Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2024
…
17 pages
1 file
The two-sector economy is a basic model in macroeconomic analysis that often ignores the role of government and the foreign sector. This raises the question of how effective this model is in explaining more complex economic dynamics and how the interaction between households and firms affects national income. This research uses library research method to find all information about the two-sector economy. This research discusses the theory of a two-sector economy, which involves the interaction between households as consumers and firms as producers. In this model, expenditure (E) consists of consumption (C) and investment (I), while income (Y) comes from consumption and savings (S). National income equilibrium is reached when savings are equal to investment. In addition, this study explains the circular flow of the economy, which shows how income flows between the two sectors. The concepts of marginal propensity to consume (MPC) and multiplier are also elaborated to illustrate the impact of investment changes on national income. Thus, while the two-sector economy provides important insights, the limitations of this model in considering external factors should be recognized for a more comprehensive analysis.
Upaya memadukan konsep pertumbuhan dan pemerataan merupakan tantangan yang jawabannya tidak henti-hentinya dicari dalam studi pembangunan. Maka munculah suatu model yang dinamakan Redistribution with Growth (RWG) yang artinya pemerataan dan pertumbuhan. Model ini mempunyai strategi utama bernama " employment-oriented development ". Strategi ini pertama kali dikemukakan oleh singer (1972) dalam sebuah kertas kerja untuk misi lapangan kerja ILOke Kenya. Redistribution with Growth menggambarkan 4 pendekatan pokok yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan golongan miskin (Richard Jolly dalam Wie, 1989). Keempat pendekatan itu adalah : 1. Meningkatkan laju pertumbuhan GNP sampai tingkat maksimal dengan jalan meningkatkan tabungan dan mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien, yang manfaatnya dapat dinikmati oleh semua golongan masyarakat. 2. Mengalihkan investasi ke golongan miskin dalam bentuk pendidikan, menyediakan kredit, fasilitas-fasilitas umum dan sebagainya. 3. Mendistribusikan pendapatan atau konsumsi kepada golongan miskin melalui system fiscal atau melalui alokasi barang-barang konsumsi secara langsung. 4. Pengalihan harta atay tanah yang sudah ada kepada golongan-golongan miskin, misalnya land reform. Inti dari ide dasarnya adalah pemerintah harus mempengaruhi pola pembangunan sedemikian rupa sehingga produsen yang berpendapatan rendah akan mendapatkan kesempatan meningkatkan pendapatan dan secara simulta menerima sumber ekonomi yang diperlukan. Fokus dari strategi ini mengarah pada penyediaan atau penciptaan lapangan pekerjaan secara langsung bagi masyarakat, sebagai alat untuk mendistribusikan pertumbuhan dan kesejahteraan yang dihasilkan oleh mesin ekonomi nasional. Namun, pendekatan ini pada akhirnya memang juga terbukti gagal, karena World Employment Program yang diperkenalkan oleh ILO lebih bersifat Comrehensive Employment Strategies dengan konsekuensi teknologi tinggi yang bersidat capital intensive. Sehingga hanya orang-orang yang berpendidikan dan berketerampilan yang dapat diserap oleh lapangan pekerjaan yang diciptakan (Amdt, 1989). Sementara mereka yang tidak berpendidikan dan berketerampilan yang jumlahnya 60% dari seluruh angkatan kerja, tetap berada diluar jangkauan distribusi kesejahteraan nasional. Pendekatatan " Pertumbuhan dengan Pemerataan " ini tidaklah banyak berbeda dengan pendekatan pertumbuhan lainnya yang dilakukan dalam perbaikan meskipun bersifat tambal sulam dengan memasukkan unsur pembangunan sosial. Masuknya unsur sosial dalam pembangunan, secara teoritis memang mudah dipahami tetapi dalam penerapannya sangat sulit. Dikarenakan masalah kemiskinan bukanlah sekedar masalah pendistributian barang dan jasa kepada kelompok tertentu. Tetapi terkait dengan kekuasaan dan niat politik yang pada titik lain akan bertemu dengan masalah ketidakadilan ataupun kesenjangan sosial.
Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang, disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.
SEKTOR UNGGULAN KAB. BOLAANG MONGONDOW, 2020
Dalam sudut pandang teori ekonomi makro regional, sektor basis (unggulan) inilah yang memiliki potensi dikembangkan, karena akan mampu menghasilkan surplus kepada daerah dari keunggulan sumberdaya (endowment) yang dimiliki. Untuk mengidentifikasi sektor basis dalam suatu perekonomian dapat dilakukan dengan Menggunakan peralatan analisis Location Quotient (LQ), yaitu perbandingan antara peranan relatif sektor atau subsektor regional terhadap nilai tambah total regional PDRB) dengan peranan relatif sektor atau subsektor yang sama di tingkat nasional dengan nilai tambah total nasional (PDB). Jika LQ > 1 berati sektor atau subktor tersebut adalah sektor basis dan sebaliknya jika LQ < 1 berarti sektor tersebut adalah sektor non basis. Jika telah diidentifikasi sektor-sektor basis dalam perekonomian Kab. Bolaang Mongondow, maka dengan menggunakan formula Incremental Capital Output Ratio (ICOR=ΔKt/ΔYt), maka akan dapat diperkirakan kebutuhan investasi masing-masing sektor basis dan non basis tersebut. Dari hasil analisis ini akhirnya akan dapat diambil suatu rekomendasi kebijakan kepada pemerintah daerah Kab. Bolaang Mongondow.
HERI PURNOMO, 2020
MATA KULIAH : MAKRO EKONOMI DOSEN PRODI : JURUSAN MANAJEMEN AKUNTANSI DOSEN : DRS. H. DARMANSYAH, MM FAKULTAS : EKONOMI UMJ
Jurnal KURIOS, 2018
The theology of secularization was a product of a changing age that was triggered by a shift in philosophical thought at the time of enlightenment. Rationalism put human hegemony over dogmatic issues so that theology also ought to be able to answer a changing need for the postmodern era. This article aimed to show a reflection presented by secularisation theology in post-liberalism. The method used was descriptive historical, to explain the theology of secularization in the context of changes and needs of modern humans until today. The conclusion is that secularization theology is an actualization of modern thought that seeks to apply the values of Christianity in the context of a wider world, independent of its religious and dogmatic hegemony. Teologi sekularisasi merupakan produk dari sebuah perubahan jaman yang dipicu oleh pergeseran pemikiran filsafat pada masa pencerahan. Rasionalisme mengembalikan hegemoni manusia di atas persoalan dogmatis, sehingga teologi juga harus dapat menjawab sebuah kebutuhan jaman yang sedang menuju ke arah posmodern. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan sebuah refleksi yang dihadirkan oleh pemikiran teologi sekularisasi pada masa post-liberalisme. Metode yang digunakan adalah deskriptif historis, untuk menjelaskan tentang teologi sekularisasi pada konteks perubahan dan kebutuhan manusia jaman modern hingga saat ini. Sebagai kesimpulan, teologi sekularisasi merupakan aktualisasi pemikiran modern yang mencoba menerapkan nilai-nilai kekristenan dalam konteks dunia yang lebih luas, yang terlepas dari hegemoni agama dan dogmatikanya.
Istilah mimetik berasal dari bahasa Yunani ‘mimesis’ yang berarti ‘meniru’,‘tiruan' atau ‘perwujudan’. Secara umum mimetik dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang memandang karya sastra sebagai tiruan atau pembayangan dari dunia kehidupan nyata. Mimetik juga dapat diartikan sebagai suatu teori yang dalam metodenya membentuk suatu karya sastra dengan didasarkan pada kenyataan kehidupan sosial yang dialami dan kemudian dikembangkan menjadi suatu karya sastra dengan penambahan skenario yang timbul dari daya imajinasi dan kreatifitas pengarang dalam kehidupan nyata tersebut. Cerpen “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis menceritakan kisah tentang seorang kakek yang menempati sebuah surau yang terletak di ujung jalan selama bertahun-tahun. Di surau itu, kakek menghabiskan seluruh waktunya untuk berbuat kebaikan dan mengabdikan dirinya kepada sang pemilik semesta yaitu Allah SWT. Seorang tokoh bernama Aku juga menghiasi cerita ini, dia sering sekali berkunjung ke tempat kakek dan menjadi akrab dengan kakek. Hingga suatu hari dia melihat kakek murung di dalam surau. Ketika dia menanyakan apa yang sedang terjadi dengan kakek, ternyata seorang bernama Ajo Sidi telah datang dengan pisau dan mencemooh kakek karena kebaikannya namun lupa akan tugasnya sendiri di dunia. Ajo Sidi mengatakan bahwa pada suatu hari Tuhan Allah akan bertanya dan menghakimi kakek karena terlalu fokus sembahyang dan berbuat baik namun melupakan hubungannya dengan sesama. Perkataan Ajo Sidi membuat kakek marah karena menurut kakek, dia telah berbuat baik dan benar sesuai dengan yang Tuhan Allah perintahkan, tidak pernah ada satu hal burukpun yang kakek lakukan. Akhirnya kakek termakan kata-kata yang telah diucapkan oleh Ajo Sidi hingga akhirnya kakek meninggal dengan menggorok lehernya sendiri dengan pisau cukur.
A. Pengertian a. persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir (Saifudin, abdul bari.2002) b. Persalinan adalah proses pengluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melelui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2006) c. Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan ibu sendiri, tanpa bantuan alat -alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (mochtar, rustam.1998)
DI SUSUN OLEH : NAMA : Hartoni AG NIM : 12.20.1993 KELAS : IV B SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CAHAYA BANGSA KEPERAWATAN 2014 STUDI KEPEMIMPINAN OHIO STATE UNIVERSITY Penelitian yang dilakukan oleh Fleishman dan kawan-kawannya di University of Ohio menghasilkan teori dua faktor kepemimpinan : kepemimpian yang diacu sebagai pemrakarsa struktur (initiating structure) dan pertimbangan (consideration). Pemrakarsa sruktur merupakan perilaku dimana pemimpin yang mengorganisasi dan menetapkan hubungan dalam suatu kelompok cenderung membentuk saluran dan pola komunikasi yang ditetapkan dengan baik, dan menunjukkan cara-cara penyelesaian pekerjaan. Pertimbangan menyangkut perilaku yang menunjukkan persahabatan, kepercayaan timbal balik, saling menghormati, kehangatan, dan hubungan antara pemimpin dan pengikut. Perilaku kepemimpinan initiating structure cenderung lebih mementingkan tujuan organisasi daripada mementingkan bawahan, sehingga pemimpin dengan perilaku semacam ini biasanya suka mengatur, menentukan pola organisasi, saluran komunikasi, struktur peran dalam pencapaian tujuan organisasi dan cara pelaksanaannya. Sedangkan perilaku
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Ben Ridho Azwanda, 2022