Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
17 pages
1 file
Nasionalisme, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dan Islam. Sepintas tidak ada kaitan antara tiga terma di atas. Namun, pandangan tersebut akan berubah manakala memperhatikan keadilan sosial dalam nasionalisme, harapan peningkatan ekonomi dalam MEA, dan salah satu tujuan Islam untuk memakmurkan bumi Tuhan dengan manusia sebagai khalifahnya. Oleh sebab itu, Nabi Adam as. dan istrinya transit dahulu ke surga guna mendapatkan gambaran yang cukup sebelum diturunkan ke dunia.
Perbincangan nasionalisme sepertinya akan mudah digiring berlawanan dengan doktrin keislaman. Padahal, doktrin heterogenitas suku, bangsa, ras, dan bahasa dalam Islam, berumur dan tertulis lebih tua dari siapapun yang pertama kali memproklamirkan nasionalisme. Mesti dibedakan antara nasionalisme sebagai "produk politik" dan nasionalisme sebagai salah satu bagian dari implementasi keislaman.
Sebagai Aria Bima-putera, yang lahirnya dalam zaman perjoangan, maka INDONESIA-MUDA inilah melihat cahaya hari pertama-tama dalam zaman yang rakyat-rakyat Asia, lagi berada dalam perasaan tak senang dengan nasibnya. Tak senang dengan nasib-ekonominya, tak senang dengan nasib-politiknya, tak senang dengan segala nasib yang lain-lainnya.
STT HKBP Pematangsiantar, 2024
Keterlibatan orang Kristen dalam gerakan nasionalisme di Asia tidak terlepas dari konteks sosial-politik di masing-masing negeri. Sebagai agama yang berada di persimpangan antara tradisi lokal dan pengaruh Barat, orang Kristen menghadapi tantangan membangun identitas di tengah lingkungan yang nasionalistik. Pada satu sisi, orang Kristen mewarisi tradisi dan nilai-nilai yang dibawa oleh misi-misi Kristen dari Eropa namun, di sisi lain, mereka dihadapkan pada realitas kolonialisme yang menindas rakyat. Di sinilah urgensi peran orang Kristen dalam gerakan nasionalisme: bagaimana mereka menavigasi identitas ganda dan menggunakannya untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsanya sendiri.
Jurnal Kawistara, 2013
What happens with ‘’Reformasi’’ (the Reform Movement/ Era)? After tha fall of Soeharto’s New Order regime, Indonesia come into chaotic situation with many religious and ethnic conflicts. Separatism has erupted and corruption has been so rampant. The “door” of democracy opens, and both Islamists and nationalists take part in the political game. The results have been, however, transactional politics, bad governance and uncertainty. A question should be raiseed: is it irreconcilable between the nationalists and the islamists? What is happening when the political games are plyed by both parties is basically the competition of corruption. They are stealing “people resources and welth of the nation”. Islamists do the same as the nationalists stealing power (corruption). The business world is corrupted. Businessmen are in collusion with politicians, rulers, and bureaucrats. They do not care anymore about the fate of the people and the country.
Salah satu faktor yang mendorong dinamika politik bangsa adalah perluasan pendidikan terhadap anak-anak bangsa. Mereka yang telah mengenyam pendidikan selanjutnya berkontemplasi terhadap eksistensi kolonialis dan imperialis Belanda di Bumi Indonesia. Penyelenggaraan pendidikan kolonial dimulai pada tahun 1850-an, dan hanya dinikmati oleh anak-anak pangreh praja dan aristocrat, atau anak-anak yang mengabdi kepada pangreh praja dan aristokrat yang kemudian disekolahkan. 2 Perjuangan Lantip, anak miskin, untuk menuju strata priyayi baru sebagai guru sekolah dasar telah diabaikan dalam proses pergerakan nasional. Ketika berhasil menjadi guru sekolah dasar simbol loyalitas dan etos keteladanan terhadap bangsa Indonesia adalah bagian dari pekerjaannya. Apa yang dilakukan Lantip merupakan cermin realitas kehidupan untuk mengangkat derajat diri sendiri yang harus dilalui dengan mengabdi di rumah keluarga RM Sastrodarsono, seorang priyayi Jawa. Berpijak pada perjuangan itu tampak ada pembengkokan historiografi yang belum memberi perhatian terhadap para pengabdi yang disekolahkan. Historiografi kita mengeksplorasi gerakan radikal, bahkan pemikiran dan perjuangan kooperatif sering dinafikan, misalnya nasionalisme Jawa. 3 Perluasan pendidikan mempengaruhi ekologi sosial, dan berimplikasi pada kesenjangan. Menurut Savitri Prastiti Scherer diskriminasi dan kesenjangan tidak 1 Disampaikan pada "Workshop Naskah Klasik Nusantara", diselenggarakan oleh Pusat Studi Peradaban, Lembaga Penelitian dan Pengambdian Masyarakat
"This is just a very small .....and not-in-depth attempt to write an essay out of my curiosity about K-pop's presence in Indonesia. And..as to whether people really like it as much as it is portrayed and hyped. So, I was doing an out-of-curiosity 'research' into how some people express their 'hatred' towards K-Pop seen from the perspective of nationalism and religion (two issues that may uniquely arise in Indonesia (and Malaysia as my essay points out) when it comes to talking about K-pop. Mostly, I look into how they express their so-called 'hatred' through facebook. Other than that, I also point out some news on K-Pop that came up in Indonesian online newspaper and how those online media portrayed the K-pop seen from the nationalism. "
2020
Nasionalisme dalam al-Qur'an digambarkan Allah swt dalam surah al-Baqarah: 126 tentang kecintaan Ibrahim as terhadap negaranya dengan mendoakan agar negara tersebut aman dan sentosa serta penduduknya dikarunia rezki yang melimpah. Begitupula nasionalise dalam Hadist digambarkan tentang Rasulullah saw yang sangat mencintai tanah Mekkah dan Madinah. Sedangkan landasan nasionalisme (hifdz al-wathan) dalam pandangan maqasid al-syari'ah antara lain: landasan ideologis, landasan normatif, landasan psikologis dan landasan sosiologis.
Reka Cetak : Rudy Masthofani, S.Kom COVER : Musthopa, S.Kom Jakarta -LAN -2015 iii + 152 hlm: 15 x 21 cm ISBN: 978-602-7594-15-9 KATA PENGANTAR Undang-Undang No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara mengamanatkan Instansi Pemerintah untuk wajib memberikan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) terintegrasi bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) selama 1 (satu) tahun masa percobaan. Tujuan dari Diklat terintegrasi ini adalah untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang. Dengan demikian UU ASN mengedepankan penguatan nilai-nilai dan pembangunan karakter dalam mencetak PNS. Selain itu dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), ditetapkan bahwa salah satu jenis Diklat yang strategis untuk mewujudkan PNS sebagai bagian dari ASN yang profesional seperti tersebut di atas adalah Diklat Prajabatan. Diklat ini dilaksanakan dalam rangka membentuk nilai-nilai dasar profesi PNS. Kompetensi inilah yang kemudian berperan dalam membentuk karakter PNS yang kuat, yaitu PNS yang mampu bersikap dan bertindak profesional dalam melayani masyarakat serta berdaya saing. Dengan demikian untuk menjaga kualitas keluaran Diklat dan kesinambungan Diklat di masa depan serta dalam rangka penetapan LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA standar kualitas Diklat, khususnya untuk memfasilitasi dan mengatasi kesulitan para CPNS dalam mengikuti Diklat Prajabatan, maka Lembaga Administrasi Negara berinisiatif menyusun Modul Diklat Prajabatan ini.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Yehuda Albert Production
Jurnal Al-Harakah, 2019
Rihlah Jurnal Sejarah dan Kebudayaan, 2020
Jurnal Amanat Agung, 2019
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah, 2019
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam, 2019
Prosiding FGD MPR-RI, 2019
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya