Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2022, Tugas Kuliah
…
5 pages
1 file
Buat apa mempelajari Pancasila? Mungkin ini adalah pertanyaan para mahasiswa-juga kaum pelajar lain-saat melihat fenomena degradasi konstitusional-tentang fenomena nirpancasila para pejabat kita seperti korupsi, penghancuran lahan, pembuatan undang-undang untuk kepentingan kelompok, dan lain-lain-yang kemudian menimbulkan asumsi berkaitan dengan irelevansi Pancasila untuk dipelajari. Bagi saya pribadi, pembelajaran terkait Pancasila di kampus adalah klise, sungguh membosankan mendengarkan para dosen ceramah soal suatu konsep yang tidak dipakai-bahkan tidak ada-lagi, sebab ia ada sebagai risalah namun tidak hadir sebagai fenomena. Bila boleh diibaratkan, Pancasila hari ini itu seperti tong kosong yang nyaring bunyinya. Kerapkali kita dengar Pancasila itu didengungkan di mana-mana, bahkan selalu kita pelajari, tapi Kembali lagi, apa fungsinya? Jangan-jangan Pancasila telah menjadi konsep klise yang menciptakan bayangan seksi soal sila-silanya dalam benak kita-sekedar membuat kita percaya akan adanya kehidupan yang adil, bermartabat, dan dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Satu klaim besar sampai sini, Pancasila sebagai bingkai konstitusinal tidak lagi relevan hari ini, saya dengan sangat sadar memahami bahwa klaim ini akan mendapat konfrontasi keras dari mereka yang masih optimis dengan Pancasila, untuk menunda hal tersebut, kita coba refleksi sejenak, apa itu relevan? Dapat saya duga dengan amat kuat, seringkali pola pikir kita soal 'relevansi' terpaut secara positif pada hal-hal yang dianggap baik secara normatif-entah itu keadilan, kebaikan, atau kesejahteraan.
“….Garudaku terjanglah angin itu Kepakan sayapmu, cengkramlah dengan erat pancasila yang kau emban…” (Efri Fahmi Aziz, dalam “Garuda Lelah Pancasila Entah”)
Pembangunan karakter bangsa yang sudah diupayakan dengan berbagai bentuk, hingga saat ini belum terlaksana dengan optimal. Hal itu tercermin dari semakin meningkatnya kriminalitas, pelanggaran hak asasi manusia, ketidakadilan hukum, kerusakan lingkungan yang terjadi di berbagai pelosok negeri, pergaulan bebas, pornografi dan pornoaksi, tawuran yang terjadi di kalangan remaja, kekerasan dan kerusuhan, serta korupsi yang kian merambah pada semua sektor kehidupan. masyarakat Indonesia yang terbiasa dengan kesantunan dalam berperilaku.
IJOCE: Indonesia Journal of Civic Education
The purpose of this study was to determine the level of knowledge and understanding of the value of Pancasila ideology among students and the community. This study uses descriptive quantitative research methods. The results showed that almost all respondents implementing Pancasila in the first precept among students were good and maximal. This can bring goodness to the nation's future successors to become individuals with noble character and high dedication to the country. The respondents (new students) already fully have and apply their obligations to God Almighty in their daily lives. The conclusion is that most students and the community have implemented the values of Pancasila Keywords: Pancasila, Society, Students, Strengthening, Values.
2019
Pemahaman terhadap Pancasila harus terus dilakukan dan terutama melalui sarana pendidikan. Pendidikan Pancasila yang diterapkan di Perguruan Tinggi memiliki visi, misi, dan tujuan yang disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di Politeknik Negeri Media Kreatif dilakukan sebagai bentuk implementasi vocational civic dan pengembangan karakter mahasiswa. Metode penelitian dilakukan melalui kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis. Hasil yang ditunjukkan ialah pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan berbasis masalah dengan pembuatan infografik serta adanya pengembangan karakter mahasiswa berupa karakter demokratis, karakter ingin tahu, karakter menghargai prestasi, dan karakter semangat kebangsaan.
Opini / Kajian Singkat 2021
Tantangan dan problematika bagi Pancasila dewasa ini lebih didominasi oleh hal-hal yang bersifat kontekstual ketimbang konseptual. Kita semua memahami bahwa secara konseptual Pancasila merupakan dasar bagi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta landasan ideologis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sejak merdeka. Namun demikian, secara kontekstual, terdapat kesenjangan (gap) antara pemahaman dan aktualisasi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Masih adanya kelompok-kelompok yang mempertentangkan antara agama dan negara adalah satu dari sekian banyak contoh kesenjangan yang ada. Oleh sebab itu, pengakaran kembali atau reinternalisasi Pancasila di tengah-tengah masyarakat menjadi sebuah kebutuhan yang mendesak untuk dilakukan.
Dewi Suryani Pebrianti, 2020
ABSTRAK Radikalisme adalah suatu perubahan sosial dengan jalan kekerasan, meyakinkan dengan satu tujuan yang dianggap benar tapi dengan menggunakan cara yang salah. Radikalisme dalam artian bahasa berarti paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Dalam artian lain, Esensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Yang dimaksud dengan radikalisme adalah gerakan yang berpandangan kolot dan sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka. Di Indonesia, kebijakan negara terkait penanganan radikalisme dan terorisme banyak mengalami resistensi, khususnya di kalangan radikal sendiri, mengingat upaya penumpasan kelompok radikal hanya didasarkan pada satu pendekatan saja, yakni pendekatan keamanan. Pancasila ditawarkan Soekarno sebagai philosofische Gronslag (dasar, filsafat, atau jiwa) dari Indonesia merdeka. Sebelum mengutarakan gagasan mengenai dasar negara, Soekarno merasa perlu untuk meyakinkan para peserta sidang bahwa mereka tidak perlu terlalu memusingkan perkara yang kecil-kecil daripada kemauan untuk merdeka.
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 1970
This passage discusses the fact that any media in this world is never separated frompolitical and ideological interests. Various types of domination and subordination are alwayscontinuously created and reproduced for the existence and sustainability of certain individualsor groups.Legitimacy in the capital system is very crucial in to support its role as a source ofpower. Three kinds of important capital are economic, politic, and cultural capital. Thesekinds of capital are the source of power and cause some social inequalities. Capitalism spreadsout in all sides of human life, is produced and sustained continuously through various socialagents.
Jurnal Iman dan Spiritualitas, 2021
This book is part of Yudi Latif's anxiety as a child of the nation to respond to the problems of the nation and state today. In addition to presenting a description of the Pancasila philosophy as the focus, this book also aims to formulate state problems through studying the fundamental and essential perspective of the Unitary State of the Republic of Indonesia, namely Pancasila. In this book, it is as if Yudi wants a precise formulation for the decline of the nation's character because for him this decline has become cancer, not the flu anymore. Therefore, through Pancasila as an idea and a practice, Yudi wants to find and at the same time seek answers to why the problems of Indonesia as a country and a nation are still recurring. Yudi wants this nation to have a new political vision, a vision that is a solution to the crisis of morality and ethos that has hit the nation. For Yudi, Pancasila is a "dead monument", but has a dynamic and representative meaning following the changing times.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
bengkeltulissaddamcahyo.blogspot.com, 2020
Pancasila: Jurnal Keindonesiaan, 2021
Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial
DIVERSI : Jurnal Hukum, 2018
RETORIKA : Jurnal Kajian Komunikasi dan Penyiaran Islam, 2019
Journal of Telenursing (JOTING)
WASKITA: Jurnal Pendidikan Nilai dan Pembangunan Karakter
Jurnal Cakrawala Hukum, 2020
Indonesian Journal of Peace and Security Studies (IJPSS)
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI ERA REFORMASI, 2022
Jurnal Pendidikan Sosial Keberagaman
Jurnal Filsafat Indonesia
SINAR SANG SURYA: Jurnal Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat, 2018
Harmony: Jurnal Pembelajaran IPS dan PKN, 2021
HAGGADAH: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen