Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
1988, Dewan Budaya
Kuasa politik cenderung untuk berada dan tertumpu di tangan sebahagian kecil ahli-ahli masyarakat ataupun lebih tepat lagi sekumpulan minoriti. Fenomena ini dapat diperhatikan di dalam mana-mana juga masyarakat termasuklah yang mendakwa mereka ...
Wacana: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Interdisiplin
In a plural society as in a village, the form of social interaction can occur in a dissociative process or an associative process. The dissociative process can occur if each community group is unable to resolve itself with other groups and conversely the associative process can occur if the adjustment process can be carried out properly then the social interaction of post-conflict communities in the village will be associative. Social conflict Basically, it cannot be organized unless it is postponed by reducing the extreme actions that occur, the way, among others, is to prevent conflict from producing something that is detrimental to all parties. In addition, conflict managers immediately pull individuals out of their involvement in a social conflict and include them in other community groups who are running positive programs. Living in society cannot be separated from social changes, both fast and slow changes, because people cannot live alone without a relationship with their fel...
Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia selalu dihadapkan pada dua modus eksistensi. Menurut Fromm, ada dua modus eksistensi manusia, modus pertama adalah kecenderungan untuk “memiliki” (to have) dan modus keduanya adalah kecenderungan untuk “ingin menjadi” (to be).1 Modus pertama mengarah kepada keinginan yang kuat untuk memiliki “to have” sesuatu dalam bentuk material dengan simbol-simbol statusnya, seperti merasa sebagai kelompok eksklusif yang terhormat. Sangat menarik dicermati karena obsesi kepemilikan ini justru lebih kuat pada status dan kekuasaan. Karena itu, nafsu memiliki ini menjadi tidak sehat dan bahkan menimbulkan letupan-letupan konflik di masyarakat.
Konflik sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Ketika orang memperebutkan sebuah area, mereka tidak hanya memperebutkan sebidang tanah saja, namun juga sumber daya alam seperti air dan hutan yang terkandung di dalamnya. Upreti (2006) menjelaskan bahwa pada umunya orang berkompetisi untuk memperebutkan sumber daya alam karena empat alasan utama. Pertama, karena sumber daya alam merupakan "interconnected space" yang memungkinkan perilaku seseorang mampu mempengaruhi perilaku orang lain. Sumber daya alam juga memiliki aspek "social space" yang menghasilkan hubungan-hubungan tertentu diantara para pelaku. Selain itu sumber daya alam bisa menjadi langka atau hilang sama sekali terkait dengan perubahan lingkungan, permintaan pasar dan distribusi yang tidak merata. Yang terakhir, sumber daya alam pada derajat tertentu juga menjadi sebagai simbol bagi orang atau kelompok tertentu.
Artikel ini hendak memaparkan kondisi riil Bangsa Indonesia yang sejak proses kelahiran dan kemenjadiannya hingga saat ini, memiliki catatan panjang dalam konflik sosial. Melihat kenyataan tersebut tidak bisa tidak untuk memberi pengakuan bahwa kemajemukan identitas primordial yang kurang menyatu dalam identitas nasional, telah menjadi akar ataupun bibit konflik sosial yang sangat potensial, sekalipun dalam saat yang bersamaan keberadaan dua identitas tersebut dapat pula menjadi bibit integrasi. Menyoroti keberadaan dua identitas ini, perlu suatu cara pandang yang beda yaitu memberi ruang yang cukup lapang untuk berinteraksi dengan budaya "mereka" dengan mereduksi seminim mungkin prasangka dan stereotype budaya yang senantiasa cenderung melihat dalam perspektif "kita". Sebagai suatu cara pandang hidup dalam berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, Pancasila diharapkan mampu menjadi pemicu sekaligus "alat" yang memungkinkan terjadinya interaksi integratif lintas budaya yang bermartabat.
2015
This article tries to explain associated with various conflicts resulting from a falseunderstanding of the text in response to a context. Text sometimes translated in a waythat is narrow and indiscriminate, resulting in a narrow understanding of people andtend to be wrong.Apart from a narrow understanding conveyed by religious leaders, thereal conflict in society is due to the knowledge of understanding of individuals who tendto be limited. In the global society, the paradigm of a narrow understanding that shouldbe fought, because in turn, peacefulness will never arise when religious believers insistsassume that the religion which he believes most true and other religions shall be foughtand led to other religions. Then there must be understanding in the communitycomprehensive of religious attitudes in order to create a more harmonious atmosphere.
Shautut Tarbiyah, 2015
Abstrak Substansi agama adalah memberikan tata kelola kehidupan bagi umat manusia dimuka bumi ini agar senantiasa menjalankan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pencipta dengan berbagai petunjuk-petunjuk teknisnya sebagaimana di dalam kitab-kitab yang telah diturunkan kepada nabi-nabi, tetapi hal demikian dalam mewujudkan proses pencapaian kearah yang paling tinggi (puncak kebaikan, manusia terbentur dalam konflik-konflik proses dalam membangun dialektika internal umat beragama dengan berbagai sekte internnya, begitu juga dengan proses dialektika antar umat beragama yang secara pandangan keluar mengalami banyak perbedaan-perbedaan, dari sinilah dibutuhkan kematangan, kedewasaan dalam beragama, sehingga substansi yang ingin dicapai oleh agama tetap menjadi tujuan utama, tidak dikandaskan karena pertikaian/konflik pada proses mencapai tujuan utama. Beberapa hal yang patut diperhatikan dalam melihat sumber-sumber konflik tersebut adalah adanya klaim kebenaran oleh orang-orang yang sangat bersikukuh untuk mendiskreditkan kelompok lain, tetapi kelompoknya lah yang dianggap paling benar. Sehingga dibutuhkan kedewasaan dalam melihat kembali substansi ajaran agama dengan membangun dialog antar agama bagi pemuka dan tokoh-tokoh pengendali, bagi penuntut ilmu dan akademisi kembali melakukan interpretasi pesan-pesan agama dengan menawarkan kesejukan dan kedamaian, sehingga dapat membangun dialog antar agama lebih hidup dan bersinergi untuk kedamaian dan kemaslahatan penganut agama-agama. Kata Kunci: Konflik, Sosial, Umat. Abstract The substance of religion is to provide governance for the life of mankind on earth is to always apply the rules that have been established by creators with a variety of their technical instructions as in the books that have been revealed to the prophets, but do so in
Paradigma, 2014
Keberadaan pagelaran musik dangdut di daerah Kabupaten Lamongan sudah dianggap tidak asing lagi bagi warga Lamongan sendiri. Hampir setiap acara peringatan, mulai dari peringatan hari besar Nasional, hajatan warga, sampai pada acara pelepasan murid sekolah selalu menghadirkan acara pagelaran musik yang bernuansa dangdut. Kondisi seperti ini membawa dampak yang positif dan negatif bagi warga Lamongan. Dampak positif dari adanya pagelaran musik dangdut, masyarakat setempat khususnya para pecinta musik dangdut merasa terhibur terlepas dari penat karena pekerjaan sehari-hari. Namun dampak negatif yang muncul akibat pagelaran musik dangdut juga tidak tanggung-tanggung. Dampak tersebut telah membawa masyarakat pecinta musik dangdut ke ranah konflik yang berkepanjangan hingga sulit tercetuskan sebuah solusi. Dari pijakan itulah ada ketertarikan peneliti untuk mengkaji fenomena tersebut dengan fokus permasalahan yakni mencari motif sebab dan motif tujuan dari konflik yang terjadi antar kelompok pecinta musik dangdut di Kabupaten Lamongan dan bagaimana bentuk-bentuk konflik yang terjadi antar kelompok pecinta musik dangdut di Kabupaten Lamongan. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah fenomenologi dari Alfred Schutz yang bertujuan untuk menggali informasi tentang bagaimana motif sebab dan motif tujuan serta bentuk-bentuk dari konflik yang terjadi antar kelompok pecinta musik dangdut tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekantan fenomenologi. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lamongan lebih tepatnya di Desa Wangunrejo Kecamatan Turi dan Desa Turi Kecamatan Turi. Subjek penelitian ini adalah anggota dari masing-masing kelompok baik dari kelompok Karak maupun kelompok Kreaturs. Informan dalam penelitian ini dipilih menggunakan teknik snow ball. Yakni, menanyakan kepada subyek siapa saja yang menjadi teman terdekatnya, kemudian kepada tema-teman terdekatnya itu di tanyakan lagi siapa teman terdekatnya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan observasi, data sekunder diperoleh dari penelitian-penelitian sebelumnya sejenis dan buku. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif. Berdasarkan temuan data dan analis data yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa yang melatar belakangi timbulnya konflik antar kedua kelompok tersebut terbagi menjadi dua konsep yakni Because motif (motif sebab) dan in order to motif (motif tujuan). Adapun yang menjadi penyebab diantaranya : 1. Adanya sikap tidak terima atas pemukulan terhadap anggota kelompok. 2. Adanya dendam pribadi yang memunculkan dendam kelompok, 3. Akibat dari sikap saling mencari gara-gara. Selain itu juga terdapat aspek tujuan diantaranya : 1. Terwujudnya solidaritas kelompok (balas dendam), 2. Mewujudkan sebuah pengakuan "kelompok terkuat". Bentuk-bentuk konflik masyarakat dilakukan secara terbuka dan tertutup. Konflik tertutup berupa aksi penggunjingan, saling mengumpat dan saling mengejek sedangkan konflik terbuka berupa aksi pemukulan dan saling melempar batu (tawuran).
Jurnal Jaffray, 2005
Salah satu kasus yang membentuk sejarah Amerika Serikat adalah kasus mengenai Rasisme. Konsep rasisme belum muncul hingga abad ke-20 dalam situasi sosial di Amerika, tetapi akar dari rasisme itu telah ada sejak Amerika berdiri sebagai koloni Inggris.
Pendahuluan Konflik adalah suatu proses antara dua orang atau lebih di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkannya atau membuatnya menjadi tidak berdaya. Konflik itu sendiri merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat. Konflik yang dapat dikawal akan menghasilkan integrasi yang baik, namun sebaliknya integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan suatu konflik. Konflik organisasi adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat yang berpengaruh terhadap pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif mahupun pengaruh negatif. Teori konflik sosial adalah paradigma berorientasi makro dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai suatu ketidaksamaan yang menghasilkan konflik dan perubahan sosial. Unsur-unsur penting dalam perspektif ini ialah masyarakat tersusun dengan cara untuk menguntungkan beberapa individu atau organisasi dengan mengorbankan majoriti, dan faktor-faktor seperti kaum, jantina, kelas, dan umur dikaitkan dengan ketidaksamaan sosial. Untuk seorang ahli teori konflik sosial, ia adalah mengenai kumpulan dominan berbanding hubungan kumpulan minoriti. Karl Marx dianggap sebagai 'bapa' teori konflik sosial. Terdapat juga beberapa tokoh lain yang mempelopori teori ini seperti Ralf Dahrendorf dan Randall Collins.
Konflik merupakan dinamika yang selalu ada dalam setiap perilaku kehidupan baik yang terjadi dalam diri pribadi seseorang maupun antar pribadi dalam kelompok dan atau antar kelompok yang menyangkut adanya pertentangan kepentingan, identitas, tujuan, status serta eksistensi. Konflik dapat bermakna positif dan negatif. Dikatakan positif, jika konflik menyelesaikan masalah dan menciptakan perubahan secara positif. Sedangkan dikatakan negatif, jika konflik tidak menyelesaikan masalah bahkan menciptakan masalah baru.
Abstrak: Agama adalah sebuah realitas sosial yang tidak dapat dielakkan oleh siapapun, baik dalam masyarakat tradisional maupun modern. Dimensi pluralitas yang dipunyai agama adalah sesuatu yang sifatnya neutral values, artinya ia mempunyai potensi konstruktif sekaligus destruktif dalam kehidupan umat manusia. Mengingat pluralitas agama merupakan keniscayaan sosiologis, maka perlu ditingkatkan kedewasaan dalam menerima perbedaan dan memperluas wawasan paham keagamaan, agar perbedaan yang ada bukannya menambah potensi konflik melainkan menjadikan pluralitas sebagai aset budaya dan politik. Kerusuhan dan peristiwa kekerasan massal yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia belakangan ini merupakan suatu fenomena yang amat memilukan dalam konteks hidup beragama dan bernegara. Bukan hanya dari banyaknya korban jiwa yang jatuh, tapi lebih-lebih lagi banyak pranata agama, pranata sosial yang menjadi amukan massa. Hal ini terlihat jelas dari peristiwa Ambon, Maluku, Ketapang, Aceh, Mataram, dan sederetan peristiwa lainnya yang banyak mengorbankan jiwa manusia. Dalam peristiwa ini telah terjadi dehumanisasi, harga diri dan hak-hak asasi manusia sudah tidak dipandang lagi. Kata kunci: Agama, Konflik Sosial, dan Ekonomi.
2020
ABSTRAK Penelitian ini mendeskripsikan konflik-konflik tokoh yang mengalami pertikaian kondisi sosial di dalam novel Maransi. Konflik yang dibahas dalam novel ini berupa perkara-perkara rumah gadang, tanah pusaka, gelar pusaka, harga diri dan peran mamak dalam membimbing kemenakan. Penelitian ini dibatasi pada konflik sosial yang terjadi antara mamak dan kemenakan. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian berupa studi kepustakaan. Data terdiri dari data primer berupa teks yang bersumber pada novel Maransi dan data sekunder berupa referensi yang berdekatan dengan objek penelitian. Teknik analisis data dengan memilah dan memilih konflik-konflik yang menunjukkan permasalahan pada mamak dan kemenakan. Sesuai dengan tujuan penelitian, hasil analisis yang dihasilkan menunjukkan konflik-konflik sosial berupa pergeseran peran mamak sebagai orang yang dituakan dalam kaum pada pengambilan keputusan mendirikan rumah gadang. Hilangnya citra kepemimpinan mamak dan datuk di masyarakat Minangkabau yang lebih mengedepankan kepentingan pribadinya dan mendahulukan kepentingan keluarga dan anaknya. Terjadinya pergeseran peran mamak dalam mengendalikan harta pusaka dan sako sebagai warisan yang harus diturunkan kepada kemenakan. Kurangnya peran mamak berupa bimbingan kepada kemenakan. Tidak adanya komunikasi yang kondusif antara mamak dan kemenakan.
FONDATIA, 2018
The emergence of social conflict and violence that uses religion as justification has become a problem that adorns the history of violence today. Social conflicts which are followed by acts of violence that use religious issues in Indonesia, certainly do not occur in empty space and apart from some socio-political phenomena that follow. Putting religion as a variant of the potential trigger of social conflict is not easy. This is so, because religion is considered a teaching that is always associated with teachings that are full of values of peace and safety. The emergence of social conflict in various regions such as, in Ambon, Mataram, Situbondo, Tasikmalaya, Regasdengklok, and other areas, selayang in view can be seen as religious conflict, but when examined more deeply cannot be separated from the role of the political elite, both at the central level and local. Likewise with the violence experienced by Ahmadiyah congregation groups, it is not too difficult to state that the ar...
Conflict is a process when a person feel like that another person bring a negative things in their business. Conflict becomes a normal thing in an organization as well as everyday life. The mismatch becomes a trigger in the conflict. Conflict may be positive or negative. Any conflict will ultimately produce a change in view as well as a new perception of a thing. Conflict is addressed and resolved in various ways. Conflict is rooted in an individual or a group. However, the conflict brought great changes into a positive thing if handled properly by an organization. PENDAHULUAN Organisasi adalah wadah bagi setiap anggotanya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan organisasi. Tak diragukan lagi setiap saat ketegangan dapat saja muncul, baik antar individu maupun antar kelompok dalam yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi. Fenomena ini lumrah terjadi karena konflik merupakan realitas yang tidak pernah berhenti dan terus terjadi sepanjang manusia masih bersifat dinamis. Konflik dapat dipandang sebagai sesuatu yang menguntungkan ataupun merugikan. Menguntungkan apabila konflik yang terjadi dapat membantu meningkatkan kinerja perusahaan, namun sebaliknya pun dapat terjadi apabila konflik memecah belah kesatuan organisasi dan berakibat buruk bagi kinerja perusahaan atau bahkan menghancurkan perusahaan. Konflik dapat muncul dalam setiap tingkat dalam struktur organisasi. Banyak faktor yang melatar-belakangi munculnya ketidakcocokan atau ketegangan, antara lain: sifat-sifat pribadi yang berbeda, perbedaan kepentingan, komunikasi yang buruk, perbedaan nilai, dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan inilah yang akhirnya membawa organisasi ke dalam suasana konflik. Agar organisasi dapat tampil efektif, maka individu dan kelompok yang saling tergantung itu harus menciptakan hubungan kerja yang saling mendukung satu sama lain, menuju pencapaian tujuan organisasi. I. Pengertian Konflik Konflik merupakan suatu proses yang dimulai ketika satu pihak merasa bahwa pihak lain telah dipengaruhi secara negatif atau tentang memengaruhi secara negatif tentang sesuatu yang diketahui pihak pertama (Robbins & Judge, 2011). Sedangkan Kreitner dan Kinicki (2010) memberikan definisi konflik sebagai sesuatu proses di mana satu pihak merasa bahwa kepentingannya telah ditentang atau dipengaruhi secara negatif oleh pihak lain. Menurut mereka konflik dapat bersifat positif atau negatif tergantung
Education : Jurnal Sosial Humaniora dan Pendidikan
Manusia/ makhluk hidup merupakan makhluk konfliktif yakni makhluk yang akan selalu bertentangan dengan perbedaan, pertentangan serta persaingan baik dengan cara yang baik maupun terpaksa. hal-hal ini sangat tidak dapat di hindari dikarenakan merupakan aspek nyata di dalaam kehidupan sosial bermasyarakat. konflik pada tahapan tertentu sangat di butuhkan sebagai alat perubahan manusia sebagai anggota masyarakat supaya menjadi yang lebih baik lagi. terdapat pandangan kontemporer terhadap konflik didasarkan kepada anggapan-anggapan bahwa konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat di hilangkan sebagaimana konsekkuensi nya yang logis sebagai bahan interaksi makhluk hidup. tetapi yang menjadi permasalahan di sini adalah bukan bagaimana caranya supaya meredam kan koflik tetapi melainkan bagaimana cara yang ampuh untuk menangani nya secara tepat sehingga tidak akan menimbulkan hubungan yang rusak antar pribadi masing-masing bahkan juga merusak keorganisasian. seharusnya konflik bukan di jadi...
pertentangan-pertentangan sosial dan integritas
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.