Academia.eduAcademia.edu

Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Manajemen Hipertensi

2018, Jurnal Medula

Abstract

Dewasa ini hipertensi masih menjadi permasalahan di dunia dan negara berkembang, khususnya Indonesia terlihat dari prevalensi hipertensi yang masih tinggi. Penyakit ini disebut sebagai silent killer karena penyakit ini mematikan, namun sering kali tidak menunjukkan gejala. Seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Prevalensi hipertensi berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan pengukuran terlihat meningkat dengan bertambahnya usia, cenderung lebih tinggi pada perempuan, penduduk perkotaan, kelompok pendidikan lebih rendah, dan kelompok tidak bekerja. Hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer merupakan keadaan hipertensi yang penyebab utamanya bersifat idiopatik, sedangkan hipertensi sekunder diakibatkan oleh suatu penyakit lain yang mendasari, misalnya penyakit ginjal. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menimbulkan komplikasi yang berdampak pada sistem kardiovaskular dan serebrovaskular, ginjal dan retina yang sering disebut dengan kerusakan organ target. Pendekatan kedokteran keluarga pada manajemen hipertensi mengikuti karakteristik dokter keluarga yang ada. Dokter mampu menjadi kontak medis pertama, melakukan koordinasi maupun advokasi, berorientasi pada individu-keluarga-komunitas, mendukung kekuatan pasien, membina hubungan dokter-pasien, bertanggungjawab atas perawatan lanjutan, mengambil keputusan berdasarkan insidensi dan prevalensi, menangani masalah kesehatan akut dan kronik, menangani penyakit yang masih belum jelas dalam fase dini, promosi kesehatan, bertanggungjawab atas kesehatan komunitas, serta mengelola masalah biopsikososiokultural. Kata kunci: hipertensi, kedokteran keluarga, tekanan darah.