Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir
…
18 pages
1 file
Posisi perempuan dalam kajian Islam terus menjadi pertanyaan menarik dan tak habis-habisnya yang menimbulkan kontroversi. Fakta sejarah menunjukkan bahwa sepanjang sejarah Islam, perempuan menduduki posisi inferior sedangkan laki-laki menduduki posisi superior. Hal ini terjadi karena para mufassir klasik menafsirkan al-Qur'an karena cenderung dipengaruhi oleh budaya patriarki yang mengakar. Dari sudut pandang masyarakat patriarki, subordinasi perempuan terhadap laki-laki dibentuk oleh ajaran agama, namun jika melihat ajaran Islam itu sendiri, terlihat jelas bahwa gagasan kesetaraan sangat dijunjung tinggi. . Al-Qur’an pada dasarnya memberikan dasar pemikiran yang sangat jelas tentang kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, namun pada tataran realitas ternyata gagasan egalitarian Al-Qur’an seringkali ditentang oleh reaksi masyarakat, yang biasa. kasusnya bias
Artikel Tafsir Maudhu'i, 2023
Dewasa ini, agama sering dituduh sebagai sumber terjadinya ketidakadilan dalam masyarakat, termasuk ketidakadilan relasi antara laki-laki dan perempuan yang sering disebut ketidakadilan gender. Sementara, saat ini peran perempuan semakin dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat. Banyak perempuan yang mulai ikut berkiprah dalam kepemimpinan di masyarakat terutama di Indonesia, perempuan saat ini benar-benar muncul diberbagai peran dan posisi strategis dalam ranah biokrasi maupun pemerintahan. Hal ini menunjukkan bahwa kaum perempuan dapat menunjukkan dirinya sebagai kaum yang kuat dan berproses.
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir
Perempuan sama-sama makhluk yang juga sama spesialnya dengan lelaki di mata Allah. Takwalah kemudian yang membedakan antara keduanya. Penelitian ini mengkaji tentang pemimpin perempuan dalam tinjauan hadis Nabi Saw. Pembahasan ini penting untuk mengetahui jangkauan kepemimpinan perempuan, apakah hanya sebatas domestik ataukah perempuan boleh memimpin secara publik. Jenis kepustakaan dipilih sebagai jenis penelitian dengan menggunakan pendekatan tematik hadis. Hadis-hadis tentang pemimpin perempuan ditemukan melalui aplikasi al-maktabah asy-syamilah. Setelah hadis-hadis terkait ditemukan, kemudian dilakukan analisa isi untuk menemukan hasil dan kesimpulan yang komprehensif. Sebagai penutup, penelitian ini menemukan bahwa perempuan berposisi sama di mata Allah, juga dalam hal kompetensi dan kredibilitas. Hadis-hadis yang ditemukan juga mengarahkan kepada kesimpulan bahwa perempuan dapat menjadi pemimpin di wilayah publik.
Diskusi mengenai peran publik perempuan dalam sudut pandang Islam memang menarik dan banyak perdebatan. Apalagi tentang kepemimpinan perempuan. Sejarah panjang Islam dan Indonesia juga menceritakan tentang tokoh-tokoh perempuan dalam hal kepemimpinan publik. Namun kepemimpinan mereka bukanlah tanpa benturan. Makalah ini berusaha untuk mengumpulkan argumen penentang kebolehan kepemimpinan perempuan (yang diwakili oleh kaum tradisionalis), untuk kemudian dijawab oleh penafsir dan ulama moderat yang membolehkan perempuan untuk memimpin dalam kegiatan politik.
2015
Many groups are calling to apply the Islamic values. Both in social issues, economy, country and politics. But they are not able to create a balancing of the values of Islam itself. Because in general, they actually limit the scope of women's movement. They do not give chance to women to participate in the world holding the reins of supreme leadership.If the excuse put forward is that Islamic values can be applied in general, why not give the right to limit even to women? In fact Islam devoted to men and women.However, when the raging spirit has been created, the power has been awakened, when the women had to roll up his sleeves to participate in social, political and matters relating to life, why the sudden sheet of voiced speech with a loud "O woman returned to the house each of you ", an appeal which it seems so unfair to discredit. Therefore, re-examine the traditions that are considered to discredit the woman, for Hadith Prophet Muhammad saw. ill only textually bu...
Al-Ulum
This paper explores al-Zamakhshari's thoughts on women's leadership in the public sphere in tafsir al-Kasysyaf's . Islam does not require the wife to submit to her husband as he is obliged to submit to God. On the contrary, with the existence of rights that must be fulfilled by the husband towards the wife, then as reciprocity of Islam gives the right for the husband to be obeyed as long as it does not conflict with the teachings of religion. However, in terms of leadership in the public sphere, az-Zamakhsyarîy is more likely to place the position of women under men. This is evident in his expression when interpreting the word فضل الله بعضهم علي بعض that leadership is given by Allah to men because of its advantages in several respects, even az-Zamakhsyarîy considers men to have many advantages over women
2008
Until now, there is a dilemma about woman leadership in Islam. In one side, there is a belief that the best woman activity is being home, take care her husband and children, cooking, cleaning up, and other activity that have domestic character. At the other side, today’s woman demanded to play active role outside home. Patriarchal understanding and culture that dominant at that era still affect position about woman leadership in Islamic thought discourse, not surprising if their thought’s product inclined to man interest. However, today’s woman have broad opportunity to have role on every domain, include became a leader. This is perfectly appropriate with Islamic teaching because al-Qur’an did not differentiate human except his/her deed
Syariah Jurnal Hukum dan Pemikiran, 2018
Terjadinya kontroversi dalam masalah kepemimpinan perempuan dalam Islam berasal dari perbedaan ulama dalam menafsiri sejumlah ayat dan hadis Nabi. Secara umum jika dianalisa kualitas hadis riwayat al-Bukhârî, al-Turmuzî, dan al-Nasâ`î serta Imam Ahmad tentang kepemimpinan perempuan secara umum adalah shahîh li dzâtihi. Sanadnya memenuhi kaidah kesahihan sanad hadis, yaitu sanadnya bersambung, periwayatnya bersifat tsiqah, dan terhindar dari syudzûdz dan ‘illah. Matannya juga memenuhi kaidah kesahihan matan hadis, yakni terhindar dari syudzûdz dan ‘illah.Secara tekstual, hadis tersebut menunjukkan larangan bagi perempuan menjadi pemimpin dalam urusan umum. Oleh karena itu, mayoritas ulama secara tegas menyatakan kepemimpinan perempuan dalam urusan umum dilarang. Namun secara kontekstual hadis tersebut dapat dipahami bahwa Islam tidak melarang perempuan menduduki suatu jabatan atau menjadi pemimpin dalam urusan umum. Bahkan menjadi kepala negara, dengan syarat sesuai dengan kriteria ...
KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman, 2015
Wacana kepemimpinan perempuan tidak pernah berakhir didiskusikan. Beberapa pertimbangan teologis Islam selalu menjadi alasan utama untuk mendukung kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Artikel ini mencoba untuk menyajikan analisis tekstual dan kontekstual tentang kepemimpinan perempuan di ranah publik. Hal ini karena berdasarkan pemahaman secara tekstual terhadap sunah Nabi dan opini dari sebagian ulama Muslim secara buruk menyatakan bahwa kepemimpinan perempuan dalam urusan publik dilarang. Namun berdasarkan pemahaman secara kontekstual tidak demikian dengan syarat mampu mengemban amanah. Sejarah Islam mencatat "Â`isyah, al-Syifâ, dan Ratu Balqis termasuk segelintir pemimpin perempuan yang menduduki jabatan publik. Oleh karena itu, dalam memahami masalah kepemimpinan perempuan, pemahaman secara kontekstual harus terlebih dahulu dipertimbangkan.
Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf, 2020
Kepemimpinan wanita dalam kancah politik menuai kontroversi di dalam Islam. Hal ini disebabkan oleh nas{ hadis sahih yang menyatakan bahwa suatu kaum tidak akan beruntung jika dipimpin oleh wanita. Bagi ulama konservatif, akan memahami hadis tersebut apa adanya (tekstual). Namun bagi ulama yang moderat akan memahaminya dari sisi kontekstual. Agama Islam berpedoman kepada al-Qur’an dan hadis, oleh sebab itu, tidak adil kiranya jika hanya memotret dari sisi hadis saja dan mengesampingkan al-Qur’an. Artikel ini akan membahas tentang kepemimpinan wanita dari sisi al-Qur’an, hadis, biologis wanita dan sosiologis bangsa Indonesia. Kesimpulan artikel ini adalah al-Qur’an melegitimasi kepemimpinan wanita lewat kisah ratu Saba’ (Bilqi>s). Hadis tentang kepemimpinan wanita dapat dipahami sebagai ‘komentar’ Nabi terhadap pergantian kepemimpinan di Persia dan memiliki muatan lokal-temporal. Wanita memiliki kelemahan biologis pada saat menstruasi dan hamil, kelemahan fisik dibandingkan laki-l...
REVELATIA Jurnal Ilmu al-Qur`an dan Tafsir
Women are half of society and the male half, as the Prophet Muhammad has said. A society will be good if both men and women are good. In the current era, women really need inspiration from female role models. This study describes the inspirational female figures in the Qur'an who serve as role models for women. Using the interpretation perspective, this research takes 7 inspirational women whose stories have been immortalized in the Al-Qur'an. Seven female figures who are only mentioned in the Qur'an must be set as role models, including Imron's wife, Maryam bint Imran, Ibrahim's wife, Queen Balqis, Musa's mother, two Madyan women and Asiyah bint Muzahim. Based on the stories of these inspiring women, an inspiration or example is obtained, including: from Hanna's story we can learn that humans must be able to accept God's destiny sincerely, even though this destiny does not match expectations. Likewise with Maryam's story, from her, we can learn t...
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Diversity: Jurnal Ilmiah Pascasarjana, 2021
Alim | Journal of Islamic Education
An-Nisa' : Jurnal Kajian Perempuan dan Keislaman, 2019
FIKRI : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya, 2018
Raheema, 2014
AT-TAISIR: Journal of Indonesian Tafsir Studies
Musãwa Jurnal Studi Gender dan Islam, 2016