Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2014, Humaniora
…
17 pages
1 file
Gospel of John is the most symbolic Gospel in the official collection of the New Testament scriptures. Its symbolical characterestic thus poses challenges to the readers as to not approaching it in the mere literal sense but to dig into its implied meaning behind. Viewing it in this line, the question we would usually face is that of what is the real meaning of the symbols in the Gospel of John and how could we achieve such meaning. In this article, the author seeks to demonstrate some of the symbolical characterics of the Gospel of John and to discuss some of the hermeneutical approaches that can be utilized for the sake of such interpretion. This article would argue that to obtain a thorough meaning we need to identify and uncover all the various dimensions of meaning contained therein.
Gereja Katolik banyak memiliki simbol dalam segala aspek peribadan. Air menjadi unsur paling banyak digunakan oleh Gereja Katolik untuk menyimbolkan banyak hal. Selain di Gereja Katolik, air juga unsur terkuat dalam berbagai agama. Apa makna air bagi kehidupan religiusitas manusia?
2021
Mengenai tentang logos merupakan sebuah istilah Yunani yang memiliki dan mengandung arti yang luas. Sebelum istilah Logos ini digunakan di dalam Perjanjian Baru konsep ini telah berkembang dalam filsafat Yunani. Perjanjian Baru memakai istilah ini untuk menggambarkan dan menjelaskan pribadi Yesus. Secara khusus penulis kitab Yohanes yang menggunakan kata Logos pada Yesus. 1 Injil Yohanes merupakan Injil yang keempat dan merupakan Injil yang terakhir ditulis. Injil ini menarik dan salah satu hal yang menarik untuk dibahas dalam Injil ini adalah mengenai konsep logos. Salah satu hal yang menjadi perdebatan dalam konsep mengenai tentang Logos adalah keberadaannya apakah setara dengan Theos (Allah). Bahkan hal ini menjadi perdebatan diantara beberapa teolog. Oleh karena konsep mengenai Logos, sebelumnya adalah istilah yang muncul dari dalam filsafat Yunani. Ada pendapat bahwa konsep tentang Logos yang digunakan oleh Yohanes karena banyak dipengaruhi oleh pemikiran Helenistik. Terkadang pun istilah logos ini tidak dianggap dan tidak disamakan dengan Allah karena tentang istilah Logos ini berasal dari filsafat Yunani. 2 Selain daripada itu, dalam pemahaman dari saksi Yehuwa, Yesus adalah suatu yang lebih rendah daripada Yehuwa. Logos adalah pribadi tetapi tidak sama dengan Allah dan dipandang sebagai ciptaan yang pertama dari segala ciptaan 3 Konsep Logos yang diuraikan atau dijabarkan oleh Yohanes bukan sekedar berakar dari pemikiran filsafat Yunani. Akan tetapi Yohanes menguraikan tentang Logos ini berdasarkan pada konsep yang berasal dari Perjanjian Lama pula. Konsep Logos yang digunakan oleh Yohanes yang merujuk pada diri Yesus berbeda dengan konsep logos dalam pemikiran filsafat Yunani. Dalam pendahuluan kitab Yohanes, menggunakan gelar logos untuk Yesus yang membangkikatkan pandangan Yesus bukan hanya manusia tetapi juga adalah Allah. Dalam penulisan ini menggunakan metode pendekatan kualitatif kepustakaan dengan memperoleh informasi dari berbagai sumber pustaka (Jurnal dan buku-buku). Untuk menggali dan memahami lebih dalam tentang konsep Logos dan maknanya.
2018
Yogyakarta 2018 PENDAHULUAN Menurut perhitungan tradisi Gereja, Yohanes ditulis sekitar tahun 90 hingga 95 Masehi. Dalam pembahasan konteks Yohanes secara luas dan sesuai dengan zamannya, Yohanes merupakan buah pengilhaman Roh Kudus yang berkekuatan teologis demi menjawab perkembangan paham Gnostisisme yang berkembang dan memiliki pengaruh dalam jemaat di akhir abad pertama. Seperti penulisan Injil tersebut merupakan suatu respon khusus yang ditujukan kepada Cherintus, karena tokoh tersebut dituduh telah membajak injil Matius, mencomot berbagai isinya dan kemudian di penggal-penggal bagian-bagian tertentunya, ditambah-tambahi termasuk juga menafsirkan bagian-bagian dari Injil Matius dengan tujuan membuat satu injil baru yang disebut sebagai Injil menurut orang Ibrani dan bisa juga disebut sebagai injil orang Ebionit. Segala keterangan tersebut merupakan ringkasan dari dokumen yang dituliskan oleh St. Ephipanius yang telah dikutip oleh Gratia. 1 Keterangan yang lebih tua mengenai counter rasul Yohanes terhadap Cherintus dan ajarannya diperkuat oleh pernyataan St. Ireneaus yang dikutip oleh Gratia, mengisahkan ketika Rasul Yohanesanes berpapasan dengan Cerinthus di tempat pemandian umum di kota Efesus, Rasul Yohanesanes segera saja keluar lalu menyerukan "mari kita seluruhnya melarikan diri, saya kuatir pemandian ini akan runtuh, sebab Cerinthus, musuh kebenaran ada di sini". Dari catatan-catatan tersebut setidaknya dapat memberikan keterangan tentang Rasul Yohanesanes yang menentang Cherintus sekaligus ajarannya. 2 Dengan merujuk pada tulisan Gratia yang merujuk St. Hieronimus mengenai adanya dorongan dari pihak para Bishop wilayah Asia yang meminta kepada Rasul Yohanesanes anak Zebedeus untuk menulis suatu Injil. Permintaan para Bishop kepada Rasul Yohanesanes untuk menulisakan suatu Injil yang lain agar injil karya Rasul Yohanesanes berfungsi sebagai panduan dengan fungsi menguatkan tulisan dari para Rasul yang lain sebagai dogmatika Kristen yang benar. Keadaan pada waktu itu hanya tinggalah rasul Yohanesanes sebagai satu-satunya Rasul yang masih hidup. 3 1 Gratia V. A. Pello, Asal-Usul Surat Galatia dan Injil Yohanesanes: Sebuah Kajian Sejarah dan Patriska, (Surabaya: Yayasan Perekat, 2011), hal. 107-108. 2 Gratia V. A. Pello, Asal-Usul Surat Galatia dan Injil Yohanesanes, hal. 63. 3 Gratia V. A. Pello, Asal-Usul Surat Galatia dan Injil Yohanesanes, hal. 109.
Dari eranya terdini ketika iman Kristen terlahir sudah ditantang menghadapi pandangan-pandangan filsafat Yunani, dan berusaha meragikan pesan-pesan kabar baik diantara dua pandangan dunia yang cukup berbeda itu. Disatu pihak kekristetan mengakar pada mentalitas semitik yang menghendaki tanda-tanda (1 Kor. 1:22), tetapi berbarengan dengan itu kekristenan ditantang untuk menjawab akal budi dari Yunani yang sophia zetousin (1 Kor. 1:22 ‘mengejar sophos’ – ‘kebijaksanaan’). Pemikiran Yunani inilah yang berjalan melakukan safari kesana kemari yang secara leluasa dan tanpa bernada curiga telah diterima dengan baik oleh kelompok heretik Gnostik-Docetisme-Arianisme. Pendekatan yang dipakai kali ini adalah satu pendekatan falsafati, dan kita akan melakukan perjalanan menikmati alur demi alur mulai dari Plato hingga Saksi Yehuwa, bagaimana pandangan mereka, dan bagaimana pandangan Alkitab. Todah Rabah !!! Terima Kasih !!! ~ Merdeka ~
2019
Pendekatan simbolis ini pertama kali diperkenalkan oleh Ernst Cassirer dan tertuls dalam bukunya yang berjudul "An Essay on Man". Pendekatan ini pada dasarnya bersandar pada perspektif biologis. Cassirer mengungkapkan bahwa teorinya sangat terpengaruh oleh teori biologis Von Uexkull, seorang biolog Jerman. Von Uexkull berpandangan bahwa pada dasarnya organisme biologis manapun tidak dapat dilepaskan ekosistem yang melingkupinya. Setiap organisme mempunyai pengalamannya sendiri dan karena itu memiliki dunianya sendiri. Gejala-gejala yang kita lihat dalam spesies biologis tertentu tidak dapat diterapkan kepada spesies-spesies lainnya. Pengalaman-pengalaman –dan karena itu juga realitas- dari dua organisme yang berlainan tidak dapat dibanding-bandingkan satu sama lain.
SCRIPTA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual, 2016
Perdebatan tentang siapakah atau apakah yang dimaksud logos oleh Yohanes dalam Injilnya terus terjadi di antara para theolog. Beberapa theolog menyamakan sang logos dengan Allah, sementara sebagian lainnya keberatan dengan penyamaan itu. Pada masa kini, keberatan yang paling jelas datang dari kelompok yang mengusung ajaran pluralisme. Implikasi dari penyamaan sang logos dengan Allah dalam Injil Yohanes adalah memperkuat premis sebagian theolog bahwa ajaran Allah Tritunggal benar adanya dan bahwa sang logos adalah salah satu dari tiga “pribadi” Allah tritunggal, yakni pribadi kedua (Kristus Yesus). Tulisan ini memaparkan tentang kajian sang logos dalam Injil Yohanes yang dikemukakan oleh tokoh pluralisme, kemudian analisa tentang hal itu dalam bingkai worldview theologia Injili. The debate over who or what logos meant by John in his gospel continued to occur among theologians. Some theologians equate the logos with God, while others object to the equation. At present, the most obviou...
Jurnal Teruna Bhakti, 2019
The issue of Christology from time to time is one very interesting theological topics to be discussed, both in intellectual circles, even church leaders in communities grow together in a group of local churches. The spread understanding or information about Christology are numerous and easy to find, therefore believers should to select sources so as not to cause a false understanding that led to the loss of the substance of Christology. It's inevitable that people who are in this modern era of greatly affect the issue and the development of Christology. This discussion includes the concept Christology from the Bible, and then outlines how where fathers or figures of Christian thinkers to formulate it in a Christian doctrine that Christians are ultimately used in the history of Christianity. Christology that comes from understanding the Bible is acceptable and justified by the believer. In particular, in the Gospel of John is very fullgar when talking about Christology, both His nature as well as the work of God and man and his mission for the salvation of mankind.
(1) Ada tradisi yang kuat, didukung oleh bukti dari sumber-sumber purba, yang menyatakan bahwa penulis Injil Yohanes adalah rasul Yohanes. Dalam Injil ini sendiri tidak ada hunjukan tentang siapa penulisnya. Karena itu perlu dipertimbangkan dengan seksama bukti luar itu untuk menentukan apakah ia dapat dipercayai. Sekurang-kurangnya pada masa Irenaeus (kira-kira 150 Masehi) orang mengakui bahwa Injil ini ditulis oleh rasul Yohanes, dan kesaksian Irenaeus ini diperkuat oleh kemungkinan bahwa ia berkenalan dengan tradisi otentik melalui perkenalannya yang terdahulu dengan Polykarpus. Polykarpus tidak menghunjuk kepada atau mengutip dari Injil Yohanes dalam suratnya kepada orang Filipi, tapi ini tidak berarti bahwa dia tidak kenal Injil ini. Satu-satunya penolakan terhadap kepenulisan oleh rasul Yohanes datang dari suatu kelompok yang dikenal dengan nama Alogoi, yang rupa-rupanya adalah suatu kelompok pecahan kecil di Roma. Pandangan mereka ditolak oleh Hyppolytus yang menulis pembelaan atas Injil Yohanes. Tidaklah mudah memastikan sejarah Yohanes sebelum Irenaeus. Tapi tentunya Injil Yohanes telah dianggap selaku kitab yang berwibawa untuk waktu yang cukup lama jika ditempatkan secara tak tertampkk pada taraf yang sama dengan ketiga injil lainnya selaku bagian dari Injil yang rangkap empat. (2) Beberapa pertimbangan yang bersumberkan isi Injil Yohanes memperkuat, walaupun tidak memastikan kebenaran tradisi, sebagaimana misalnya: Yohanes 19:35, "Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebesaran, supaya kamu juga percaya." Yohanes 21:24, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar." Walaupun seluruh hunjukan ini dipahami secara berlainan oleh sementara ahli-ahli, namun adalah masuk akal untuk melihat ayat-ayat ini selaku tuntutan penulis sendiri bahwa ia adalah saksi mata. Lagipula, Yohanes, anak Zebedeus, tidak disinggung dalam Injil ini, sedangkan Yohanes Pembaptis hanya disebut Yohanes, tanpa penjelasan selanjutnya. Hal ini pastilah lebih dapat dipahami jika penulis adalah Yohanes anak Zebedeus. Suatu pertimbangan selanjutnya ialah sebutan tanpa menyebut nama tentang "murid yang dikasihi Yesus", yang mungkin merupakan hunjukan kepada Yohanes, rasul itu. Beberapa orang menyanggah bahwa Yohanes menggambarkan dirinya dengan cara ini dan lebih cenderung memandang ini selaku bukti bahwa rasul 'bukanlah' penulis. Sementara orang lain memahami "murid yang dikasihi" itu sebagai Lazarus atau salah seorang pengikut lainnya dari Yesus. Tidaklah mungkin untuk sama sekali pasti, tapi hubungan dekat murid tersebut dengan Petrus menunjang pandangan, bahwa ia adalah Yohanes. Pandangan ini ditunjang pula dengan beberapa hunjukan yang menunjukkan hubungan
Journal of Usuluddin, 2018
Simbol salib di anggap sebagai simbol yang penting dan signifikan dalam agama Kristian. Ini kerana, menurut kepercayaan Kristian di sebalik simbol salib tersirat makna teologi yang dapat memberi impak kepada spiritual serta kehidupan mereka. Justeru, kajian ini membincangkan apakah konsep simbol salib dalam agama Kristian dan mengenal pasti hubungannya dengan doktrin penebusan dosa serta penyelamatan. Maklumat yang diperolehi adalah secara kualitatif iaitu melalui kaedah reka bentuk analisis kandungan yang melibatkan bahan bacaan seperti buku-buku, jurnal, artikel, tesis dan kertas kerja. Kajian mendapati bahawa dari perspektif agama Kristian, simbol salib memiliki makna serta konsep teologi iaitu sebagai lambang pengorbanan, kejayaan, kasih sayang dari Tuhan, pendamaian dan penyelamatan. Dalam tradisi teologi Kristian, konsep-konsep tersebut dikenali sebagai teologi salib. Selain itu, simbol salib mempunyai kaitan yang rapat dan merupakan tulang belakang bagi doktrin penebusan dosa serta penyelamatan. Sarjanasarjana Kristian berpandangan bahawa kematian Jesus Christ di atas tiang salib merupakan salah satu daripada rancangan Tuhan untuk menebus dosa serta menyelamatkan manusia. Senario ini menunjukkan bahawa tanpa salib atau peristiwa penyaliban, maka sudah pasti kedua-dua doktrin tersebut tidak dapat dilaksanakan, malah agama Kristian itu sendiri mungkin tidak akan wujud sebagaimana yang terlihat pada hari ini. Kata kunci: simbol salib, teologi salib, penebusan dosa, penyelamatan An Analysis of the Importance of the Cross in Christian Theology Tradition
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Jurnal Audiens, 2020
Pribadi atau Gelar? eksistensi Yesus sebagai Logos dalam Injil Yohanes , 2023
Jurnal Filsafat dan Teologi Katolik
Religious: Jurnal Studi Agama-Agama dan Lintas Budaya, 2021
Jurnal Theologia Aletheia18/10, 2016
STT Indonesia Jakarta, 2021
Estoria: Journal of Social Science and Humanities
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat, 2018