Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2023, Indrawan Nur Ambia
…
13 pages
1 file
Nasikh memang ada dan terjadi dalam syariat islam,khusus nya selama dalam proses pembentukannya tentang ayat ayat dalam Al-Qur'an dalam mushaf yang seperti keadaanya yang sekarang ini yakin telah disepakati tidak ada yang mansukh.
Alquran dan Hadis adalah dua pedoman umat Islam yang tidak hentihentinya menjadi pusat kajian keislaman hingga sekarang. Keduanya memiliki persamaan dalam ilmunya masing-masing, bahkan yang satunya menjadi penjelas atau mubayyin terhadap yang lain. Berbagai corak turunnya Alquran menghasilkan bermacam-macam ilmu dalam al-quran, dengan arahan Rasulullah saw dan juga dengan ijtihad para sahabat. Salah satunya adalah ilmu nasakh dan mansukh yang menjadi sangat penting untuk memahami al-quran. Ilmu Nasakh dan Mansukh adalah salah satu alat untuk memahami alquran, baik persamaan atau perbedaan ayat yang satu dengan ayat lain yang berakibatkan pertentangan ayat dalam alquran bahkan menimbulkan kerancuan terhadap keotentikan atau kebenaran alquran itu sendiri kalau tidak mendalamai salah satu ilmu ini. Dengan begitulah ilmu nasakh dan mansukh dalam alquran sangat dibutuhkan untuk memahami alquran secara benar. Di dalam alquran sendiri Allah swt. mencamtumkan beberapa ayat yang berkaitan tentang nasakh dan beberapa contoh yang diyakini oleh ulama sebagai ayat-ayat nasakh. Selain nasakh dan mansukh juga terdapat ilmu-ilmu lain untuk memahami alquran yaitu dengan tipe-tipe lain seperti menggunakan hadis dan aqal (aqal Ulama). Dalam pembahasan nasakh disebut-sebut, adanya ayat Alquran yang mansukh. Jumlahnya pun cukup banyak. Sampai ada yang menetapkan jumlah ayat mansukh sebanarnya 100 buah. Besar kemungkinan penetapan jumlah yang cukup memprihatinkan itu akibat kerancuan di dalam menangkap pengertian nasakh.[1] A. Pengertian An-naskh merupakan mashdar dari naskha, yang secara harfiyah berarti: menghapus, memindahkan, mengganti, atau mengubah. Dari kata nasakha terbentuk kata An-Nasikh dan Al-Mansukh. Secara etimologi, An-Nasikh berarti yang menhapus, yang mengganti atau yang mengubah. Sedangkan Al-Mansukh berarti yang dihapus., yang diganntikan atau yang diubah. [2]
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, ia meninggalkan dua kitab yang akan menjadi pedoman manusia hidup di dunia agar tidak tersesat yaitu Al-qur'an dan Al-hadits. Allah juga menurunkan syariat samawiyah kepada para utusanNya untuk memperbaiki umat di bidang akidah, ibadah dan muamalah. Tentang bidang ibadah dan mu'amalah memilki prinsip yang sama yaitu bertujuan membersihkan jiwa dan memelihara keselamatan masyarakat. Tuntutan kebutuhan setiap umat terkadang berbeda satu dengan yang lain. Apa yang cocok untuk satu kaum pada suatu masa mungkin tidak cocok lagi pada masa yang lain. Disamping itu, perjalanan dakwah pada taraf pertumbuhan dan pembentukan tidak sama dengan perjalannya sesudah memasuki era perkembangan dan pembangunan. Dengan demikian hikmah tasyri' (pemberlakuan hukum) pada suatu periode akan berbeda dengan hikmah tasyri' pada periode yang lain. Tetepi tidak diragukan bahwa pembuat syari'at, yaitu Allah, rahmat dan ilmuNya meliputi segala sesuatu, dan otoritas memerintah dan melarang pun hanya milikNya.
Al-Qur"an adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah melalui perantara malaikat Jibril. Dalam proses turunnya Al-Qur"an pun secara bertahap sesuai kebutuhan atau masalah yang terjadi di kalangan ummat untuk menjawab segala permasalahannya.
Al Qur'an adalah kalamullah merupakan mu'jizat bagi Nabi Muhammad SAW. Al Qur'an merupakan tuntunan bagi umat manusia untuk mencapai bukan hanya kebahagiaan di dunia saja, terlebih lagi adalah merupakan tuntunan untuk mencapai kebahagiaan di akhirat.
2023
The Qur'an as a guide of Muslims has a fairly high concern by scholars. There are views that some verses in the Qur'an are contradictory, so that this leads to the study of nasikh-mansukh. The study is not necessarily accepted by all scholars or observers of Qur'anic science, because according to them there can be no revision in the Qur'an. This research tries to discuss nasikh-mansukh studies both related to understanding, differences of opinion, orientalist views to the wisdom of studying them using qualitative methods from library data. This study found that differences of opinion in the scholarly environment occurred due to differences in the roots of their studies. With the nasikh-mansukh theory one can understand why there are verses that textually seem contradictory.
Ajaran agama-agama langit diturunkan oleh Allah SWT kepada para utusan-Nya bertujuan untuk memberikan kemaslahatan bagi umat manusia dalam bidang akidah, ibadah, dan mu’amalah. Oleh karena akidah dari semua ajaran yang diturunkan Allah SWT kepada rasul-Nya hanya satu, yakni penuhanan kepada Tuhan yang satu, maka dalam bidang akidah ini konsep tersebut selamanya tidak berubah sejak rasul pertama hingga rasul yang terakhir. Sedangkan dalam bidang ibadah dan mu’amalah, semua syariat memiliki prinsip dasar yang sama, yakni memelihara jiwa dan menjaga keselamatan seluruh umat manusia dan mengikatnya dalam suatu ikatan hubungan saling tolong-menolong dan persaudaraan. Meskipun demikian, tuntutan kebutuhan setiap umat berbeda antara umat yang satu dengan umat yang lainnya. Hal-hal yang cocok untuk satu umat dalam suatu masa belum tentu cocok dengan satu umat pada masa yang lainnya. Oleh karena itu, Allah SWT yang memegang penuh atas otoritas syari’at, lebih mengetahui atas syariat yang diturunkannya. Tidak mengherankan rasanya jika Allah SWT menghapus pemberlakuan sebuah syariat dan menggantinya dengan syariat yang lain. Hal ini tidak lain karena bertujuan untuk menjaga kemaslahatan hamba-hamba-Nya.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Al-Munir: Jurnal Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir