Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
ANSIRU PAI : Pengembangan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam
Menurut Al-Qur'an, manusia terdiri dari dua unsur, yaitu unsur material dan immaterial. Tubuh manusia bersifat material dan berasal dari sari pati tanah, sedangkan ruh manusia berasal dari substansi inmateri di alam gaib. Roh yang bersifat inmateri itu memiliki dua daya. Pertama, daya pikir yang disebut “aql” terkonsentrasi di otak (kepala). Kedua, daya rasa yang disebut hati, yang terpusat di dada. Jadi, daya pikir (‘aql) dan daya rasa (qalbu) keduanya bersifat immaterial karena merupakan substansi dari roh kemanusiaan. Aql bekerja dengan cara yang rumit melalui proses yang disebut berpikir. Pada saat yang sama, qalbu (hati) bekerja secara singkat dan langsung ketika sesuatu diputuskan/ditentukan. Islam mengakui bahwa akal merupakan alat atau sarana yang sangat penting bagi manusia. Tidak hanya sebagai alat untuk mengembangkan ilmu yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan, akal juga merupakan salah satu prasyarat mutlak adanya taklif atau agama. Bahkan diakui bahwa akal merupaka...
Jurnal Al-Tibyan, 2018
Bermula dari paradigma dan konsep kemerdekaan individu dalam menentukan sebuah pilihan yang merupakan anugerah terbesar yang Allah berikan untuk manusia yang kemudian berujung pada perbedaan cara pandang tentang Ilahi. Satu kelompok menginterpretasi kebebasan untuk melakukan kajian filosofis terhadap masalah ketuhanan sampai kepada titik pembuktian eksistensi tentang-Nya. Sementara pada kelompok lainnya berpijak pada konsep determinisme bahwa bukankah telah jelas bahwa informasi tentang Tuhan dan hal-hal yang berkaitan dengan-Nya telah diuraikan dalam dua sumber utama dalam Islam, yakni Al-Qur’an dan Hadis? Apakah tidak cukup uraian-uraian tentang Tuhan yang terekam dalam Al-Qur’an dan hadis, sehingga diperlukan pencarian filosofis.
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Keislaman, 2019
Di dalam Islam terdapat dua sumber referensi yaitu alQur’an dan al-Hadis. Kedua referensi tersebut menjadi pegangan bagi umat Islam di dalam pembentukan hukum yang sesuai dengan syariat Islam. Al-Qur’an sendiri sangat fokus terhadap persoalan intelek/akal di dalam Islam. Semangat tersebut pernah melahirkan peradaban luhur masyarakat Islam. Sejalan dengan itu, Hadis juga memainkan peranan penting dalam rangka mempromosikan keutamaan intelek/kemampuan dalam mendukung kehidupan kita sehari-hari. Artikel ini mencoba untuk memperdalam keutamaan penggunaan intelek ditinjau dari perspektif al-Qur’an dan al-Hadis
Kedudukan akal dalam Islam menempati posisi yang sangat terhormat, melebihi agama-agama lain. Sebagai risalah Ilahiyyah terakhir, Islam mempersyaratkan kewajiban menjalankan agama bagi orang yang berakal. Artinya, orang yang hilang akalnya tidak diwajibkan mengerjakan perintah atau menjauhi larangan-Nya (takÉlÊf).
Seiring pesatnya perkembangan zaman di bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi,makin marak pula penelitian mengenai peran karakter bagi kesuksesan seseorang.Hal itu di tandai dengan mencuatnya wacana IQ(Intelligence Quotient),EQ(Emotional Quotient),SQ(Spiritual Quotient) Dan ESQ(Emotional Spiritual Quotient) yang sudah tidak asing lagi terdengar di telinga sebagian orang.
2018
Skripsi yang akan penulis kaji ini adalah tentang akal dalam Tafsir Al- Misbah karya M. Quraisy Shihab, yaitu membahas ayat-ayat yang berkaitan dengan judul yang telah dipilih. Karena ayat-ayat Al-Qur’an mempunyai petunjuk sebagai pelajaran untuk membangun suatu akidah ketakwa’an pada jiwa manusia dalam mengemban kewajibannya sebagai khalifah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang mempunyai banyak kelebihan dengan makhluk yang lainnya. Kelebihan utama yang diberikan manusia sehingga ia mendapat predikat makhluk yang paling sempurna adalah adanya akal yang hanya diberikan Allah kepadanya, Dengan akal manusia mampu memilih, mempertimbangkan, dan mengupayakan jalan hidupnya, dan dengan akal manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya, dan dapat membedakan mana yang haq dan yang bathil. Namun, akalpun memiliki keterbatasan dalam berfikir. Akal tidak mampu memasuki wilayah pemikiran di luar kemampuan masing-masing. Akal tidak mampu mengetahui halhal ghaib, seperti adanya surga dan nera...
2017
: Learning Perspective Qur'an . The research objective was to describe the perspective of learning the Qur'an. Data were collected and analyzed descriptively. Discussion of research shows that it is understood that Islam actually pay attention to the importance of science as well as the urgency of studying the science. It is widely discussed in the al-Quran and al-Hadith. Even in the teaching of Islam is believed that, the learner will have the knowledge that will be useful for the sake of living in the world, as well as the provision for success in life in the hereafter. Keywords : Learning, Perspective Qur'an Abstrak : Belajar Menurut Perspektif Al-Qur’an . Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan belajar menurut perspektif Al-Qur’an. Data dikumpulkan dan dianalisis secara deskriptif. Pembahasan dalam penelitian menunjukkan bahwa dapat dipahami bahwa Islam benar-benar memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan serta urgensi mempelajari ilmu pengetahuan tersebut. H...
Makalah ini disampaikan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir Tematik. Makalah ini mengulas sedikit tentang Perspektif Al-Qur'an berkenaan dengan Ilmu Pengetahuan.
2013
Masalah pokok yang muncul dari judul disertasi „Perspektif Al-Qur‟an tentang al-Zanb‟ ini adalah; bagaimana perspektif Al-Qur‟an mengenai al-anb. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan, mendeskripsikan dan merumuskan hakikat al-anb dalam Al-Qur‟an. Selain itu, juga ingin mengungkap faktor-faktor penyebab terjadinya al-anb, metode menghindarinya serta dampak-dampak yang ditimbulkannya dalam kehidupan manusia. Untuk menjawab permasalahan di atas secara tuntas, maka dipergunakan pendekatan „Ilmu Tafsir‟ dan metode „Tafsir Maudu‟i‟, serta analisis semantik yang komprehensif dengan teknik-teknik interpretasi sebagai berikut; interpretasi tekstual, interpretasi linguistik, interpretasi sosio-historis, interpretasi sistemik, interpretasi teologis, interpretasi kultural, interpretasi filosofis dan interpretasi ganda. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan melakukan analisis lewat kajian dan telaah terhadap referensi kepustakaan yang relevan dengan studi mengenai perspe...
2021
Nur secara arti arti hakiki yaitu cahaya yang bisa dilihat dan dirasakan oleh panca indra, sedangkan secara majazi, nur adalah sesuatu yang menjelaskan/menghilangkan kegelapan atau sesuatu yang sifatnya gelap atau tidak jelas. Dalam al-Quran kata nur terdapat 43 kali yang tersebar dalam 20 surat, baik dalam bentuk nur atau al-nur, yang masing-masingnya memiliki indikasi yang beragam, karena ia merupakan perumpamaan dari berbagai hal, di antaranya adalah: 1) Agama Islam, 2) Iman, 3) Pemberi petunjuk, 4) Nabi Muhammad SAW., 5)Cahaya siang (dinamakan nur), 6) Cahaya bulan (dinamakan nur), 7) Cahaya yang menerangi orang mukmin dalam melintasi ”sirathul mustaqim”, 8) Kitab Taurat, 9) Kitab Injil, 10) Kitab al-Quran, 11) Cahaya Allah SWT., 12) Keadilan. Intinya Semua hal yang baik memiliki nilai Nur dalam pandangan Al-Quran
2021
Artikel ini mendiskusikan tentang mengenal akad rahn dalam persfektif al-quran dan hadits. Rahn adalah sebuah benda yang memiliki nilai-nilai syariat berupa jaminan dalam sebuah transaksi utang-piutang, maka seseorang diperbolehkan mengambil utang dan mamfaat dari barang tersebut. Allah memperbolehkan transaksi muamalah dengan menggunakan akad Rahn. Dimana saat manusia tidak memiliki kemampuan untuk membeli sesuatu secara tunai diperbolehkan dengan cara meminjam dan menjaminkan apa yang dimiliki oleh yang berhutang sebagai bentuk tanggungan yang akan di pegang oleh yang berpiutang. Paper ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan data sekunder (secondary research) dimana data riset yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber baik buku, jurnal dan sumber pendukung dari internet. Hutang-piutang pada saat ini adalah kegiatan yang sering terjadi di masyarakat dengan berhutang di anggap sebagai solusi atau jalan keluar dalam mendapatkan suatu yang di inginkan. Hari ini kebutuhan-kebutuhan primer seperti tempat tinggal, kendaraan, dan lainnya bisa didapatkan dengan berhutang atau di dapat dengan cara kredit. Kebiasaan ini sudah menjadi hal yang wajar di masyarakat.
Salah satu potensi manusia yang sangat berharga adalah kecerdasan. Kecerdasan yang sering ditumpukan pada otak manusia ini telah mampu membawa manusia pada kemajuan peradaban. Namun, di saat yang sama, berbagai kemajuan yang dicapai tersebut tidak selamanya mampu dinikmati oleh masyarakat modern, bahkan tidak sedikit yang mengalami depresi dan alienasi. Kenyataan ini mendorong munculnya berbagai konsep kecerdasan yang tidak cukup ditumpukan pada kekuatan intelektual, namun juga didasarkan pada kekuatan spiritual atau yang populer disebut dengan kecerdasan spiritual. Dengan menggunakan pendekatan tafsir tematik, artikel ini akan memaparkan bagaimana Al-Qur'an melihat konsep kecerdasan yang dimiliki manusia.
Jurnal Agilearner
The purpose of this study is to describe the responses of various experts regarding the interpretation of Al-Kasyaf by al-Zamakhsyar. Al-Zamakhsyari includes metaphors and imagination in his takwil, such as the vocabulary of Kursy and Arsy are referred to as metaphors and imagination. Al-Zamakhsyari in his commentary has carried out many ta'wil in various forms, such as verses 22-23 of sura al-Qiyamah with the pronunciation of nâzhirah which is interpreted as waiting, because in the view of Mutazilah God's substance cannot be reached with the eye. Various commentary books have been written using various methods, styles and sources of inspiration in the interpretation of the Koran. The tendency of mufassir is strongly influenced by the scientific, social, religious, and even political background that surrounds him. Tafsir is written based on the understanding or tendency in the mufassir's school of thought, so the mufassir describes his understandings in the schools he ad...
Aqlam: Journal of Islam and Plurality
The existence of sense in humans is a privilege given by Allah swt. Humans with their minds can think, reason, and appreciate all of Allah's creations. This article aims to examine the existence of sense in the Qur'an and its applications in the community life. The results showed that the Qur'an as a source of basic material in Islamic law provides a large portion of the use of the human mind. The mind is assisted by the senses, namely the eyes, nose, ears, tongue, and feelings (skin), so that sensory observations or empirical observations are formed. The use of sense in people's lives is something very important, namely to understand and make reasoning on issues of excavation and rechtvinding. These reasonings are reasoning of the description of text the Qur'an and hadith (al-bayani), the reasoning of cause (ta'lili), and reasoning of benefit (istishlahi).
PARAMUROBI: JURNAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh akal bertingkat yang dikemukakan oleh Ibnu Sina dan kecenderungan pendidikan Islam dalam manajemen qolbu (hati) sehingga kurang memperhatikan pendidikan akal. Kemudian sebagian kalangan menganggap bahwa akal (pikiran) tidak berada dalam otak tetapi dalam jiwa. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kepustakaan (library reseach), dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ibnu Sina membagi akal menjadi empat tingkatan (1). Al-‘Aql al-hayulani; (2). Al-‘Aql bi Al-Malakah; (3). Al-‘Aql bi Al-Fi’l; (4). Al-‘Aql Al-Mustafad. Selanjutnya Alquran menyebutkan kata dasar akal (‘aql) dalam bentuk fi’il dengan jumlah 49 kali penyebutan, satu di antaranya menggunakan bentuk lampau dan 48 lainnya menggunakan bentuk sekarang. Hal ini menunjukkan bahwa Islam sangat mempedulikan peran akal dalam kehidupan manusia baik sebagai pemimpin di muka bumi maupun hamba Allah Swt. Berdasarkan neurosains, letak akal terdapat dalam otak yang memiliki...
ً ْﻄﺎ َﺑ ر َ َن َآﺎ ا ٌ َاء َﻮ ﺳ ِ َﺊ ﱠ اﻟﺸ ِ َاف ْﺮ َﻃ ا َ ْﻦ َﻴ ﺑ ُ ْﻂ ﱠﺑ اﻟﺮ ِ ْﻦ َﻴ ِﺒ َﺎﻧ ﺟ ْ ِﻦ ﻣ ْ َو ا ٍ ِﺐ َﻧ ﺟﺎ ْ ِﻦ ﻣ ً ّﺎ ِﻳ َﻮ ْﻨ َﻌ ﻣ ْ َم ا ً ﱢﻴﺎ ِﺴ ﺣ 3
Wiwik Indah Handayani, 2021
ABSTRAKSI Wahyu pertama (surah al-'Alaq ayat 1-5) yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw. mengandung prinsip-prinsip ilmu dan teknologi. Kata Iqra' berarti bacalah, telitilah, damailah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tandatanda zaman, sejarah maupun diri sendiri, yang kesemua makna dapat dikembalikan kepada hakikat "menghimpun". Al-Qur'an adalah kitab suci yang berdimensi banyak yang kandungan isinya tidak saja berbicara tentang masalah-masalah keagamaan, tetapi lebih luas lagi meliputi berbagai aspek kehidupan manusia yang demikian kompleks, meskipun isinya tidak selalu tersusun secara sistematis sebagaimana layaknya buku-buku ilmiyah. Penafsiran Al-Qur'an telah berlangsung sejak masa Nabi saw., yang pada saat itu beliau sendiri bertindak sebagai mufassir, menjelaskan kepada sahabat tentang arti dan kandungan Al-Qur'an, khususnya yang menyangkut ayat-ayat yang sulit dipahami atau samara-samar artinya. Sepeninggal Nabi saw., maka para sahabatlah yang tampil sebagai mufassir dan sekaligus mubayyin khususnya bagi sahabat yang mempunyai kemampuan. Begitulah seterusnya usaha pemahaman terhadap kandungan Al-Qur'an terus berlangsung dari masa ke masa, sesuai dengan perkembangan hidup masyarakat.
Abstrak Akhlak merupakan aspek yang sangat penting dan merupakan salah satu ajaran dari Islam yang harus dimiliki bagi setiap individu muslim khususnya. Rujukan utama bagi Umat Islam iaitu Al-Quran dan Sunnah juga banyak menekankan aspek akhlak dalam kehidupan di dunia. Kajian ini memfokuskan berkenaan pandangan Imam 'Abu Hamīd al-Ghazalī tentang falsafah akhlak dalam kitabnya Ihya Ulum Addīn.Di samping itu, antara buku yang menjadi rujukan dalam kajian ini adalah Al-Akhlak īnda al-Ghazalī)الغزالي عند .(األخالق Kajian ini adalah bertujuan untuk memahami konsep akhlak yang dibawa oleh Imam al-Ghazalī sebagai garis panduan dan contoh dalam membina peribadi muslim. Beliau juga menyatakan banyak aspek penting berkaitan akhlak dalam Fasal Al-Adat, Al-Muhlīkat dan Al-Munjīyat. Hasil kajian menunjukkan bahawa Imam al-Ghazalī mendefinisikan akhlak dalam kitabnya Ihya Ulum Addin adalah suatu perangai (watak, tabiat) yang fitrah dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber lahirnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya, secara mudah dan spontan tanpa perlu memikirkan atau merancang. 3 Apabila tabiat tersebut menimbulkan perbuatan yang baik menurut akal dansyarà maka perbuatan tersebut dinamakan ahklak baik. Dan apabila tabiat tersebut menimbulkan perbuatan yang tidak baik maka disebut ahklak yang tidak baik.
Abstract The substance of education is knowledge transformation process. Therefore, it needs appropriate methods and media to transfer it. In Islamic education context, these methods and media seem to be education curriculum. Moreover, the objective is moral establishment. Once the education curriculum is satisfactory, it could establish ethical person. One of the important curriculum aspects is right understanding of thinking concept according to Al-Qur’an. Conceptually, thinking has a very deep meaning. It was stated in some ayahs in Al-Qur’an. Some of them stated in the terms of: tafakkur, tadzakkur, tadabbur, and ta’aqqul. Specially, those terms have their special meanings. Those meanings lead up to one concept as heart concept (Qalb). Simply, thinking concept in Al-Qur’an a thinking process that involve heart and mind in understanding knowledge. Additionally, if this concept is implemented in education, it could create good characteristic human being because heart (Islamic perspective) is the place of iman, ihsan, taqwa, ikhlas, ridha, and so on. Keywords: thinking concept, tafakkur, ta’aqqul, moral education
Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan (QS. Adz Dzaariyaat [51]: 21). Syahdan tersebutlah sebuah kota di Phacis, Yunani Tengah, pada zaman purba, di lereng gunung Parnassos, dikenal dengan nama : Delphi, pusat ibadat Apollo, tempat orakel Delphi yang terkenal. Pada orakel dipahatkan sebuah kalimah berhikmah, yang konon berasal dari ucapan SOKRATES (470-399 SM), seorang filsuf besar Yunani. Kalimah berhikmah itu berbunyi Gnothi Seauthon! (Kenalilah Dirimu). Sokrateslah filosof Yunani yang pertama mengundang perhatian manusia untuk memperhatikan dirinya sendiri. Dengan perkataan lain, SOKRATES mengundang perhatian pada segala yang dimasalahkan oleh manusia itu dengan dimulai dari manusia sendiri sebagai masalah 2 .
2017
Perbincangan tentang manusia merupakan perbincangan yang tidak pernah ada akhirnya. Perbincangan tersebut bak bola salju, semakin lama semakin membesar dan berkembang. Dalam bukunya Man The Unknown, A. Carrel menjelaskan tentang kesuitan yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia kendatipun banyak para ilmuan, filosof, sastrawan dan rohaniawan telah banyak membahasnya. Tapi kita hanya mampu mengetahui beberapa segi tertentu dari diri kita dan hanya menurut tata cara kita sendiri. Kita tidak mengetahui hakikat manusia secara utuh. Keterbatasan pengetahuan manusia tentang dirinya karena masalah manusia adalah multikompleks. Ibarat benang kusut kita sulit mengurai ujungnya. Beberapa pertanyaan yang patut diajukan dalam pembahasan tentang manusia dengan segala keterbatasan yang ada adalah bagaimana terminology manusia dalam alqur’an, proses kejadiannya, rahasia keragamannya, peran dan tanggung jawabnya.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.