Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2016, Kordinat
Jangan melakukannya di lobang tanah, yang kemungkinan terdapat hewan hidup di dalamnya." Demikian salah satu etika buang air besar dan kecil, seperti yang diterangkan oleh al-Imam Abu Syuja' dalam karyanya yang monumental, Ghayah al-Taqrib. Kitab yang merupakan 'konsumsi wajib' para santri di hampir seluruh pesantren di pulau Jawa, memiliki banyak kitab syarh atau kitab yang menjadi penjelasnya dan yang mengomentarinya, seperti al-Iqna', al-Tadzhib, dan Fath al-Qarib.Bahkan Fath al-Qarib sendiri memiliki kitab syarhnya sendiri, seperti Hasyiyah al-Bajuri, Kifayah al-Akhyar, dan Tausyikh.
TEOSOFI: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, 2018
When a society grows and the needs of its members increase, the relation between them and other people—who possess various primordial identities—will be impossibly avoided. This social relation will potentially bring about friction among different groups existed in the society. Islam has established a number of rules concerning the relationship of Muslims and other religious adherents. Although the regulations have been firmly settled, the controversy among the Muslims themselves—in dealing with their relation with the non-Muslims—is often inevitable. The issue of relation with other people of different religions has become contentiously debatable topic among the Muslim academics. The debate has subsequently brought about the emergence of different ideological inclinations within the Muslim society. This ideological preference emerges through such number of “appearances” as moderates, radicals, liberals, traditionalists, and modernists. Each group possesses its own perception along ...
Islam adalah agama universal yang ajarannya ditujukan bagi umat manusia secara keseluruhan. Inti ajarannya selain memerintahkan penegakan keadilan dan eliminasi kezaliman, juga meletakan pilar-pilar perdamaian yang diiringi dengan himbauan kepada umat manusia agar hidup dalam suasana persaudaraan dan toleransi tanpa memandang perbedaan ras, suku, bangsa dan agama, karena manusia pada awalnya berasal dari asal yang sama. Firman Allah: "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang sama" 1 (Surat an-Nisak, ayat 1)
Farabi, 2014
Ketika masyarakat berkembang semakin luas dan kebutuhan manusia meningkat, maka hubungan dengan orang lain dengan beragam identitas primordialnya menjadi tidak bisa dihindarkan. Sebagai konsekuensi dari fakta ini adalah kemungkinan munculnya gesekan-gesekan antara berbagai kelompok masyarakat yang berbeda. Ketika menyangkut hubungan dengan penganut agama lain, Islam memberikan ramburambu dan batasan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Maka kontroversi seringkali tidak bisa dihindarkan. Isu hubungan dengan orang yang berbeda agama dari kita, atau yang secara mudah sering diistilahkan dengan non-Muslim menjadikan perbedaan pendapat antara berbagai kecenderungan pemikiran dalam Islam. Sebutlah kelompok moderat, kelompok radikal, kelompok liberal, juga kelompok tradisionalis dan kelompok modernis. Tulisan ini menguraikan pola hubungan Muslim-Non-Muslim melalui pendekatan yang lebih moderat dan kontekstual. Kata kunci: Inklusiv, pluralis, eksklusif, teologi A. Pendahuluan Pluralitas atau keanekaragaman merupakan realitas dunia kontemporer, baik dalam skala golobal maupun lokal. Pluralitas juga merupakan tekstur Indonesia. Di samping keberagaman dalam agama, Indonesia secar umum dikenal sebagai suatu negara di mana sejumlah agama-agama besar bertemu dan berkembang secara harmonis. Dalam beberapa dekade, keberagamaan indonesia menjadi model kehidupan atau hubungan yang harmonis, di mana orang dari latar belakang yang berbeda dapat hidup, bekerja sama secara damai. Muslim Indonesia juga dikenal sebagai Muslim yang suka damai dan sangat toleran. Akan tetapi, pada beberapa dekade terakhir media internasional maupun dunia akademik mulai menyoroti dan memberikan "awas-awas", 83
Perkawinan antara muslim dengan non muslim pada masa pemerintahan kolinial termasuk dalam lingkup perkawinan campuran yang diatur dalam Penetapan Raja tanggal 29 September 1896 No. (Stb.1898 yang dikenal dengan Regeling op de gemengde huwelijken (GHR). 1 Pada masa itu pernikahan beda agama tidak menjadi penghalang sahnya perkawinan, dan perkawinan dianggap sah jika mengikuti peraturan Negara. Kebolehan pernikahan antar agama dipertegas pada pasal 7 ayat (2) GHR yang menetapkan bahwa "perbedaan agama, bangsa atau asal usul sama sekali tidak menjadi penghalang untuk melakukan perkawinan." Pada masa kemerdekaan dikeluarkanlah Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974 (selanjutnya disingkat UUP) untuk memenuhi kebutuhan hukum perkawinan. Dalam pasal 2 ayat (1) dinyatakan bahwa "perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut masing-masing agamanya dan kepercayaaannya itu". Pasal ini ditafsirkan bahwa perkawinan dianggap sah jika dilansungkan kepada agama para pihak. Maka jika pernikahan dianggap tidak sah oleh agamanya, maka Negarapun tidak akan mengakuinya. Perdebatan tentang keboleh atau tidak perkawinan beda agama menjadi hangat ketika dikeluarkannya putusan Mahkamah Agung nomor 1400/K/Pdt/1986 yang mengizinkan pernikahan berbeda agama dengan mengganggap salah satu pihak tidak lagi menghiraukan status agamanya (in casu agama islam), sehingga diperbolehkan dicatatkan di Kantor Catatan Sipil. Diskusi ini mencuat kembali saat ini dengan diajukannya Judicial Review pasal 2 ayat (1) UUP yang dianggap tidak memberikan kepastian hukum bagi yang akan melakukan perkawinan beda agama di Indonesia sehingga dianggap bertentangan dengan UUD 1945. 2 Pernikahan beda agama menjadi pembahasan yang menarik dan tidak berkesudahan, karena pasal 2 ayat (1) masih menimbulkan banyak perbedaan penafsiran. Sedangkan masalah dimasyarakat tentang perkawinan beda agama semakin berkembang dan membutuhkan kepastian hukum. Dalam membahas masalah ini pemakalah menggunakan pendekatan normatif-yuridis dengan mengkaji undang-undang yang ada, 1 Pasal 1 GHR menyebutkan bahwa perkawinan campuran melingkupi; perkawinan campuran internasional, perkawinan campuran anatar tempat, perkawinan campuran antar golongan, dan perkawinan campuran anatar agama. 2 http://nasional.kompas.com/read/2014/09/23330721/Mengapa.Pernikaha.Beda.Agama.Digugat. ke.MK. Diakases pada tanggal 30 september pukul 13.46 WIB. serta mengutip beberapa penafsiran para fuqaha' dan ahli hukum yang sudah ada untuk menjawab permasalahan yang ada. B. PERKAWINAN BEDAAGAMA DALAM HUKUM ISLAM 1. Dasar Hukum dan Tafsir Para Ulama Para ulama sepakat bahwa pernikahan bahwa pernikahan antara muslim dan non muslim tidak diperbolehkan. 3 Dengan menggunakan landasan hukum surat al-Baqarah ayat 221. وال ت ت ثكحو ا ت كت املرش ت لعبد ت و ا ت يؤمن ّ ت حىت ااملرشكني ت ثكحخ ت وال أجعبتمك ت أ ل ت و ت مرشكة ن ّ ت خريم ؤمنة ّ مةم أ ت ول ّ ت يؤمن ّ حىت أجعبمك.......... ت أ ل ت و ت مرشك ن ّ ت م ت خري ؤمن ّ م 4 . Namun penafsiran menjadi berbeda ketika pernikahan terjadi antara laki-laki muslim dengan perempuan ahli kitab. Sebagian ulama' memperbolehkan nikah beda agama laki-laki muslim dengan ahli kitab berdasarkan pada tafsir surat al-Maidah ayat 5 yang merupakan tahsin atas surat al-Baqarah 221. ت مناملؤمنتت حملصنت ت و هم ّ ّت ل ت حل ت وطعاممك ّت لمك ت حل االحتب ث أو ت أ ين ّ ت اّل ت وطعام بت ّ ي ّ ت الط ّت لمك أحل ت أ م الي ت منت احملصنت و إمينت ت ابال ت يحفر ت ومن أخدان ت أ خذى ّ ت مسفحنيت والت مت ت غري ت حمصكني ّ رهن أج ت أ ّ ت هن مت ثي ت ءا م إذأ ت ا ت قبلمك ت من االحتب ث أو ت أ ين ّ اّل ين ت مناخلرس خرة أ ت فال ت وه ت معهل ت حبط فقد 5
Allah SWT berfirman, ada tiga cara dalam berdakwah kepada siapa saja, yaitu: dengan hikmah, dengan mawidzah hasanah, atau dengan dialog (ditopang alasan yang lebih baik dan lebih kuat).
isu boikot, hubungan ekonomi dan kaedah penyelesaian antara Islam dan bukan Islam
KALAM
Dalam beberapa hal, Islam sering dituduh sebagai agama yang diskriminatif, khususnya terkait dengan relasi antar umat beragama. Tuduhan ini didasarkan pada banyaknya hadis yang secara redaksional menunjukkan sikap yang demikian. Artikel ini mengelaborasi tipologi hadis-hadis tentang relasi umat beragama, konteks sosio-historis yang melatari kemunculannya dan model pembacaan yang konstruktif untuk konteks kekinian. Penelitian ini menemukan bahwa: Pertama, ada dua sikap hadis terhadap umat non muslim, yaitu apresiatif-akomodatif dan kritis-konfrontatif. Kedua, kedua kategori itu lahir dalam konteks relasi sosial umat beragama yang dinamis-fluktuatif yaitu harmonis dan disharmonis. Ketiga, pembacaan yang konstruktif dilakukan dengan menggunakan pendekatan humanis-kontekstual.
Culture & Society: Journal Of Anthropological Research
Penelitian ini dilatar belakangi oleh ketertarikan peneliti dalam melihat harmonisasi masyarakat muslim dengan masyarakat non muslim di Jorong Sentosa Nagari Panti Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman yang didasari oleh interaksi yang mereka lakukan sehari-hari. Dengan tujuan untuk memahami pola interaksi sosial masyarakat Muslim dengan masyarakat Non Muslim di Jorong Sentosa Nagari Panti Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman. Penelitian ini dikaji menggunakan teori yang dikemukakan oleh Talcot Parson yaitu teori Aksi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif tipe deskriptif, pemilihan informan dilakukan dengancarapurposive sampling dan jumlah informan sebanyak 14 orang. Data dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi yang di analisis menggunakan analisis data dari Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa terdapat 2 pola interaksi antara masyarakat muslim dengan masyarakat non muslim yaitu (1) pola interaksi tidak terbatas terdiri dari: bidang pendi...
Dakwah: Jurnal Dakwah dan Kemasyarakatan, 2022
Artikel ini bermaksud mengulas sejumlah isu kontroversial dari ceramahceramah dan karya tulis Habib Ali Al-Jufri, seorang ulama yang diakui luas sangat otoritatif sekaligus da'i "seleb"-follower akun media sosialnya lebih dari 12 juta. Habib Ali termasuk ulama yang tidak menghindar dari isu-isu keagamaan yang dianggap "tabu" dan sensitif, yang hampir tak pernah dibicarakan dalam pengajian-pengajian tradisional, misalnya isu tentang mencintai orang kafir termasuk tentang ragam kekafiran, hukuman mati bagi orang murtad, khilafah, ucapan selamat natal, dan prinsip kemanusiaan di atas keagamaan. Penelitian ini menggunakan metode tafsir maudhu'i (tematik) dan analisis konten untuk mengulas dan membandingkan pandangannya dengan pandangan para ulama lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan, walau tak jarang membidik dan berupaya memberi jawaban atas isu-isu tabu, namun ceramah-ceramahnya yang memberi tawaran moderat tetap diterima luas dan disukai jamaahnya, sehingga ia berperan penting dalam upaya menebar ajaran Islam yang penuh cinta dan humanis serta dalam mencegah polarisasi dan perpecahan umat. Ini antara lain berkat ilmunya yang begitu luas terkait Al-Quran, hadis, biografi Nabi dan sahabat, fiqih dan tasawuf.
Jurnal Ushuluddin, 2019
Today, Muslim are often seen as radical and intolerant people against followers of other religious who are suspected of being terrorist. This triggers conflict between people to cause casualties. It even happened when named Muhammad, he could not go to the west. This is different from the messenger of Allah, who was also an apostle and leader in Makkah and Madinah, but was successful in building people’s welfare from a social and economic perspective. The method of this writing is descriptive qualitative method, namely the writing process with a methodology that investigates phenomena and social situations. The type of writing according to the place is research library with a historical study with an approach to revelation from the Koran and Hadith. The purpose of this paper is the extent of the prophet’s cooperation at that time so that the people prospered and for Muslims now to follow the way of the Prophet who was full of tenderness. The results of this paper are that the Messen...
Jurnal Masyarakat dan Budaya, 2017
Religious sentiment is often called as primary factor behind the many cases of violent conflict in Indonesia. Nevertheless, many contemporary studies on conflict and peace showed that trigger variables of conflict are not only varied but also layered and unique. This article reveals about the relational model and management between JAI (Jemaat Ahmadiyah Indonesia/Indonesian Ahmadiyya Community) and non-JAI in the rural Manislor. By phenomenology, this study looked at the depth of relations, perceptions, and conceptions of both groups; and by genetic structuralism of Bourdieu, this study revealed the relationships that unite and integrate of these two groups. Some of the findings appeared that besides the theological factor, the variables such as group sentiments, space separation, identity polemic, economical jealousy, political jealousy and elite interference, contribute to the segregation and conflict between them. Thus, this is the the strengthening of social bonding such as local habituations and local wisdoms is an urgent matter to build a suistainable peace. As well as the agents of civil society, with their own way, must be readily to care and control the mechanisms of conflict resolution.
Riwayah : Jurnal Studi Hadis
Fenomena pluralitas agama yang hadir di tengah kehidupan saat ini menuntut kita agar mampu menyikapinya dengan bijaksana. Terlebih bagi umat muslim, di mana dewasa ini Islam seringkali dituduh sebagai agama yang diskriminatif dan sulit menerima adanya keberagaman. Pasalnya bermula dari munculnya sebagian muslim yang mendakwahkan Islam dengan jalan kekerasan, memerangi bahkan membunuh umat-umat lain yang tidak sejalan dengan Islam. Sehingga tentu saja ini berimbas pada rusaknya citra Islam. Padahal, 14 abad yang lalu Nabi Muhammad telah mengajarkan dan mempraktekkan langsung bagaimana seharusnya sikap seorang muslim dalam berhubungan dengan umat-umat lain di luar Islam. Alhasil, Nabi berhasil menjadikan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘ālamīn yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi antar umat beragama. Di samping itu, perlu disadari bahwa sikap dan perilaku Nabi tersebut tidak terlepas dari wahyu yang Allah turunkan kepadanya (al-Qur’an). Artinya, Al-Qur’an menjadi petunjuk bag...
Indonesia -Indonesian -[ إندونييس Syaikh DR. Shalih bin Fauzan al-Fauzan Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad 2014 -1435 65 ] Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. * Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. (QS. azd-Dzariyat:56-57) Maka Allah subhanahu wa ta'ala menciptakan makhluk untuk beribadah kepada-Nya, bukan karena kebutuhan-Nya kepada mereka dan tidak pula kepada ibadah mereka, karena Dia subhanahu wa ta'ala Maha Kaya dari mereka, akan tetapi karena kebutuhan mereka kepada-Nya. Maka dalam ibadah mereka kepada Allah subhanahu wa ta'ala, mereka mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Allah subhanahu wa ta'ala memuliakan dan
SMART, 2015
Muslims in Indonesia are socially divided into different social configurations such as ethnicity, school of thought, religious organization, and so on. This study reveals the dynamics of the internal relations of Muslims in terms of the relation between religion and culture. The research was carried out in qualitative approach and was conducted in the province of Central Java, East Java, and Central Kalimantan. The dynamics of the internal relations of Muslims in these three areas showed three patterns of relations, namely the relation between religion and local traditions, the relation between religion and ethnicity, and the relation between religion and religious thought. Among them, it was the relation between religion and local traditions which had the strongest social cohesion, while the others were still dissosiative in terms of internal muslim relation. The relation between religion and culture can be used as a strategy in an attempt to develop internal religious harmony in general.
UPI International Conference on Islamic Education, 2016
Throughout history of Islamic discourse, history of Islam seems to be more telling political movements, expansionist ambitions and boring feud with Christian during the Middle Ages. Islamic history is military successes and achievements in expansion territory. Muslim found political momentum after the establishment of the state in Medina and after Islam spread over the border of the Arabian Peninsula. Islamic civilization from the beginning has been a challenge for the European-Christian civilization when Islam was expanding its power to Spain, and then continued to Eastern Europe by the Ottoman Turks in the future. Throughout the Middle Ages, there was a heated confrontation between these two civilizations, transformed into a crusade that has spilled blood for two centuries. This article deals with a question: what is the historical lesson that can be taken? or we read history merely to entertain ourselves by watching the events of the rise and fall of nations, thoughts, and the rude stories about the death of the king?.
LISAN AL-HAL: Jurnal Pengembangan Pemikiran dan Kebudayaan, 2018
This research is intended to reveal the political relationship between Muslims and non-Muslims. According to the worldview, the political interaction between Muslims and non-Muslims are only warfare is not peaceful. Those matter because the world has seen Islam from one aspect. The study found that in politics Islam who has two interactions. The first interaction is the political interaction is revealed by Ibn Qayyim al-Jawziyyah and the second interaction was the political interaction is expressed by Fahmi Huwaidi.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Budaya Lokal, Dosen Pengampuh : Afidatul Asmar, S. Sos. M. Oleh : Kelompok 9 Nur Indah Damas Larasati M Febrianti Nur Ghinaya INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
This paper describes the ethics toward non-Muslims based on al-Qur'an. Islam as a religion of peace was accused and insulted by the orientalists frequently. These accusations and insulting stated in several articles, journals either in their books. Their books like Islamic Invasion wrote by Robert Morey and Islam Revealed by Anis A Shorrosh are some sample of how the orientalists discredits Islam. Whereas Islam is not like what they accused. On the contrary, Islam has responding their accusations with an elegant and tolerant doctrine. Islam has teaches its peoples to respects another religion's people, Islam forbids his people to insult other religions, to excoriate their worships or forcing non-Muslims to convert or believes to Islam, even Islam teaches its people to acknowledge non-Muslims as brother and sister. This is Islam's admiration toward non-Muslims. Surprisingly, these admirations inversely proportional to what non-Muslims did toward Islam and its people.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.