Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
58 pages
1 file
Askeb INC
Mortalitas dan morbilitas pada wanita hamil dan bersalin adalah besar di Negara berkembang, di Negara miskin sekitar 25 -50% kematian wanita subur disebabkan hal yang berkaitan dengan assessment safe mother hood tahun 1990 -1991, suatu hasil kegiatan ini adalah rekomendasi rencana kegiatan 5 tahun dalam bentuk strategi rasional untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI), sedangkan penyebab tak langsung kematian ibu antara lain anemia, Kurang Energi Kronis (KEK) dan keadaan "4 terlalu" (terlalu tua, muda, dan banyak). (Sarwono, 2008).
Secara umum mutu pelayanan kesehatan di Indonesia masih relative belum professional. Hal ini bisa di lihat dengan adanya kemampuan professional terbatas, pengaturan tugas yang kurang efektif, dan fasilitas maupun alat. Yang kurang memadai. Kondisi seperti ini akibat relatife masih kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan maupun adanya krisis moral para pelaku pelayan kesehatan akibat krisis di berbagai bidang yang berkepanjangan (suara merdeka 14 november 2002). Di sisi lain, era globalisasi dengan berbagai konsekuensinya seperti tuntutan pelayan rumah sakit yang semakin kompetitif menuntut petugas kesehatan untuk bertindak professional. Situasi ini menuntut para pembaharu di bidang keperawatan untuk mengembangkan suatu metode pemberian asuhan keperawatan untuk dapat diimplementasikan dalam pengorganisasian ruang keperawatan sehingga dapat menjamin dan meningkatkan mutu pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan. Dalam rangka mendayagunakan tenaga keperawatan yang tersedia di rumah sakit, ada beberapa metode yang dapat di implementasikan dengan metode penugasan dalam bentuk metode pemberian asuhan keperawatan. Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan yang dikenal, antara lain metode fungsional, tim, keperawatan primer, modular, dan menejemen kasus keperawatan. A. METODE FUNGSIONAL Metode ini diterapkan dalam penguasaan pekerja didunia industri ketika setiap pekerja dipusatkan pada saatu tugas atau aktifitas. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan menggunakan metode fungsional, setiap perawat mempperoleh suatu tugas (kemungkinan bisa lebih) untuk semua pasien diunit/ruang tempat perawat tersebut bekerja. Disatu unit/ruangan, seorang perawat diberikan tugas mennyuntik maka perawat tersebut bertanggung jawab untuk memberikan program pengobatan melalui suntikan kepada semua pasien di unit/ruangan tersebut. Contoh penugasan yang lain adalah membagi obat per oral, mengganti balut, pendidikan kesehatan pada pasien yang akan pulang, dan sebagainya. Metode fungsional ini efisien, akan tetapi penugasan seperti ini tidak dapat memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat. Keberhasilan asuhan keperawatan secara menyeluruh tidak bias dicapai dengan metode ini karena asuhan keperawatan yang dibeikan kepada pasien terpisah-pisah sesuai tugas yang dibebankan kepada perawat. Disamping itu asuhan keperawatan yang diberikan tidak professional yang berdasarkan pada masalah pasien. Perawat senior cenderung akan sibuk dengan tugas-tugas administrasi dan manajerial. Sementara asuhan keperawatan kepada pasien dipercayakan kepada perawat junior. Sekalipun metode fungsional dalam pemberian asuhan keperawatan ini membosankan perawat karena hanya berorientasi pada tugas, tetapi metode ini baik dan berguna untuk situasi di rumah sakit dengan ketenagaan perawat yang kurang. Metode ini juga dapat memberikan kepuasan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan secara rutin. 1. Keuntungan dan Kerugian metode fungsional Penerapan metode fungsional dalam pemberiaan asuhan keperawatan kepada pasien memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan dan metode fungsional yaitu:
Amputasi berasal dari kata "amputare" yang kurang lebih diartikan "pancung".
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa neonatal (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang meninggal. Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain, dan kealainan congenital. Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga professional. Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus digunakan setiap kali menolong persalinan. Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi pada neonatal sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang terlibat dalam penanganan bayi baru lahir.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.