Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
84 pages
1 file
Malaka adalah publikasi ECONARCH Institute. E-book pdf ini adalah bebas dan tanpa biaya apapun. Siapapun yang menggunakan file ini, untuk tujuan apapun dan karenanya menjadi pertanggungan jawabnya sendiri. Pihak institusi, editor, atau individu yang terkait dengan ECONARCH Institute tidak dalam kapasitas sebagai pihak yang bertanggung jawab atas isi dokumen atau file perihal transimisi elektronik dalam hal apapun.
Sumber: Tulisan ini diambil dari buku Merdeka 100%, cetakan pertama, Oktober 2005, dengan ijin dari penerbit Marjin Kiri. Buku ini mengandung tiga tulisan Tan Malaka: Politik, Rencana Ekonomi Berjuang, dan Muslihat. Transcribed to HTML by Ted Sprague. PENGANTAR SATU DUA PERKARA yang perlu saya sebutkan di sini sebagai kata pengantar. Pertama sekali saya dengan ini terpaksa menyerukan "AWAS" terhadap beberapa orang yang menyamar sebagai Tan Malaka. Seorang di antara penyamar itu sudah saya jumpai di Surabaya. Menurut keterangan teman seperjuangan di sana si Penyamar ini mempunyai beribu-ribu pengikut. Menurut pengakuan si Penyamar sendiri, dia sudah lama bekerja buat Pemerintah Belanda almarhum. Berhubung dengan itu dia sudah banyak mempunyai hubungan dengan orang yang mempunyai kedudukan tinggi di bawah Belanda di antara Pangreh Praja dll. Apalagi dengan mereka dari kalangan pergerakan di berbagai tempat yang tertipu mentah-mentah. Inilah maksud brosur ini, yakni membentangkan paham saya tentang Rencana Ekonomi yang sekarang bisa dan perlu dijalankan oleh semua golongan yang ada di Indonesia. Juga dibentangkan rencana ekonomi yang bisa dan perlu dijalankan sesudah kemerdekaan 100% tercapai. Tiadalah perlu dilupakan kritik atas Kapitalisme, atas Rencana Ekonomi Fasis dan Demokratis. Mudah-mudahan brosur ini bisa menambah pengetahuan warga negara Republik Indonesia tentang ekonomi. Surabaya, 28 November 1945 **** Pendakwa modern kita, DENMAS, MR. APAL, TOKE, PACUL, dan GODAM sekarang duduk di beranda sebuah rumah, sedang besarnya, dilindungi oleh pohon jeruk yang rindang. Suasana tenang meliputi lima-seperjuangan ini.
Fenomena Nasionalisme sering dikonotasikan dengan aspek-aspek emosional, kolektif dan idola serta memori historis. Nasionalisme selalu melibatkan dimensi eomosi, rasa, seperti perasaan sepenanggungan, seperantauan dan senasib. Faktor memoris historis adalah faktor kecenderungan yang di bangun untuk menumbuhkan perasaan ''bersatu'' dalam sebuah konsep kebangsaan. Sebagai upaya menumbuhkan rasa nasionalisme di Indonesia di awali dengan pembentukan identitas nasional yaitu, dengan ada nya penggunaan istilah ''Indonesia'' untuk menyebut negara kita. Dimana selanjutnya istilah Indonesia dipandang sebagai identitas nasional, lambang mempersatungkan bangsa dalam menentang penjajahan. Kata yang mampu mempersatukan bangsa dalam melakukan perjuangan dan pergerakan melawan penjajah, sehingga segala bentuk perjuangan dilakukan demi kepentingan Indonesia bukan atas nama daerah. Di dalam proses menuju revolusi Indonesia terdapat empat tokoh pendiri bangsa Indonesia yaitu Soekarno, Muhammad Hatta, Sultan Sjahrir dan Tan Malaka. Berbeda dengan tiga tokoh lain nya dalam hal revolusi Tan Malaka adalah orang pertama yang menulis konsep Republik Indonesia.Muhammad Yamin menjulukinya ''Bapak Republik Indonesia''. Soekarno menyebutnya ''seorang yang mahir dalam revolusi''. Tan Malaka seorang yang telah melukis Indonesia dengan bergelora. Di sepanjang hidupnya, Tan telah memenempuh berbagai royan: dari masa akhir Perang Dunia I, revolusi Bolsyewik, hingga Perang Dunia II. Tan Malaka merupakan tokoh pertama yang mengggas secara tertulis konsep Republik Indonesia. Ia menulis Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia) pada 1925, jauh lebih dahulu dibanding Mohammad Hatta, yang menulis Indonesia Vrije 1928, dan Soekarno, yang menulis Menuju Indonesia Merdeka pada tahum 1933. Buku Naar de Republiek dan Massa Actice(1926) yang ditulis dari tanah pelarian telah menginspirasi tokoh pergerakan di Indonesia. W.R.Supratman salah satunya, tokoh pergerakan yang memasukan kalimat ''Indonesia tanah tumpah darah ku'' ke dalam lagu Indonesia Raya yang dikutip dalam buku Massa Actie. Di seputar Proklamasi Tan Malaka menorehkan perannya yang penting. Ia menggerakkan para pemuda ke rapat raksasa di Lapangan Ikada, 19 September 1945. Inilah rapat yang menunjukan dukungan massa pertama terhadap proklamasi kemerdekaan yang waktu itu belum bergema keras dan masih sebatas catatan di atas kertas. Pada 17 Agustus 1945 terjadi keruntuhan,keruntuhan itu bukan sebuah kekuasaan politik; Hindia Belanda sudah tidak ada, otoritas pendudukan Jepang yang menggantikannya baru saja kalah. Yang runtuh adalah sebuah wacana. Sebuah wacana adalah sebuah bangunan perumusan. Tetapi yang berfungsi di sini sekedar bahasa dan lambang. Sebuah wacana dibangun dan ditopang kekuasaan, dan sebaliknya membangun serta menopang kekuasaan itu. Agustus itu memang sebuah revolusi, jika revolusi, seperti kata Bung Karno,adalah "menjebol dan membangun". Wacana kolonial yang menguasai penghuni wilayah yang disebut "Hindia Belanda" jebol, berantakan. Dan "kami, bangsa Indonesia" kian menegaskan diri. Dua tahun kemudian, meletus pertempuran yang nekat, sengit, dan penuh korban, ketika ratusan pemuda melawan kekuatan militer Belanda yang hendak membuat negeri ini "Hindia Belanda" kembali. Dari medan perang itu Pramoedya Ananta Toer mencatat dalam Di Tepi Kali Bekasi; sebuah revolusi besar sedang terjadi, "revolusi jiwa dari jajahan hamba menjadi jajahan jiwa merdeka". Hasil dari perjuangan tersebut adalah sebuah subjek "jiwa merdeka", makna dari mereka yang gugur, terbaring, tinggal jadi tulang yang berserakan. Sebab subjek dalam revolusi adalah sebuah tindakan heroik, bukan seorang hero. Dalam hal ini Tan Malaka benar: "Revolusi bukanlah suatu pendapat otak yang luar biasa, bukan hasil persediaan yang jempolan dan bukan lahir atas perintah seorang manusia yang luar biasa". Tan Malaka menulis kalimat itu dalam Massa Actie yang terbit 1926.
Abstrak Telah dilakukan percobaan tara mekanik panas yang bertujuan untuk mempelajari konsep pertukaeana energi, menentukan tara mekanik satuan panas, dan menghitung banyaknya panas yang diserapkan oleh pita nilon. Suatu bentuk665 energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, hanya dapat berubah menjadi bentuk energi lain, atau disebut dengan konservasi energi, misalnya energi mekanik menjadi kalor. Metode yang dilakukan dalam percobaan ini menggunanakn pesawat Schurholtz dengan kalorimeter alumunium dengan kapasitas air 20 mL dan 40 mL. Engkol pada pesawat tersebut diputar sehingga menimbulkan gesekan antara nilon dengan kalorimeter sehingga menghasilkan kalor, atau pada prinsipnya besar kerja yang dilakukan diubah menjadi bentuk energi panas. Dari hasil percobaan didapat tara mekanik panas dan kalor yang diserap pita nilon pada dua lilitan untuk kalorimeter alumunium 40 mL sebesar e = 0,2860 ± 0,0114 kal/J , e grafik = 0,3205 kal/J dan Q =-6,6745 kal, kalorimeter 20 mL sebesar e = 0,1247 ± 0,008 kal/J , e grafik = 0,1807 kal/J dan Q=8,5767 kal, sedangkan pada tiga lilitan untuk kalorimeter 40 mL sebesar e = 0,2697 ± 0,005 kal/J, e grafik = 0,287 kal/J, dan Q=-4,3127 kal dan untuk kalorimeter 20 mL sebesar e = 0,2955 ± 0,0108 kal/J, e grafik = 0,3078 kal/J dan Q =-9,8107 kal. Kata kunci: Tara mekanik panas, kalor, konservasi energi, pesawat Schurholtz.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Bella Anisa Fitria Berliana, 2022
Jurnal Demokrasi Dan Otonomi Daerah, 2013
Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah, 2021
EFEKTIF MENGELOLA HARTA WAKAF, 2021
Oetoesan-Hindia: Telaah Pemikiran Kebangsaan