Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2020, AL ITQAN: Jurnal Studi Al-Qur'an
…
20 pages
1 file
This article examines the scientific interpretations in the book Tapsèr Sorat Yaa-siin (Bhāsa Madhurā) by Muhammad Ershad. The presence of this Madurese interpretation has complemented a series of Nusantara’s Qur’anic exegesis which has a tendency towards scientific nuances. Therefore, it is important to study the Qur’anic exegesis of cultural observers as a form of safeguarding one of the treasures of Qur’anic exegesis works in Indonesia, especially those with local languages. This study will only focus on scientific interpretations that are astronomical. This study find out, the astronomical interpretations of the Tapsèr Sorat Yaa-siin (Bhāsa Madhurā) has four broad themes; the solar system, the sun's dimming process, the creation of the universe, and the solar and lunar eclipses. During the interpretation process, Muhammad Ershad adopted a lot of information contained in the scientific discipline of astronomy. Apart from that, he also displayed his own drawings to make the re...
This article stadies the idenfi) of fue book of fAj al-Malk, namel1 tbe book of the ProPhtry and the care that for along time became the part of tradition refererence of Banjarue people. Throwgh the text anafisis foand that tbis book is not written b1 Tuan Hasan Bdsfrt, bat fu Slekh Abb,6s from seaeral works that compiled @ Hali Isn6'i/. The writing of the book came fom tbe historical arf,enclt thatl the prophecl tradition in palace for manl needs sach the propbecl win or lose in ang wan This work wasn't compiled ysteruatica@ for itI redandenclt with the sources of spreaded prophecl books sach as Slams al-Ma'drif al-Kubr"i witten fur al-Bilni. Euenthowgh it was untten in Anh in / 9th century in the time of Saltan al-Nlanshfrr Bi//Ah, but this book had become the reference of the Banjarese tradition like in to choise the couple, building the howses, and to know the destinitian. I(ata kunci: astrolog, manuskrip, hisdb jamal shaghfr, hisdb jamal kabir Pendahuluan Sebagian besar dari khazanah ilmu pengetahuan, termasuk kekayaan intelektual Islam, tak diragukanlagt, masih "terbenam" dalam teks-teks atau naskah-naskah klasik. Iniiah yang sedng didengungkan oleh beberapa pengkaji Islam di Timur Tengah, seperti Hasan Hanafi dan Muhammad 'Abid a!-Jdbiri, bahwa kita harus "menghidu pkan l<hazanah atzu peninggalan inteiektual lzma" (ih16' at-tardts).1 .Alumnus magister (S2) konsentrasi Filsafat Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kaltjaga Yogyakarta; menyelesaikan Program Doktor (S3) di Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya. Draft awal artikel ini telah disampaikan dalam diskusi rutin bertema "IGazanah Lokal" png diselenggarakan oleh Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyankatan (I-K3) berkerjasama dengan Redaksi SKII Radar B anjarn asin, Banf armasin, 2005. llimu kajian teks atau naskah klasik karena unruk kepentingan "menghidupkan" khazanah intelektual klasik disebut juga dengan istilah 'iln ibld' at-turdts, atau lebih spesifik tabqiq al-nrdts. 88 AL-BANJART Vol.9, No. l,Januari 2010 Upaya untuk menggali l<hazanth intelektual lama seperti itu menjadi penting tidak hanya karena alasan-alasan kesejarahan bahwa kita perlu melacak pemikkan sekarang dan perlunya kebangkitan dmtkarsejarah lama pemikiran, seperti proyek kebangkitan @abdhah) kedua intelektud itu, sefta sebaiknya kia menggali kearifan lama, melainkan juga problem yang lebih mendasar yang dihadapi oleh tradisi keilmuan kita, umat Islam, adalah karena lemahnya akses kita terhadap sumber-sumber awal dan lemahnya tradisi penelitian teks atau naskah (penelitian filologr) dibandingkan kesarjanzzn B,r:at. Ironis fika dalam hal sumber-sumber awal melalui k{im teks, termasuk anotasi atzu tabqiq an-nushilsh, karya-karya keislaman yang kita baca. sekarang semula ditemukan di perpustakaandiBatrtdan dikaji oleh kalangan islamisis. Sebagai contoh, naskah dalam bentuk tulis tangan (manuskrip,MS) al-Ushiil al-Kltamsab yang ditulis oleh Abd al-Jabb6,r (320-416 FI) ditemukan di pelpustakaan di Roma dan temuan itu menjadi dasar yang cukup oleh Daniel Gimaret untuk membantah tesis yang selama ini berkembang di kilangan umat bahwa Slarh al-Ushilt al-Kitamsab adalah karya Abd al-Jabbir, sebagaimana diakui oleh pentabqiqnya, 'Abd al-Karim 'utsmAn, melainkan ditulis oleh muridnya, Qawim ad-Din Minakdim.2 kmahnya tradisi intelektual umat Islam seperti ini, memang harus diakui, ^tttzrr^ lain, disebabkan oleh lemahnya kajian filologis di kalangan umat Islam. Berbeda dengan kebanyakan intelektual Islam, selain menjadi spesialis bidang tertentu ilmu Islam islamisis sedng juga merupakan seorang filolog. Keadaan ini berakibat dalam hal validitas kajian-kajian dan keterpercayaan datanyayang dikemukakan oleh sariana Islam jlkahanyabertolak pada sumbersumber kedua. Studi Naskah-naskah Klasik (Twrht) di Nusantara Di Nusantan terdapat naskah-naskah klasik, baik tentang keislaman maupun umum. Menurut survei Ismail Husein, naskah-naskah Nusantara tersebar dt 26 negar^, afltar^ lain
Academia Book Review, 2023
Esei ini merupakan sintesis dari tiga sumber utama. Pertama adalah dari syarahan Roy Casagranda perihal bagaimana Islam menyelamatkan Tamadun Barat. Syarahan Casagranda ini akan digunakan sebagai paradigma untuk kita melihat historiografi astronomi. Sumber kedua adalah buku tulisan Joseph P. McEvoy yang menulis sejarah bidang kajian astronomi. Dengan menggunakan paradigma Casagranda, tulisan ini akan cuba menilai historiografi McEvoy. Sumber ketiga adalah lebih kepada cadangan bacaan dan kajian seterusnya, di mana buku tulisan Catherine Nixey telah dipilih untuk diteliti.
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin
Kemajuan ilmu pengetahauan turut mempengaruhi perkembangan penafsiran Al-Qur’an. Namun hal ini memunculkan dilematis dimana begitu mudahnya ilmuwan muslim menafsirkan Al-Quran dari sudut pandangnya terkhusus tentang astronomi. Hal ini yang kemudian perlu dijelaskan bahwa penafsiran Al-Quran memiliki syarat dan ketentuan dalam tafsir terutama tentang ayat-ayat astronomi. Artikel ini mencoba menguraikan frame work penafsiran ayat-ayat astronomi dengan menggunakan penelitian kepustakaan atau library research dengan menggunakan pendekatan deskriptif-analisis. Ditemukan bahwa penafsiran ayat astronomi di dalam Al-Quran harus berangkat dari penafsiran ma’thur. Terutama yang berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern harus memperhatikan bahwa sebuah penafsiran harus berangkat dari penafsiran secara ma’thur (naqly), kemudian penafsiran (penakwilan) secara ijtihadi (‘aqly).
Karena Islam tak hanya menjelaskan mengenai ibadah, namun juga bagaimana alam semesta bekerja atas KuasaNya
Kelasa
There are problems in translating the astronomy text from English to Indonesian. The astronomy text has special term that common people do not understand. This paper tries to explore the strategies and translation variation of astronomy text translation. The data are taken from quesionaire about problems, strategies, and translation results from three translator respondants. The study results showed that there were three main problems in astronomy text translation, those were translating special terms, the name of certain institution and stuffs, and long phrases and sentences. To translate special terms they were using dictionary (general and special), using parallel texts, borrowing and description technique. To translate the name of certain institution and stuff they were using borrowing and description technique. Then, for long phrases and sentences they were identifying the type and function of each component and breaking it down into two clouses or more, before translating it ...
ELFALAKY, 2020
Seiring dengan perkembangan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan, metode menentukan arah kiblat dari masa ke masa mengalami perkembangan. Dari yang bersifat klasik sampai modern. Metode klasik seperti rashd al-qiblah (posisi matahari di atas ka’bah), menggunakan tongkat istiwa’, dan berdasarkan fenomena bayangan matahari harian. Sedangkan metode yang bersifat modern, diantaranya: kompas, ilmu ukur segitiga bola (spherical trigonometri), theodolit, Global Positioning System (GPS), google earth, dan lain-lain. Dengan penentuan arah kiblat berdasarkan beberapa metode di atas, tidak lepas dari petunjuk teks-teks syar’i (al-Qur’an dan hadis) dalam konteks astronomi. Misalnya Qs.Yunus (10): 5 yang menjelaskan bahwa Allah Swt menjadikan matahari bersinar. Dalam hal ini, sinar matahari tersebut berimplikasi pada bayangan matahari dan berdasarkan bayangan matahari, umat Islam dapat menentukan arah kiblatnya. Kata Kunci: Integrasi, teks syar’i, arah kiblat, astronomi.
2012
Sejak awal peradaban manusia sudah merasakan perlunya sistem pembagian waktu menjadi satuan-satuan periode bulan dan tahun yang lazim disebut kalender, penanggalan atau taqwim. Kebutuhan manusia akan sistem kalender itu berhubungan erat dengan kepentingan kehidupan sehari-hari mereka dan atau kepentingan kehidupan keagamaan mereka. Allah Subhanahu waTa’ala dalam firman-Nya QS.al-Isra’: 12 telah menjelaskan kepada manusia, bahwa Dialah Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur alam semesta seisinya dengan sempurna dan teratur, termasuk tentang waktu. Manusia dengan akal karunia-Nya telah mampu mengetahui waktu: jam, hari, bulan dan tahun kemudian menyusunnya menjadi organisasi satuan-satuan waktu yang disebut penanggalan atau kalender.
AL - AFAQ : Jurnal Ilmu Falak dan Astronomi
The issue of astronomical twilight as a sign of the time the early entry of the morning prayer, is inseparable from the problems between the perspective of fiqh and the perspective of astronomy. Astronomical twilight which is a benchmark as an early marker of Shubuh prayer, must be confronted with the dawn of the kazib which is a false twilight. This concern arises because if there is a slight mistake in distinguishing it, then it is not valid to pray a Muslim's body because it is not yet in time. On the other hand the relevance of the concept of the astronomical twilight in the perspectives of fiqh and astronomy sometimes clash. The result can cause confusion for ordinary people who do not understand that science. This is based on differences in the height of the sun. In its application, there are those who use the criteria -18o to -13o as the sun height value, but some use -19o and -20o. This is caused by several factors, namely natural factors, height of the place, weather co...
Astrologi Bali telah menjadi salah satu tujuan pariwisata spiritual. Pencarian ini menimbulkan dialog lintas agama antara astrolog Bali dengan wisman. Dialog lintas agama ini seringkali menjadi tindakan pura-pura yang melepaskan makna hakiki astrologi Bali, sehingga secara teori menimbulkan komodifikasi. Akan tetapi, dialog ini ternyata memberikan makna bagi wisman untuk memperbaiki dirinya melalui astrologi sehingga yang muncul adalah penghargaan terhadap budaya lokal. Kesenjangan antara teori dan praktik ini memunculkan masalah penelitian tentang dialog yang menimbulkan kesepahaman dalam astrologi Bali ini. Penelitian ini menemukan bahwa dialog ini menimbulkan kesepahaman karena dialog yang terjadi telah memenuhi syarat-syarat dialog yaitu pribadi yang utuh, terbuka dan disiplin. Karena itu, astrologi Bali sebagai tujuan pariwisata spiritual memberikan makna terhadap sikap hidup wisman untuk memperbaiki dirinya, walaupun sikap wisman berbeda dalam hal ini yaitu antara mengikuti astrolog dan memilih jalan sendiri. Sikap wisman tersebut merupakan hasil dari dialog yang merupakan proses sosial yang asosiatif.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Prosiding Seminar Nasional Fisika Dan Pendidikan Fisika, 2012
Vidya Darśan: Jurnal Mahasiswa Filsafat Hindu, 2020
MUṢḤAF: Jurnal Tafsir Berwawasan Keindonesiaan
Jurnal Humaniora, 2012
JAMBURA Journal of Architecture