Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
5 pages
1 file
Della Novita, 2022
Resume pertemuan 13- 14 mata kuliah neurosains dalam pembelajaran anak usia dini
Pendidikan anak usia dini dengan pendekatan neurosains dapat membantu guru dalam mencapai kompetensi bagi anak didiknya. Seorang guru PAUD perlu memahami fungsi otak manusia dan cara kerja alamiah otak siswa dalam proses pembelajaran. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan pendekatan intertekstualitas yang menekankan pada metode pemaknaan kreativitas. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa seorang guru PAUD perlu menerapkan pendekatan neurosains dalam proses pembelajaran untuk mendukung guru dalam mencapai kompetensi bagi anak usia dini. Strategi yang dapat digunakan oleh seorang guru PAUD dalam menerapkan pendekatan neurosains adalah dengan memahami tahapan perkembangan pusat kecerdasan sehingga guru dapat memfasilitasi dan memberikan rangsangan yang tepat untuk mengoptimalkan perkembangan kapasitas kecerdasan anak didiknya. Hal ini bertujuan agar proses pembelajaran anak usia dini dapat berjalan dengan efektif dan berkualitas.
Rosy Julietri, 2022
Secara etimologi,neurosains adalah ilmu neural yang mempelajari tentang system saraf,teutama membahas tentang neuron dan sel saraf dengan pendekatan melalui banyak cabang ilmu.Pendekatan anak usia dini melalui neurosains dapat dilaksanakan dengan berbagai macam metode.Manusia yang lahir telah dikarunia i oleh hakikat manusia tetapi masih dalam potensi,belum menjadi wudud nyata.Manusia memiliki dimensi potensi,keunikan dan dinamika sendiri sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hurlock (1980), masa anak usia dini dimulai stelah bayi yang penuh dengan ketergantungan, yaitu kira-kira usia 2 tahun sampai saat anak matang secara seksual. Ia memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa serta akan berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya.
Dinni Ramadhani, 2023
Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah neurosains
Dinni Ramadhani, 2023
Sistem saraf manusia merupakan jalinan jaringan saraf yang saling berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Sistem saraf ini mengoordinasikan, mengatur, dan mengendalikan interaksi antara seorang individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur aktivitas sebagian besar sistem tubuh lainnya. Tubuh mampu berfungsi sebagai satu kesatuan yang harmonis karena pengaturan hubungan saraf diantara berbagai system. Sistem saraf merupakan suatu kombinasi-kombinasi sinyal listrik dan kimiawi yang dapat membuat sel-sel saraf (neuron) mampu berkomunikasi antara satu sama lain. Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf yang sering disebut dengan neuron. Neuron dikhususkan untuk menghantarkan dan mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsangan atau tanggapan. Setiap satu sel saraf (neuron) terdiri atas bagian utama berupa badan sel saraf, dendrit, dan akson. Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan rangsangan (Feriyawati, 2006). Sistem atau susunan saraf merupakan salah satu bagian terkecil dari organ dalam tubuh, tetapi merupakan bagian yang paling kompleks. Susunan saraf manusia mempunyai arus informasi yang cepat dengan kecepatan pemrosesan yang tinggi dan tergantung pada aktivitas listrik (impuls saraf) (Bahrudin, 2013). Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan rangsangan. Susunan sistem saraf terbagi secara anatomi yang terdiri dari saraf pusat (otak dan medula spinalis) dan saraf tepi (saraf kranial dan spinal) dan secara fisiologi yaitu saraf otonom dan saraf somatik.
Rahmi Nur Oktaviana , 2022
Artikel ini dibuat untuk memenuhi Ujian Tengah Semester Matakuliah Neurosains
Adela Fitri, 2020
Abstract: This study aims at determining the social-emotional development of children watching television. The approach used in this study was a qualitative- descriptive approach. The data were collected through observation and interview techniques. The results showed that: 1) At the time of watching the children focused on TV regardless of their surroundings; 2) Television shows that children often see are animated cartoon films that contain elements of violence; 3) The time children spend watching can reach 2-6 hours a day, starting from morning, afternoon, evening, and night; 4) While watching television broadcasts, some children imitate the movements of the movements of the television shows and practice them in their daily lives; and 5) The role of parents is to admonish children so that they do not watch television frequently and monitor the broadcasts that children watch. It was concluded that the social emotional development of children was still not good enough, their behavior still tended to negative things.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Dinni Ramadhani, 2023
Dewi nur berlianti, 2022
NENNY KURNIATY LISFA, 2024
paedagogia, 2021
muatiara sujana, 2022
Afifah Syfira , Ananda Gustiyani , Faadiyah Nurul Syamsi, Ighfirli Inayati, 2021
Penelitian Tindakan Kelas, 2022