisme sangat erat hubungannya dengan eksistensi manusia. Bila kita runut sejarah perkembangan filsafat. Filsafat eksistensialisme diawali akhir abad ke-19 saat terjadinya Perang Dunia II yang kemudian berkembang pada abad modern/periode modern (akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-20).
This paper discusses gender and it's relation beside on Jean Paul Sartre's theory of existentialist philosophy. The method uses in this peaper is analytical and comparative descriptions of the thoughts and ideas of both the flow of feminism with regard to gender, as well as with human existence and its existence according to Sartre. The conclusions and findings that the authors present in this study is the suitability of the idea of feminism on women's gender with the notion of existentialism, especially those initiated by Sartre. Where a woman feels her existence exists and feels her own, then she has the potential to sue what the tradition has already modified to her. Abstrak Penelitian ini membahas gender dan kaitannya dengan teori filsafat eksistensialisme berdasarkan teori Jean Paul Sartre. Metode menggunakan adalah kualitatif deksripsi analitis dan komparatif mengenai pemikiran dan gagasan baik dari aliran feminism berkaitan dengan gender, maupun dengan keberadaan manusia dan eksistensinya menurut Sartre. Dalam tulisDi antara kesimpulan dan temuan yang penulis hadirkan dalam penelitian ini adalah kesesuaian gagasan feminisme mengenai gender wanita dengan paham eksistensialisme, terutama yang digagas Sartre dengan sampel penelitian masyarakat Mbojo NTB. Di mana wanita ketika merasa eksistensinya ada dan dirasakannya sendiri, maka dia memiliki potensi untuk menggugat apa yang sudah dikodratkan oleh tradisi kepadanya.
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019
Aliran-aliran filsafat barat berkembang seiring keterbukaan kebebasan berpikir dengan adanya zaman pencerahan. Hegemoni Gereja yang menekan masyarakat dengan dogma-dogmanya sehingga membatasi gerak mereka dalam berpikir kritis. Pada zaman modern muncul filsuf-filsuf yang terkenal seperti Rene Descartes sebagai Bapak filsafat modern. Setelahnya, muncul lagi tokoh-tokoh berikutnya dengan aliran-aliran yang khas dan saling mengkrtisi satu sama lain. salah satu aliran filsafat berkembang sekitar abad 19 akhir adalah eksistensialisme yang diinisiasi oleh Soren Kierkegard. Aliran eksistensialisme atas rekasi terhadap perang dunia satu yang memakan korban tidak sedikit dan maraknya kolonialisasi. Eksistensialisme mengajak kepada manusia untuk bisa bereksistensi di dunia luar dengan kebebasan yang dimilikinya. Jean Paul Sartre merupakan tokoh eksistensialis yang paling berpengaruh dalam perkembangannya di dunia.
Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, 2015
The philosophy of existentialism pays great attention to the fate of human beings as individualist embodiments. This also becomes a manifestation of human’s freedom which receives less attention due to its exclusion under the strong influence of Hegel’s doctrine essentialist philosophy or system of thought that emphasizes collectivity. The emergence of existentialism itself in turn propagates into the polemical invention of humans upon their God. There are two conceptions of the divine discourses on existentialism, namely the theistic existentialism and the atheistic one. Theistic existentialism tries to accept God and consider Him not to rob humans’ freedom because God is understood individually, not as a self-enclosed system. On the contrary, atheistic existentialism actually rebels against God’s intervention in humans’ freedom as well as eliminates the existence of God and brings the absolute freedom of human beings themselves, which in turn this leads to humans’ creative activity.
Satu wacana eksistensialis tentang karya Nausea oleh Sartre. Ia tentang rasa mual dan kejanggalan di dalam kesedaran (dan serangan) wujud di muka buka bumi ini. Diterbitkan di dalam, Mohammad Alinor, A. K., Farhan, N. (Pnyt.), (2016), Seminar Falsafah Malaysia III & IV, hlm. 249-259.
Pendidikan dan filsafat tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Filsafat bagi pendidikan berperan sebagai pedoman yang memberikan arahan dan tujuan pendidikan. Sedangkan pendidikan bagi filsafat merupakan suatu 'ruang' yang selalu memberinya tempat untuk hidup dan terus berkembang melalui kegiatankegiatan teoritis maupun praktis dalam pendidikan.
Jurnal Teologi Cultivation, 2020
Jean-Paul Sartre is an atheist philosophical figure that is well known for spreading his idea about existentialism. The purpose of this paper is to know what Jean-Paul Sartre knows about the existence of God. As for the purpose of this writing is to see Jean-Paul Sartre concept of God that said if God exist then humanity is nothing, man will be come it self if they nullify God himself. The method of the research ised is a literature research and descriptive method, which scientifically digs the flow and the core of Jean-Paul Sartre thoughts and what other factor that affects his thinking. The result of this research shows that for Sartre the existence of God only limits himself from freedom. With existence of God humans can’t be free to find their true identity. The real freedom according to Sartre is humans are willing to deny God’s existence in every aspect of their life. The implications tha we can get from Jean-Paul Sartre idea is we have to acknowledge that philosophical thinki...
Shautut Tarbiyah, 2015
Abstrak Substansi agama adalah memberikan tata kelola kehidupan bagi umat manusia dimuka bumi ini agar senantiasa menjalankan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pencipta dengan berbagai petunjuk-petunjuk teknisnya sebagaimana di dalam kitab-kitab yang telah diturunkan kepada nabi-nabi, tetapi hal demikian dalam mewujudkan proses pencapaian kearah yang paling tinggi (puncak kebaikan, manusia terbentur dalam konflik-konflik proses dalam membangun dialektika internal umat beragama dengan berbagai sekte internnya, begitu juga dengan proses dialektika antar umat beragama yang secara pandangan keluar mengalami banyak perbedaan-perbedaan, dari sinilah dibutuhkan kematangan, kedewasaan dalam beragama, sehingga substansi yang ingin dicapai oleh agama tetap menjadi tujuan utama, tidak dikandaskan karena pertikaian/konflik pada proses mencapai tujuan utama. Beberapa hal yang patut diperhatikan dalam melihat sumber-sumber konflik tersebut adalah adanya klaim kebenaran oleh orang-orang yang sangat bersikukuh untuk mendiskreditkan kelompok lain, tetapi kelompoknya lah yang dianggap paling benar. Sehingga dibutuhkan kedewasaan dalam melihat kembali substansi ajaran agama dengan membangun dialog antar agama bagi pemuka dan tokoh-tokoh pengendali, bagi penuntut ilmu dan akademisi kembali melakukan interpretasi pesan-pesan agama dengan menawarkan kesejukan dan kedamaian, sehingga dapat membangun dialog antar agama lebih hidup dan bersinergi untuk kedamaian dan kemaslahatan penganut agama-agama. Kata Kunci: Konflik, Sosial, Umat. Abstract The substance of religion is to provide governance for the life of mankind on earth is to always apply the rules that have been established by creators with a variety of their technical instructions as in the books that have been revealed to the prophets, but do so in
Jurnal Filsafat Indonesia
Penelitian ini mengkaji eksistensi manusia dalam pandangan J.P Sartre dan S.H Nashr. Penelitian inimenggunakan pendekatan hermeneutika dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis digunakan untuk memaparkan bagaimana eksistensi manusia pandangan Barat dan Islam yang dalam hal ini difokuskan pada pemikiran Sartre dan Nashr. Jenis penelitian ini adalah library research. Hasilnya ditemukan ada titik temu sekaligus titik pisah dalam pemikiran keduanya. Titik pisah yang sangat mencolok terutama terilihat bagaimana keduanya melihat faktor lain di luar diri manusia, bisa jadi itu makhluk lain, manusia lain atau bahkan Tuhan. Dilihat dari sisi manusia sebagai objek Sartre berpendapat bahwa manusia yang tidak memiliki kesadaran akan nasibnya maka manusia itu tergolong ’etre-en-soi, sementara Nashr melihatnya sebagai fitrah bagi manusia, karena Tuhan telah menentukan nasib manusia sebelumnya. Dari sisi subjek, Nashr berpendapat manusia ...
2020
ABSTRAK Penelitian ini mendeskripsikan konflik-konflik tokoh yang mengalami pertikaian kondisi sosial di dalam novel Maransi. Konflik yang dibahas dalam novel ini berupa perkara-perkara rumah gadang, tanah pusaka, gelar pusaka, harga diri dan peran mamak dalam membimbing kemenakan. Penelitian ini dibatasi pada konflik sosial yang terjadi antara mamak dan kemenakan. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian berupa studi kepustakaan. Data terdiri dari data primer berupa teks yang bersumber pada novel Maransi dan data sekunder berupa referensi yang berdekatan dengan objek penelitian. Teknik analisis data dengan memilah dan memilih konflik-konflik yang menunjukkan permasalahan pada mamak dan kemenakan. Sesuai dengan tujuan penelitian, hasil analisis yang dihasilkan menunjukkan konflik-konflik sosial berupa pergeseran peran mamak sebagai orang yang dituakan dalam kaum pada pengambilan keputusan mendirikan rumah gadang. Hilangnya citra kepemimpinan mamak dan datuk di masyarakat Minangkabau yang lebih mengedepankan kepentingan pribadinya dan mendahulukan kepentingan keluarga dan anaknya. Terjadinya pergeseran peran mamak dalam mengendalikan harta pusaka dan sako sebagai warisan yang harus diturunkan kepada kemenakan. Kurangnya peran mamak berupa bimbingan kepada kemenakan. Tidak adanya komunikasi yang kondusif antara mamak dan kemenakan.
Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, 2015
This article seeks to analyze Mulla Sadra"s philosophical existentialism. Sadra seeks to provide answers to formulate a concept called the philosophy of wisdom. In outline the teaching philosophy of Sadra include authenticity of the form (as} âlat al-wujûd) that the answer to differences in the methods used by the essentialist and existentialist. In this case authenticity of the form (as} âlat al-wujûd) spawned several sections related to each other, among other pantheism (wah} dat al-wujûd), doubts exist (tashkîk alwujûd), and movement core (al-h} arakah al-jawharîyah). Through wah} dat al-wujûd (pantheism), Sadra then change the view of the beginning made authenticity essence (as} âlat al-mâhîyah) as the core of the reality to an authenticity presence (as} âlat al-wujûd). As for tashkîk al-wujûd (doubts exist) is in response to the notion that "form" is God, while the universe is a shadow of it. Sadra gives a different view, he said the absence of the universe (reality) man can not find the "form" the truth, the God who became a grand synthesis of some of the concepts put forward by Islamic thinkers.
2017
Konflik sosial merupakan fenomena sosial yang menarik dikaji dan diteliti. Hal ini memunculkan berbagai teori konflik. Banyaknya teori konflik membutuhkan pemetaan untuk memudahkan kita dalam mengenal dan memahami berbagai teori konflik yang ada. Secara sederhana bisa dikelompokkan ke dalam 2 hal yaitu klasik dan modern. Tokoh-tokoh teori konflik sosiologi klasik adalah sebagai berikut Polybus, Ibnu Khaldun, Nicolo Machiavelli, Jean Bodin, Thomas Hobbes. Adapun tokoh sosiologi modern yang mengemukakan tentang teori konflik adalah Karl Marx, Lewis A. Coser, Ralf Dahrendorf. Teori konflik klasik cenderung memandang konflik ditinjau dari segi sifat alami manusia yang cederung saling memusuhi dan saling menguasai terutama dalam hal kekuasaan. Adapun teori konflik modern lebih bersifat kompleks dan muncul sebagai kritikan atas teori fungsionalisme structural
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi fenomena konflik spasial yang terjadi di ruang publik Kota Bandung beserta faktor-faktor penyebabnya. Metode penelitian ini dilakukan dengan membaca fenomena yang terjadi di beberapa kasus bagian kota, khususnya pada ruang-ruang publik yang mengalami konflik spasial. Penelitian ini bertujuan untuk memberi penjelasan (explanatory) dan dikelola secara kualitatif. Berdasarkan hasil telaah empiris diketahui bahwa konflik spasial yang terjadi di Kota Bandung terdiri dari : 1) Konflik spasial akibat kontrol privat pada ruang publik melalui intervensi temporer yang terjadi di ruang pedestrian, ruang jalan, ruang terbuka, jalur hijau dan saluran drainase. 2) Konflik spasial akibat kontrol privat pada ruang publik melalui intervensi permanen yang terjadi di ruang pedestrian, ruang jalan dan ruang terbuka. 3) Konflik spasial akibat kontrol publik pada ruang privat. Faktor penyebab terjadinya konflik spasial itu antara lain : 1) Konsensus atau kesepakatan dari pihak-pihak dominan; 2) Perkembangan kawasan (organik vs terencana); 3) Tataan fisik (layout) kawasan yang tidak mampu meminimalisir no man's land; 4) Batas teritori yang kurang jelas dan mampu membedakan domain publik-privat; 5) Persepsi dan perspektif masyarakat; dan 6) Peraturan yang mengatur tentang pemanfaatan ruang publik. Kata kunci : ruang publik, konflik spasial, intervensi, konsensus LATAR BELAKANG Ruang publik merupakan ruang yang dipakai bersama di mana penggunanya tidak memiliki kontrol terhadap ruang tersebut secara individu [1]. Ruang publik dapat digunakan oleh siapa saja, baik dari dalam maupun luar teritori dan mereka akan memiliki kesamaan teritori. Sebaliknya, ruang privat adalah ruang yang ditempati oleh pengguna yang memiliki kontrol terhadap ruang tersebut. Kontrol tersebut memberikan kesempatan bagi manusia untuk menetapkan teritorialnya. Pembedaan privat-publik ini telah menjadi prinsip penataan dalam pembentukan ruang fisik kota dan kehidupan sosial masyarakatnya [2]. Ruang kota dibagi ke dalam domain oleh berbagai aturan, batas spasial dan simbol untuk menetapkan batasan antara kita dan mereka [3]. Pada awalnya, Kota Bandung direncanakan oleh pihak kolonial dengan mengikuti kaidah arsitektur yang baik. Tetapi kemudian Indonesia mengalami pergantian penguasa dan mengalami perubahan politik, sosial dan *Penulis (Untuk Surat Menyurat): Dewi Parliana, Pengajar Program Studi Arsitektur ITENAS .
website https://retizen.republika.co.id/posts/288460/studi-konflik-dalam-paradigma-ilmu-sosial Konflik senantiasa hadir mewarnai perjalanan hidup umat manusia dari masa ke masa, bahkan tidak ada peradaban pernah tegak dan eksis di muka bumi ini, tanpa adanya konflik di dalamnya, seakan-akan konflik itu menjadi bagian yang alamiah dalam kehidupan umat manusia atau istilah kerennya menjadi "hukum besi sejarah". Karena secara kondrat manusia memiliki perbedaan dalam kebutuhan, keinginan, nilai, ideologi, dan tujuan, maka dari adanya perbedaan itu terbuka peluang kecil atau besar terjadinya gesekan, benturan, tubrukan, dan pertentangan diantara umat manusia. Konflik secara sederhana dapat didefinisikan sebagai situasi di mana terdapat dua pihak atau lebih memiliki perbedaan dalam kepentingan, nilai, tujuan, atau persepsi, yang menyebabkan ketegangan atau ketidaksepakatan diantara mereka (Susan, 2014). Artikel ini merupakan ulasan singkat mengenai konflik dalam studi ilmu-ilmu sosial, yang sebelumnya menjadi bahan ajar penulis ketika menyampaikan perkulihaan tentang teori konflik kepada mahasiswa di kelas.
2017
Talking about freedom, freedom can have many meanings, depending on which perspective it sees. If wrong in looking, then the freedom can be legitimacy to do something that is not good. For this reason understanding freedom with proper understanding becomes very important. Freedom in the philosophical view of existentialism is interesting to be examined since this philosophy examines human beings in terms of their subjectivity so that it will provide an understanding of freedom not only philosophically which is theoretical but also in the ethical realm that really touches human life in real. The two figures whose thoughts are discussed in this study are representative of two different schools of existentialism, atheist / non-religious existence and theistic / religious existentialism. So this study will also present not only an understanding of freedom from an existentialist perspective but also to see how a concept is viewed by two contradictory beliefs. ...
Konflik dianggap sebagai hal yang merusak dan berbahaya. Namun para ilmuwan ahli perilaku telah mempelajari dan menyimpulkan bahwa tidak semua konflik bersifat merusak. Pada tingkat tertentu konflik merupakan hal yang esensial (Cowling et al., 1988), menjadi katalis untuk ide-ide baru, kemajuan, perubahan positif dan pertumbuhan (Rahim, 1986), serta meningkatkan kreativitas dan inovasi. Selain itu konflik memberikan lebih banyak energi dan motivasi, memberikan kesempatan kepada seseorang untuk maju, mengevaluasi diri dan situasi (Smyth, 1985). Organisasi kesehatan rentan terhadap konflik yang dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan serta berpengaruh pada pasien (McVivar, 2003). Cepatnya perubahan mendasar (secara radikal) sepuluh tahun terakhir di lingkungan pelayanan kesehatan, tim pelayanan kesehatan yang multi profesional, meningkatnya pengetahuan dan harapan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan yang lebih berkualitas merupakan faktor yang menyebabkan organisasi kesehatan rentan terhadap konflik (Hurley dan Linsley, 2007; Ogunyemi et al., 2011). Lebih lagi pada organisasi pelayanan kesehatan yang kompleks seperti rumah sakit. Sebagai bagian dari pemberi layanan kesehatan, perawat sangat mungkin menghadapi konflik selama menjalankan tugasnya. Beberapa sumber konflik pada bidang keperawatan adalah perbedaan cara pandang antara manajemen dan staf, jumlah sumber daya perawat yang terbatas sehingga mereka memiliki tingkat stres yang lebih tinggi, perbedaan tujuan kerja dan kompetisi antar kelompok (Kunaviktikul et al., 2000; McVivar, 2003), serta konflik antara perawat dan dokter (Vivar, 2006). Perubahan organisasi pelayanan kesehatan dan kebijakan baru dapat menimbulkan tingkat perbedaan pendapat dan konflik lebih tinggi (Broome, 1990).
Pendahuluan Konflik adalah suatu proses antara dua orang atau lebih di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkannya atau membuatnya menjadi tidak berdaya. Konflik itu sendiri merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat. Konflik yang dapat dikawal akan menghasilkan integrasi yang baik, namun sebaliknya integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan suatu konflik. Konflik organisasi adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat yang berpengaruh terhadap pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif mahupun pengaruh negatif. Teori konflik sosial adalah paradigma berorientasi makro dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai suatu ketidaksamaan yang menghasilkan konflik dan perubahan sosial. Unsur-unsur penting dalam perspektif ini ialah masyarakat tersusun dengan cara untuk menguntungkan beberapa individu atau organisasi dengan mengorbankan majoriti, dan faktor-faktor seperti kaum, jantina, kelas, dan umur dikaitkan dengan ketidaksamaan sosial. Untuk seorang ahli teori konflik sosial, ia adalah mengenai kumpulan dominan berbanding hubungan kumpulan minoriti. Karl Marx dianggap sebagai 'bapa' teori konflik sosial. Terdapat juga beberapa tokoh lain yang mempelopori teori ini seperti Ralf Dahrendorf dan Randall Collins.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.