Papers by Dicki Agus Nugroho

Jurnal Pustakawan Indonesia, 2018
Penulis: Dicki Agus Nugroho & Sri Haryati. (Universitas Tidar).
.
ABSTRAK: Sudah hal lumrah, pust... more Penulis: Dicki Agus Nugroho & Sri Haryati. (Universitas Tidar).
.
ABSTRAK: Sudah hal lumrah, pustakawan sekolah memberikan literasi informasi kepada siswa di perpustakaan. Agar mempermudah pustakawan mempraktikkan literasi informasi, perlu tercipta zona nyaman bagi siswa melalui kehadiran desain interior yang ramah anak. Perpustakaan Ramah Anak hadir di Indonesia sejak 2014 oleh organisasi non-pemerintahan internasional bernama Room to Read. Guna mewujudkan desain interior yang nyaman, kiranya layak berpedoman kepada desain interior Perpustakaan Ramah Anak Room to Read. Kajian yang menggunakan metode best practice ini bertujuan memaparkan praktik menciptakan desain interior perpustakaan ramah anak. Dua tahap praktik mengubah desain interior diharapkan menjadi hasil kajian yang dapat diadopsi untuk membangun perpustakaan ramah anak di sekolah dasar lain. Metode yang telah berhasil diterapkan di SD N Potrobangsan 1 Kota Magelang ini memiliki dua tahap. Tahap pertama adalah memastikan sekolah harus memiliki ruang khusus yang dikenal sebagai perpustakaan. Tahap kedua adalah mendesain ulang interior ruang menjadi lebih nyaman dan aman dengan simulasi penataan perabot menggunakan potongan kertas berwarna.
.
Kata kunci: pendampingan, desain interior, perpustakaan ramah anak, perpustakaan sekolah, room to read.
.
Dipresentasikan pada Seminar Nasional Kearsipan dan Perpustakaan
“Kesigapan Arsiparis & Pustakawan Memasuki Era Revolusi Industri 4.0”,
10-11 Juli 2018 di Institut Pertanian Bogor, Darmaga Bogor.
.
Diterbitkan pada Jurnal Pustakawan Indonesia Vol 17 Tahun 2018.
Kedaulatan Rakyat Newspaper, May 12, 2018
Penilaian SBMPTN 2018 bikin siswa serba asal mengerjakan.
Kompas Newspaper, Apr 19, 2018
Mendirikan perpustakaan di mall (ajakan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam Rakornas Perpustakaan) s... more Mendirikan perpustakaan di mall (ajakan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam Rakornas Perpustakaan) seperti serangga mencium aroma manis dari tanaman karnivora. Begitu masuk perangkat, hap, habis tak tersisa.
Kompas Newspaper, Mar 20, 2018
Bagiku, tiap kamis adalah perpustakaan sesungguhnya. Dialah ibuku, perpustakaan pertamaku. Menema... more Bagiku, tiap kamis adalah perpustakaan sesungguhnya. Dialah ibuku, perpustakaan pertamaku. Menemani membaca dan saling bercakap. Cukup satu hari tiap pekan untuk menciptakan rasa suka ku kepada membaca. Terimakasih ibu, kasih mu tidak akan terbalas.

ABSTRAK: Perpustakaan sekolah di Indonesia umumnya belum berkembang dan kondisinya memprihatinkan... more ABSTRAK: Perpustakaan sekolah di Indonesia umumnya belum berkembang dan kondisinya memprihatinkan sehingga fungsi perpustakaan belum dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini terjadi pula di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Islam Balesari, Windusari, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Berdasarkan masalah tersebut, perlu adanya Program Membangun Prototipe Perpustakaan Ramah Anak. Program ini diadopsi dari Perpustakaan Sekolah Room To Read dan berbagai literatur. Pengkajian ini menjelaskan enam tahap pembangunan perpustakaan ramah anak, yakni (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) hasil pelaksanaan, (4) monitoring dan evaluasi, (5) dampak pelaksanaan, dan (6) perubahan sebagai akibat pelaksanaan program. Melalui enam tahap tersebut berhasil dibangun Perpustakaan Ramah Anak di MI Al-Islam Balesari, yang memiliki ruang perpustakaan yang nyaman dan area membaca. Melalui program tersebut juga dilakukan aktivitas pembiasaan membaca, pelayanan jasa sirkulasi, penataan buku pada rak, dan terciptanya kesadaran kepala sekolah dan guru terhadap peran perpustakaan di sekolah. Program ini perlu disebarluaskan karena masih banyak perpustakaan sekolah dasar yang membutuhkan pendampingan dalam pengembangan perpustakaan. Hasil kajian ini dapat diadopsi untuk membangun perpustakaan ramah anak di sekolah dasar lainnya.
Kata kunci: Pendampingan, perpustakaan ramah anak, pengabdian, perpustakaan sekolah, pengembangan perpustakaan, prototipe
Tanggal 17 Mei ditetapkan sebagai Hari Buku Nasional, upaya meningkatkan budaya membaca dan membe... more Tanggal 17 Mei ditetapkan sebagai Hari Buku Nasional, upaya meningkatkan budaya membaca dan membentuk masyarakat berbudaya literasi. Nasehat Albert Einstein, salah satu yang wajib Anda diketahui adalah alamat perpustakaan, merupakan satu tolok ukur kemajua n peradaban budaya literasi. Perpustakaan bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengembangan dan pendayagunaan perpustakaan sebagai sumber informasi. Pelayanan perpustakaan hendaknya berorientasi pada kepentingan masyarakat sehingga sadar terhadap pentingnya pengetahuan dari membaca buku kemudian lambat laun menjadi suatu budaya literasi.

Kompas Newspaper, Nov 24, 2017
Mengumpulkan bibit-bibit terbaik sebagai calon pustakawan di negeri ini, seperti menangkap kupu-k... more Mengumpulkan bibit-bibit terbaik sebagai calon pustakawan di negeri ini, seperti menangkap kupu-kupu terbang dengan jaring yang sobek -- sobek yang terlalu lebar pula.
Anggaplah jaring alat penangkap itu adalah lembaga pendidikan ilmu perpustakaan layaknya pabrik yang memproduksi calon pustakawan muda. Sejak pertama kali didirikan, sudah 65 tahun pendidikan ilmu perpustakaan mewarnai negeri.
Tercatat lebih dari 30 lembaga perguruan tinggi di Indonesia menyelenggarakan pendidikan ilmu perpustakaan. Mereka mencetak pustakawan muda sebagai the guardian of knowledge, generasi muda penentu bonus demografi Indonesia 2045.
Sayang, sejak UU Nomor 43 Tahun 2007 terbit, pustakawan dirasa belum memberikan peran sentral dalam pembangunan Indonesia untuk mendukung pencapaian 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals 2030). Kekhawatiran ini diperkuat pendapat Rhenald Kasali dalam bukunya, Disruption, bahwa profesi pustakawan perlahan-lahan pudar. Profesor Sulistyo Basuki, Guru Besar Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa profesi pustakawan akan punah setidaknya 30 tahun lagi.
Jangan sampai calon pustakawan menjadi layu sebelum berkembang. Jika mahasiswa sejak masuk ke dalam pabrik lembaga pendidikan ilmu perpustakaan saja sudah galau, setelah lulus pun tetap galau.
Hati-hati, lulusan pustakawan muda dikhawatirkan menjadi generasi wacana yang penuh galau. Itulah prediksi punahnya profesi pustakawan yang bisa terjadi bisa saja tidak, bergantung pada kreatifitas dan inovasi lembaga pendidikan ilmu perpustakaan mengikuti perkembangan anak-anak zaman sekarang.

Kedaultan Rakyat Newspaper, Nov 15, 2017
Berkarya dan berinovasi adalah bentuk penghayatan jiwa kepahlawanan kekinian. Maka janganlah meng... more Berkarya dan berinovasi adalah bentuk penghayatan jiwa kepahlawanan kekinian. Maka janganlah mengharap diberi, melainkan apa yang bisa kita beri untuk bangsa. Pustakawan merupakan sebuah profesi mulia di negeri ini. Mereka adalah pahlawan mencerdaskan kehidupan bangsa menilik amanat dalam pembukaan UUD 1945. Salah satu bentuk karya dan inovasi bagi pustakawan adalah menjadi pustakawan menulis. Karena budaya tulis merepresentasikan budaya baca pada generasinya. Dengan rajin menulis, maka individu mampu melatih berpikir terstruktur untuk menyampaikan gagasan. Namun, muncul kegelisahan bahwa lebih dari 60 tahun, orang Indonesia memunggungi buku bacaan begitu lama. Wajar muncul istilah Tragedi Nol Buku, dari 1.000 orang hanya 1 yang memiliki minat baca. Inilah tugas berat bagi pustakawan dalam memberikan contoh gemar menulis bagi sekitarnya. Jika pustakawan gemar menulis, maka penggguna (pemustaka) juga ikut menulis dan tentunya gemar membaca pula. Budaya literasi masyarakat dikatakan berhasil jika mampu menuliskan dengan baik dari the most spoken menjadi the most written. Agar tulisan mampu dipahami orang lain tanpa harus bertemu dengan penulisnya, maka budaya literasi perlu dipahami oleh pustakawan kekinian dan menjadi kebiasaan. Pasalnya, pustakawan memiliki peran penting bagi Indonesia sebagai pahlawan masa kini. Mereka bukan lagi melawan penjajah melainkan melawan bangsanya sendiri dengan memberi contoh bagi pemustaka.
Kedaulatan Rakyat Newspaper, Nov 3, 2017
Upaya meningkatkan kemampuan literasi kian gencar. Mulai dari menghidupkan perpustakaan di peloso... more Upaya meningkatkan kemampuan literasi kian gencar. Mulai dari menghidupkan perpustakaan di pelosok desa melalui program Dana Desa sampai pengiriman buku gratis melalui kantor pos. Saya sangat setuju jika fokus utama upaya peningkatan kemampuan literasi dimulai dari anak-anak. Sayang kemampuan membaca anak di Indonesia masih tergolong rendah dan perlu dibenahi bersama. Lalu inilah solusinya.
Kedaulatan Rakyat Newspaper, Oct 3, 2017
[email protected].
Pustakawan penghubung perlu diciptakan segera di Perguruan Tinggi sebagai... more [email protected].
Pustakawan penghubung perlu diciptakan segera di Perguruan Tinggi sebagai mitra dosen atau peneliti untuk meneliti sehingga soal plagiarisme bisa dicegah.
Kedaulatan Rakyat Newspaper, Sep 23, 2017
Perpustakaan Desa perlu didukung penuh dengan dana Desa guna mengentaskan buta huruf di Indonesia... more Perpustakaan Desa perlu didukung penuh dengan dana Desa guna mengentaskan buta huruf di Indonesia Wilayah Timur
Kompas Newspaper, Sep 20, 2017
Penulis novel kian tenggelam pada aturan yang mencekik. Nah ada program dana Desa yang menjadi so... more Penulis novel kian tenggelam pada aturan yang mencekik. Nah ada program dana Desa yang menjadi solusi.
Kompas Newspaper, Sep 15, 2017
Klasifikasi koleksi buku perpustakaan harus memiliki tujuan khusus. Bukan sekedar mengkategorikan... more Klasifikasi koleksi buku perpustakaan harus memiliki tujuan khusus. Bukan sekedar mengkategorikan. Dalam tulisan ini, ada klasifikasi jenjang buku Room To Read. Bertujuan menyesuaikan buku sesuai kemampuan baca anak (pemustaka).
Kompas Newspaper, Sep 2, 2017
Pustakawan memiliki kewajiban atas perilaku pencarian informasi pemustakanya. Lihat tulisan ini!

Competition of article for 66th Anniversary of UGM Library
Generasi langgas sering pula disebut generasi digital native atau generasi milenia bagi seseorang... more Generasi langgas sering pula disebut generasi digital native atau generasi milenia bagi seseorang yang lahir sekitar 1980an sampai sekarang (Martin Zimerman, 2012). Senada dengan Martin Zimerman, Marc Prensky (2001), seorang tokoh pendidikan, memperkenalkan bahwa generasi yang lahir pada era digital menganggap teknologi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka. Sebagian besar waktu mereka dihabiskan dengan “menggenggam” dan “memainkan” ponsel pintar (smart phone). Ponsel dengan segenap fitur dan fasilitas yang tersedia, membuat mereka berada dalam “dunia baru” yaitu dunia digital.
Masifnya peredaran hoax melalui berbagai media hendaknya menyadarkan peran perpustakaan dan pustakawan di dalamnya untuk menciptakan dan memberikan informasi yang sehat. Saat ini, masyarakat generasi langgas yang sebagian menjadi pemustaka di perpustakaan membutuhkan rujukan informasi yang tepercaya dan perlunya bimbingan untuk menciptakan budaya kritis. Pada sisi itulah, perpustakaan dapat menjawabnya melalui suguhan informasi terverifikasi yang bisa dipertanggungjawabkan.
Pendidikan literasi media dan inovasi kreatif dalam menyajikan informasi yang falid atau shahih dirasa sangat relevan bagi perpustakaan untuk menciptakan kesadaran berbudaya literasi sebagai bekal menangkal hoax. Kalau tidak sekarang, kapan lagi? Kalau bukan perpustakaan, lantas siapa lagi? Tak ayal, upaya menyelamatkan generasi langgas layak disematkan kepada perpustakaan.
Artikel ini dikirimkan dalam rangka lomba penulisan artikel Dies ke-66 Perpustakaan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada 15 Maret 2017.

Data United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR), lembaga Perserikatan ... more Data United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR), lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak dalam pengurangan risiko bencana, Indonesia termasuk peringkat teratas terhadap risiko jumlah penduduk yang mungkin kehilangan nyawa karena bencana. Dalam negeri, data statistik sejak tahun 1815 sampai sekarang diungkapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menunjukkan penyebabnya adalah bencana banjir dan tanah longsor yang mendominasi sejumlah bencana di bumi pertiwi.
.
Mengajak dan meyakinkan Pemimpin Pemerintah Daerah untuk melakukan mitigasi antisipatif tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Alhasil baru tiga kota atau kabupaten saja di Indonesia yang baru mendaftarkan diri ke UNISDR untuk siap menjadi Kota Tangguh Menghadapi Bencana. Padahal Indonesia merupakan negara nomor urut kedua dengan jumlah korban bencana alam terbesar dalam dua dedade terakhir. Total 182.000 jiwa melayang tercatat oleh PBB.
.
UNISDR mengeluarkan 10 kiat menjadi kota tangguh menghadapi bencana bukanlah tanpa manfaat kepada Pemerintah Daerah. Setidaknya ada 5 (lima) manfaat yang berdampak secara langsung maupun jangka panjang telah dipaparkan secara rinci dalam artikel ini.
.
Diterbitkan dalam majalah Suara Gemilang Kabupaten Magelang, Vol 20, No 1, Januari 2017, hlm 33.
Dimuat di PROSIDING SEMINAR NASIONAL: Soft Skill & Spiritual Skill Pustakawan dalam Layanan Prima... more Dimuat di PROSIDING SEMINAR NASIONAL: Soft Skill & Spiritual Skill Pustakawan dalam Layanan Prima Perpustakaan. Surakarta, 21 September 2016. ISI Surakarta (Solo). Jawa Tengah.
.
Abstrak
.
Dalam menghadapi era teknologi dan informasi, perpustakaan seharusnya dilengkapi dengan sistem teknologi informasi yang terbaru. Pustakawan, pastinya akan menghadapi “ledakan informasi”, seperti istilah baru pengunjung perpustakaan “net generation”, yang ingin mendapatkan semua informasi secara akurat, cepat dan transparan. Oleh karena itu, menjadi seorang pustakawan yang baik seharusnya menguasai soft skill dan spiritual skill sehingga dia dapat memberikan pelayanan prima yang humanis pada pengunjung perpustakaan.
.
Kata kunci: soft skill, spiritual skill, layanan prima pustakawan
.

Lahirnya istilah generasi digital merupakan implikasi dari pesatnya perkembangan teknologi. Dalam... more Lahirnya istilah generasi digital merupakan implikasi dari pesatnya perkembangan teknologi. Dalam perkembangan teknologi, generasi digital memiliki karakter tersendiri yang tidak terlepas dari aktivitas pemanfaatan teknologi. Begitu pula dengan kemajuan internet yang semakin masif membuat dunia terasa menyempit, batas ruang dan waktupun menjadi relatif. Dampaknya sampai menjadikan lebih dari setengah jumlah penduduk Indonesia sebagai pengguna internet. Generasi digital membuktikan diri dengan beragam aktivitasnya mendominasi pengguna internet yakni 42,8% dari total 132,7 juta orang. Salah satu aktivitas yang dilakukan oleh generasi digital telah menjadikan dirinya sendiri sebagai kreator. Kreator merupakan pencipta atau produsen konten tertentu di media khususnya di media sosial. Tumbuhnya kreator konten media di Indonesia disinyalir populernya tiga konten media sosial yang sering dikunjungi pengguna internet yaitu Facebook (54%), Instagram (15%), dan Youtube (11%). Belakangan ini bermunculan kreator-kreator terkenal yang tidak hanya merubah perilaku generasi digital namun juga mendatangkan penghasilan. Aktivitas tersebut merupakan salah satu dinamika yang ada di masyarakat. Dimana masyarakat dan perpustakaan memiliki keterkaitan yang strategis. Perpustakaan diharapkan mampu menganalisis kebutuhan generasi digital dan mewadahi mereka serta selalu memperbaharui kebutuhannya. Kajian yang bertujuan untuk menjelaskan kreator generasi digital dan contoh praktik perpustakaan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan menekankan pengumpulan data menggunakan kajian studi pustaka. Peneliti menggunakan berbagai literatur yang membahas karakteristik generasi digital dan contoh praktik perpustakaan yang diperoleh dari buku, hasil penelitian, jurnal, majalah, artikel, surat kabar, internet dan sumber terkait lainnya. Hasil kajian ini adalah mengenalkan tindakan yang bisa dilaksanakan oleh perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan dan memelihara para kreator dari generasi digital.
Kata kunci : Perpustakaan, digital native, kreator, media sosial
Dipresentasikan pada acara SLiMS Commeet West Java 2016: “Senayan Library Management System Community Meet Up West Java; Bandung, 17-18 Desember 2016”. Dan dimuat pada Prosiding Seminar Nasional: “Kreatifitas Pustakawan pada Era Digital dalam Menyediakan Sumber Informasi bagi Generasi Digital Native”.
KREATOR GENERASI DIGITAL DI PERPUSTAKAAN
Dicki Agus Nugroho
Pustakawan di UPT Perpustakaan Universitas Tidar
Jl Kapten Suparman 39, kampus Potrobangsan, Kota Magelang, Jawa Tengah, 56116
[email protected]; [email protected]

KREATOR GENERASI DIGITAL DI PERPUSTAKAAN.
Materi dipresentasikan pada acara Seminar Nasional SLi... more KREATOR GENERASI DIGITAL DI PERPUSTAKAAN.
Materi dipresentasikan pada acara Seminar Nasional SLiMS Commeet West Java 2016: Kreativitas Pustakawan pada Era Digital dalam Menyediakan Sumber Informasi bagi Generasi Digital Native. UPI Bandung, 17 Desember 2016.
oleh: Dicki Agus Nugroho, S.Hum, Pustakawan di UPT Perpustakaan Universitas Tidar. Jl Kapten Suparman 39, kampus Potrobangsan, Kota Magelang, Jawa Tengah, 56116.
ABSTRAK
Lahirnya istilah generasi digital merupakan implikasi dari pesatnya perkembangan teknologi. Dalam perkembangan teknologi, generasi digital memiliki karakter tersendiri yang tidak terlepas dari aktivitas pemanfaatan teknologi. Begitu pula dengan kemajuan internet yang semakin masif membuat dunia terasa menyempit, batas ruang dan waktupun menjadi relatif.
Tak ayal, dampaknya sampai menjadikan lebih dari setengah jumlah penduduk Indonesia sebagai pengguna internet. Generasi digitalpun membuktikan diri dengan beragam aktivitasnya mendominasi pengguna internet yakni 42,8% dari total 132,7 juta orang.
Salah satu aktivitas yang dilakukan oleh generasi digital disadari ataupun tidak, telah menjadikan dirinya sendiri sebagai kreator. Kreator merupakan pencipta atau produsen konten tertentu di media khususnya di media sosial. Tumbuhnya kreator konten media di Indonesia disinyalir populernya tiga konten media sosial yang sering dikunjungi pengguna internet yaitu Facebook (54%), Instagram (15%), dan Youtube (11%).
Belakangan ini bermunculan kreator-kreator terkenal yang tidak hanya merubah perilaku generasi digital namun juga mendatangkan penghasilan. Aktivitas tersebut merupakan salah satu dinamika yang ada di masyarakat. Dimana masyarakat dan perpustakaan memiliki keterkaitan yang strategis.
Tidak hanya itu, perpustakaan juga merupakan organisme yang tumbuh. Maka perpustakaan diharapkan mampu menganalisis kebutuhan generasi digital dan mewadahi mereka serta selalu memperbaharui kebutuhannya.
Kajian yang bertujuan untuk menjelaskan kreator generasi digital dan contoh praktik perpustakaan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sehingga kajian ini menekankan pengumpulan data dengan menggunakan kajian studi pustaka.
Peneliti menggunakan berbagai literatur yang membahas karakteristik generasi digital dan contoh praktik perpustakaan. Sumber literatur diperoleh dari buku, hasil penelitian, jurnal, majalah, artikel, surat kabar, internet dan sumber terkait lainnya.
Hasil kajian ini adalah mengenalkan tindakan yang bisa dilaksanakan oleh perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan dan memelihara para kreator dari generasi digital.
Kata kunci : Perpustakaan, digital native, kreator, media sosial
Inspirasi untuk pustakawan dengan wedges dan batik serta momentum. Layak untuk praktik pustakawan... more Inspirasi untuk pustakawan dengan wedges dan batik serta momentum. Layak untuk praktik pustakawan di perpustakaan masing-masing.
Uploads
Papers by Dicki Agus Nugroho
.
ABSTRAK: Sudah hal lumrah, pustakawan sekolah memberikan literasi informasi kepada siswa di perpustakaan. Agar mempermudah pustakawan mempraktikkan literasi informasi, perlu tercipta zona nyaman bagi siswa melalui kehadiran desain interior yang ramah anak. Perpustakaan Ramah Anak hadir di Indonesia sejak 2014 oleh organisasi non-pemerintahan internasional bernama Room to Read. Guna mewujudkan desain interior yang nyaman, kiranya layak berpedoman kepada desain interior Perpustakaan Ramah Anak Room to Read. Kajian yang menggunakan metode best practice ini bertujuan memaparkan praktik menciptakan desain interior perpustakaan ramah anak. Dua tahap praktik mengubah desain interior diharapkan menjadi hasil kajian yang dapat diadopsi untuk membangun perpustakaan ramah anak di sekolah dasar lain. Metode yang telah berhasil diterapkan di SD N Potrobangsan 1 Kota Magelang ini memiliki dua tahap. Tahap pertama adalah memastikan sekolah harus memiliki ruang khusus yang dikenal sebagai perpustakaan. Tahap kedua adalah mendesain ulang interior ruang menjadi lebih nyaman dan aman dengan simulasi penataan perabot menggunakan potongan kertas berwarna.
.
Kata kunci: pendampingan, desain interior, perpustakaan ramah anak, perpustakaan sekolah, room to read.
.
Dipresentasikan pada Seminar Nasional Kearsipan dan Perpustakaan
“Kesigapan Arsiparis & Pustakawan Memasuki Era Revolusi Industri 4.0”,
10-11 Juli 2018 di Institut Pertanian Bogor, Darmaga Bogor.
.
Diterbitkan pada Jurnal Pustakawan Indonesia Vol 17 Tahun 2018.
Kata kunci: Pendampingan, perpustakaan ramah anak, pengabdian, perpustakaan sekolah, pengembangan perpustakaan, prototipe
Anggaplah jaring alat penangkap itu adalah lembaga pendidikan ilmu perpustakaan layaknya pabrik yang memproduksi calon pustakawan muda. Sejak pertama kali didirikan, sudah 65 tahun pendidikan ilmu perpustakaan mewarnai negeri.
Tercatat lebih dari 30 lembaga perguruan tinggi di Indonesia menyelenggarakan pendidikan ilmu perpustakaan. Mereka mencetak pustakawan muda sebagai the guardian of knowledge, generasi muda penentu bonus demografi Indonesia 2045.
Sayang, sejak UU Nomor 43 Tahun 2007 terbit, pustakawan dirasa belum memberikan peran sentral dalam pembangunan Indonesia untuk mendukung pencapaian 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals 2030). Kekhawatiran ini diperkuat pendapat Rhenald Kasali dalam bukunya, Disruption, bahwa profesi pustakawan perlahan-lahan pudar. Profesor Sulistyo Basuki, Guru Besar Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa profesi pustakawan akan punah setidaknya 30 tahun lagi.
Jangan sampai calon pustakawan menjadi layu sebelum berkembang. Jika mahasiswa sejak masuk ke dalam pabrik lembaga pendidikan ilmu perpustakaan saja sudah galau, setelah lulus pun tetap galau.
Hati-hati, lulusan pustakawan muda dikhawatirkan menjadi generasi wacana yang penuh galau. Itulah prediksi punahnya profesi pustakawan yang bisa terjadi bisa saja tidak, bergantung pada kreatifitas dan inovasi lembaga pendidikan ilmu perpustakaan mengikuti perkembangan anak-anak zaman sekarang.
Pustakawan penghubung perlu diciptakan segera di Perguruan Tinggi sebagai mitra dosen atau peneliti untuk meneliti sehingga soal plagiarisme bisa dicegah.
Masifnya peredaran hoax melalui berbagai media hendaknya menyadarkan peran perpustakaan dan pustakawan di dalamnya untuk menciptakan dan memberikan informasi yang sehat. Saat ini, masyarakat generasi langgas yang sebagian menjadi pemustaka di perpustakaan membutuhkan rujukan informasi yang tepercaya dan perlunya bimbingan untuk menciptakan budaya kritis. Pada sisi itulah, perpustakaan dapat menjawabnya melalui suguhan informasi terverifikasi yang bisa dipertanggungjawabkan.
Pendidikan literasi media dan inovasi kreatif dalam menyajikan informasi yang falid atau shahih dirasa sangat relevan bagi perpustakaan untuk menciptakan kesadaran berbudaya literasi sebagai bekal menangkal hoax. Kalau tidak sekarang, kapan lagi? Kalau bukan perpustakaan, lantas siapa lagi? Tak ayal, upaya menyelamatkan generasi langgas layak disematkan kepada perpustakaan.
Artikel ini dikirimkan dalam rangka lomba penulisan artikel Dies ke-66 Perpustakaan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada 15 Maret 2017.
.
Mengajak dan meyakinkan Pemimpin Pemerintah Daerah untuk melakukan mitigasi antisipatif tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Alhasil baru tiga kota atau kabupaten saja di Indonesia yang baru mendaftarkan diri ke UNISDR untuk siap menjadi Kota Tangguh Menghadapi Bencana. Padahal Indonesia merupakan negara nomor urut kedua dengan jumlah korban bencana alam terbesar dalam dua dedade terakhir. Total 182.000 jiwa melayang tercatat oleh PBB.
.
UNISDR mengeluarkan 10 kiat menjadi kota tangguh menghadapi bencana bukanlah tanpa manfaat kepada Pemerintah Daerah. Setidaknya ada 5 (lima) manfaat yang berdampak secara langsung maupun jangka panjang telah dipaparkan secara rinci dalam artikel ini.
.
Diterbitkan dalam majalah Suara Gemilang Kabupaten Magelang, Vol 20, No 1, Januari 2017, hlm 33.
.
Abstrak
.
Dalam menghadapi era teknologi dan informasi, perpustakaan seharusnya dilengkapi dengan sistem teknologi informasi yang terbaru. Pustakawan, pastinya akan menghadapi “ledakan informasi”, seperti istilah baru pengunjung perpustakaan “net generation”, yang ingin mendapatkan semua informasi secara akurat, cepat dan transparan. Oleh karena itu, menjadi seorang pustakawan yang baik seharusnya menguasai soft skill dan spiritual skill sehingga dia dapat memberikan pelayanan prima yang humanis pada pengunjung perpustakaan.
.
Kata kunci: soft skill, spiritual skill, layanan prima pustakawan
.
Kata kunci : Perpustakaan, digital native, kreator, media sosial
Dipresentasikan pada acara SLiMS Commeet West Java 2016: “Senayan Library Management System Community Meet Up West Java; Bandung, 17-18 Desember 2016”. Dan dimuat pada Prosiding Seminar Nasional: “Kreatifitas Pustakawan pada Era Digital dalam Menyediakan Sumber Informasi bagi Generasi Digital Native”.
KREATOR GENERASI DIGITAL DI PERPUSTAKAAN
Dicki Agus Nugroho
Pustakawan di UPT Perpustakaan Universitas Tidar
Jl Kapten Suparman 39, kampus Potrobangsan, Kota Magelang, Jawa Tengah, 56116
[email protected]; [email protected]
Materi dipresentasikan pada acara Seminar Nasional SLiMS Commeet West Java 2016: Kreativitas Pustakawan pada Era Digital dalam Menyediakan Sumber Informasi bagi Generasi Digital Native. UPI Bandung, 17 Desember 2016.
oleh: Dicki Agus Nugroho, S.Hum, Pustakawan di UPT Perpustakaan Universitas Tidar. Jl Kapten Suparman 39, kampus Potrobangsan, Kota Magelang, Jawa Tengah, 56116.
ABSTRAK
Lahirnya istilah generasi digital merupakan implikasi dari pesatnya perkembangan teknologi. Dalam perkembangan teknologi, generasi digital memiliki karakter tersendiri yang tidak terlepas dari aktivitas pemanfaatan teknologi. Begitu pula dengan kemajuan internet yang semakin masif membuat dunia terasa menyempit, batas ruang dan waktupun menjadi relatif.
Tak ayal, dampaknya sampai menjadikan lebih dari setengah jumlah penduduk Indonesia sebagai pengguna internet. Generasi digitalpun membuktikan diri dengan beragam aktivitasnya mendominasi pengguna internet yakni 42,8% dari total 132,7 juta orang.
Salah satu aktivitas yang dilakukan oleh generasi digital disadari ataupun tidak, telah menjadikan dirinya sendiri sebagai kreator. Kreator merupakan pencipta atau produsen konten tertentu di media khususnya di media sosial. Tumbuhnya kreator konten media di Indonesia disinyalir populernya tiga konten media sosial yang sering dikunjungi pengguna internet yaitu Facebook (54%), Instagram (15%), dan Youtube (11%).
Belakangan ini bermunculan kreator-kreator terkenal yang tidak hanya merubah perilaku generasi digital namun juga mendatangkan penghasilan. Aktivitas tersebut merupakan salah satu dinamika yang ada di masyarakat. Dimana masyarakat dan perpustakaan memiliki keterkaitan yang strategis.
Tidak hanya itu, perpustakaan juga merupakan organisme yang tumbuh. Maka perpustakaan diharapkan mampu menganalisis kebutuhan generasi digital dan mewadahi mereka serta selalu memperbaharui kebutuhannya.
Kajian yang bertujuan untuk menjelaskan kreator generasi digital dan contoh praktik perpustakaan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sehingga kajian ini menekankan pengumpulan data dengan menggunakan kajian studi pustaka.
Peneliti menggunakan berbagai literatur yang membahas karakteristik generasi digital dan contoh praktik perpustakaan. Sumber literatur diperoleh dari buku, hasil penelitian, jurnal, majalah, artikel, surat kabar, internet dan sumber terkait lainnya.
Hasil kajian ini adalah mengenalkan tindakan yang bisa dilaksanakan oleh perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan dan memelihara para kreator dari generasi digital.
Kata kunci : Perpustakaan, digital native, kreator, media sosial
.
ABSTRAK: Sudah hal lumrah, pustakawan sekolah memberikan literasi informasi kepada siswa di perpustakaan. Agar mempermudah pustakawan mempraktikkan literasi informasi, perlu tercipta zona nyaman bagi siswa melalui kehadiran desain interior yang ramah anak. Perpustakaan Ramah Anak hadir di Indonesia sejak 2014 oleh organisasi non-pemerintahan internasional bernama Room to Read. Guna mewujudkan desain interior yang nyaman, kiranya layak berpedoman kepada desain interior Perpustakaan Ramah Anak Room to Read. Kajian yang menggunakan metode best practice ini bertujuan memaparkan praktik menciptakan desain interior perpustakaan ramah anak. Dua tahap praktik mengubah desain interior diharapkan menjadi hasil kajian yang dapat diadopsi untuk membangun perpustakaan ramah anak di sekolah dasar lain. Metode yang telah berhasil diterapkan di SD N Potrobangsan 1 Kota Magelang ini memiliki dua tahap. Tahap pertama adalah memastikan sekolah harus memiliki ruang khusus yang dikenal sebagai perpustakaan. Tahap kedua adalah mendesain ulang interior ruang menjadi lebih nyaman dan aman dengan simulasi penataan perabot menggunakan potongan kertas berwarna.
.
Kata kunci: pendampingan, desain interior, perpustakaan ramah anak, perpustakaan sekolah, room to read.
.
Dipresentasikan pada Seminar Nasional Kearsipan dan Perpustakaan
“Kesigapan Arsiparis & Pustakawan Memasuki Era Revolusi Industri 4.0”,
10-11 Juli 2018 di Institut Pertanian Bogor, Darmaga Bogor.
.
Diterbitkan pada Jurnal Pustakawan Indonesia Vol 17 Tahun 2018.
Kata kunci: Pendampingan, perpustakaan ramah anak, pengabdian, perpustakaan sekolah, pengembangan perpustakaan, prototipe
Anggaplah jaring alat penangkap itu adalah lembaga pendidikan ilmu perpustakaan layaknya pabrik yang memproduksi calon pustakawan muda. Sejak pertama kali didirikan, sudah 65 tahun pendidikan ilmu perpustakaan mewarnai negeri.
Tercatat lebih dari 30 lembaga perguruan tinggi di Indonesia menyelenggarakan pendidikan ilmu perpustakaan. Mereka mencetak pustakawan muda sebagai the guardian of knowledge, generasi muda penentu bonus demografi Indonesia 2045.
Sayang, sejak UU Nomor 43 Tahun 2007 terbit, pustakawan dirasa belum memberikan peran sentral dalam pembangunan Indonesia untuk mendukung pencapaian 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals 2030). Kekhawatiran ini diperkuat pendapat Rhenald Kasali dalam bukunya, Disruption, bahwa profesi pustakawan perlahan-lahan pudar. Profesor Sulistyo Basuki, Guru Besar Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa profesi pustakawan akan punah setidaknya 30 tahun lagi.
Jangan sampai calon pustakawan menjadi layu sebelum berkembang. Jika mahasiswa sejak masuk ke dalam pabrik lembaga pendidikan ilmu perpustakaan saja sudah galau, setelah lulus pun tetap galau.
Hati-hati, lulusan pustakawan muda dikhawatirkan menjadi generasi wacana yang penuh galau. Itulah prediksi punahnya profesi pustakawan yang bisa terjadi bisa saja tidak, bergantung pada kreatifitas dan inovasi lembaga pendidikan ilmu perpustakaan mengikuti perkembangan anak-anak zaman sekarang.
Pustakawan penghubung perlu diciptakan segera di Perguruan Tinggi sebagai mitra dosen atau peneliti untuk meneliti sehingga soal plagiarisme bisa dicegah.
Masifnya peredaran hoax melalui berbagai media hendaknya menyadarkan peran perpustakaan dan pustakawan di dalamnya untuk menciptakan dan memberikan informasi yang sehat. Saat ini, masyarakat generasi langgas yang sebagian menjadi pemustaka di perpustakaan membutuhkan rujukan informasi yang tepercaya dan perlunya bimbingan untuk menciptakan budaya kritis. Pada sisi itulah, perpustakaan dapat menjawabnya melalui suguhan informasi terverifikasi yang bisa dipertanggungjawabkan.
Pendidikan literasi media dan inovasi kreatif dalam menyajikan informasi yang falid atau shahih dirasa sangat relevan bagi perpustakaan untuk menciptakan kesadaran berbudaya literasi sebagai bekal menangkal hoax. Kalau tidak sekarang, kapan lagi? Kalau bukan perpustakaan, lantas siapa lagi? Tak ayal, upaya menyelamatkan generasi langgas layak disematkan kepada perpustakaan.
Artikel ini dikirimkan dalam rangka lomba penulisan artikel Dies ke-66 Perpustakaan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada 15 Maret 2017.
.
Mengajak dan meyakinkan Pemimpin Pemerintah Daerah untuk melakukan mitigasi antisipatif tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Alhasil baru tiga kota atau kabupaten saja di Indonesia yang baru mendaftarkan diri ke UNISDR untuk siap menjadi Kota Tangguh Menghadapi Bencana. Padahal Indonesia merupakan negara nomor urut kedua dengan jumlah korban bencana alam terbesar dalam dua dedade terakhir. Total 182.000 jiwa melayang tercatat oleh PBB.
.
UNISDR mengeluarkan 10 kiat menjadi kota tangguh menghadapi bencana bukanlah tanpa manfaat kepada Pemerintah Daerah. Setidaknya ada 5 (lima) manfaat yang berdampak secara langsung maupun jangka panjang telah dipaparkan secara rinci dalam artikel ini.
.
Diterbitkan dalam majalah Suara Gemilang Kabupaten Magelang, Vol 20, No 1, Januari 2017, hlm 33.
.
Abstrak
.
Dalam menghadapi era teknologi dan informasi, perpustakaan seharusnya dilengkapi dengan sistem teknologi informasi yang terbaru. Pustakawan, pastinya akan menghadapi “ledakan informasi”, seperti istilah baru pengunjung perpustakaan “net generation”, yang ingin mendapatkan semua informasi secara akurat, cepat dan transparan. Oleh karena itu, menjadi seorang pustakawan yang baik seharusnya menguasai soft skill dan spiritual skill sehingga dia dapat memberikan pelayanan prima yang humanis pada pengunjung perpustakaan.
.
Kata kunci: soft skill, spiritual skill, layanan prima pustakawan
.
Kata kunci : Perpustakaan, digital native, kreator, media sosial
Dipresentasikan pada acara SLiMS Commeet West Java 2016: “Senayan Library Management System Community Meet Up West Java; Bandung, 17-18 Desember 2016”. Dan dimuat pada Prosiding Seminar Nasional: “Kreatifitas Pustakawan pada Era Digital dalam Menyediakan Sumber Informasi bagi Generasi Digital Native”.
KREATOR GENERASI DIGITAL DI PERPUSTAKAAN
Dicki Agus Nugroho
Pustakawan di UPT Perpustakaan Universitas Tidar
Jl Kapten Suparman 39, kampus Potrobangsan, Kota Magelang, Jawa Tengah, 56116
[email protected]; [email protected]
Materi dipresentasikan pada acara Seminar Nasional SLiMS Commeet West Java 2016: Kreativitas Pustakawan pada Era Digital dalam Menyediakan Sumber Informasi bagi Generasi Digital Native. UPI Bandung, 17 Desember 2016.
oleh: Dicki Agus Nugroho, S.Hum, Pustakawan di UPT Perpustakaan Universitas Tidar. Jl Kapten Suparman 39, kampus Potrobangsan, Kota Magelang, Jawa Tengah, 56116.
ABSTRAK
Lahirnya istilah generasi digital merupakan implikasi dari pesatnya perkembangan teknologi. Dalam perkembangan teknologi, generasi digital memiliki karakter tersendiri yang tidak terlepas dari aktivitas pemanfaatan teknologi. Begitu pula dengan kemajuan internet yang semakin masif membuat dunia terasa menyempit, batas ruang dan waktupun menjadi relatif.
Tak ayal, dampaknya sampai menjadikan lebih dari setengah jumlah penduduk Indonesia sebagai pengguna internet. Generasi digitalpun membuktikan diri dengan beragam aktivitasnya mendominasi pengguna internet yakni 42,8% dari total 132,7 juta orang.
Salah satu aktivitas yang dilakukan oleh generasi digital disadari ataupun tidak, telah menjadikan dirinya sendiri sebagai kreator. Kreator merupakan pencipta atau produsen konten tertentu di media khususnya di media sosial. Tumbuhnya kreator konten media di Indonesia disinyalir populernya tiga konten media sosial yang sering dikunjungi pengguna internet yaitu Facebook (54%), Instagram (15%), dan Youtube (11%).
Belakangan ini bermunculan kreator-kreator terkenal yang tidak hanya merubah perilaku generasi digital namun juga mendatangkan penghasilan. Aktivitas tersebut merupakan salah satu dinamika yang ada di masyarakat. Dimana masyarakat dan perpustakaan memiliki keterkaitan yang strategis.
Tidak hanya itu, perpustakaan juga merupakan organisme yang tumbuh. Maka perpustakaan diharapkan mampu menganalisis kebutuhan generasi digital dan mewadahi mereka serta selalu memperbaharui kebutuhannya.
Kajian yang bertujuan untuk menjelaskan kreator generasi digital dan contoh praktik perpustakaan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sehingga kajian ini menekankan pengumpulan data dengan menggunakan kajian studi pustaka.
Peneliti menggunakan berbagai literatur yang membahas karakteristik generasi digital dan contoh praktik perpustakaan. Sumber literatur diperoleh dari buku, hasil penelitian, jurnal, majalah, artikel, surat kabar, internet dan sumber terkait lainnya.
Hasil kajian ini adalah mengenalkan tindakan yang bisa dilaksanakan oleh perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan dan memelihara para kreator dari generasi digital.
Kata kunci : Perpustakaan, digital native, kreator, media sosial
Pernah muncul sebuah stigma, pustakawan bagai kanebo kering: alias kaku. Kini Perpustakaan Untidar telah bermetamorfosis, pustakawan pun mentas dari paradigma tersebut melalui program pengadaan koleksi sesuai permintaan mahasiswa. Alhasil grafik peminjaman koleksi pada 2017 meningkat 10% dibanding 2016. Transaksi peminjaman didominasi oleh koleksi fiksi, pantas saja rak bernomor 800 kerap kali tampak buku terlihat lebih berantakan. Mahasiswa memiliki motivasi tersendiri, sehingga lebih sering meminjam koleksi fiksi. Layak kiranya, kajian ini dilaksanakan bertujuan menjelaskan motivasi mahasiswa yang cenderung memilih koleksi fiksi untuk dipinjam. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pengambilan data melalui wawancara mendalam. Informan adalah 5 mahasiswa yang paling sering meminjam koleksi fiksi pada dua tahun terakhir.
Kata kunci: motivasi, layanan sirkulasi, koleksi fiksi
Kata Kunci: Program Kerja, Inovasi Perpustakaan, Pustakawan Kreatif,
Dipresentasikan pada acara Seminar Internasional “International Conference of Digital Literacy and Library-based Creative Knowledge in The Digital Era” di UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret (UNS) pada Kamis 3 Mei 2018.
Keywords: productive librarian, era of disruption, creative librarian.
Dipresentasikan pada acar SEMINAR DAN CALL FOR PAPERS Perpustakaan Universitas Surabaya 20-21 Maret 2018. DISRUPTIVE TECHNOLOGY : Opportunities and Challenges for Libraries dan Librarians.
Keywords: productive librarian, era of disruption, creative librarian.
Book leveling (penetapan jenjang buku) sudah terbukti membantu memandu perkembangan kemampuan membaca anak di berbagai negara. Sejak kedatangan perdana Room to Read di Indonesia, telah mengimplementasikan program jenjang buku di 24 sekolah dasar. SD N Sukorame Gresik adalah salah satu sekolah program proyek percontohan Room to Read pada 2014-2016. Penulis yang pernah terlibat dalam program tersebut, bermaksud menjelaskan sistem klasifikasi penetapan jenjang buku koleksi perpustakaan di SD N Sukorame Gresik. Model klasifikasi jenjang buku tidak dibedakan berdasarkan genre atau subyek, melainkan tingkat kesulitan teks dan kemampuan membaca anak. Melalui penerapan penjenjangan buku maka dapat menilai dan memeriksa kemajuan tingkat kemampuan membaca anak dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya. Anak-anak juga lebih mampu memilih dan membaca buku dari tingkat yang lebih tinggi karena kemampuan membaca mereka meningkat. Kajian ini menggunakan metode best practice dengan pengumpulan data melalui observasi langsung, studi pustaka, dan wawancara. Hasil dari kajian ini adalah mengetahui cara klasifikasi jenjang buku oleh Room to Read.
Kata kunci: best practice, jenjang buku, klasifikasi koleksi, Room to Read, perpustakaan ramah anak.
Abstract.
Book Leveling has been proven to guide the development of children's reading ability in various countries. The method of Book Leveling Classification is not distinguished by genre, but by the level of text difficulty and children's reading ability. This method enables us to assess and evaluate the progress of the children's reading ability from one level to the next. Children can also choose and read a book from the higher as their reading ability has increased. Since 2014, their primely arrival in Indonesia, Room to Read has been implementing Book Leveling Program in 24 primary schools. SD N Sukorame Gresik is one of those schools. The writer has been involved in that program, intends to explain the method of categorizing library collections in primary schools. This study uses best practice method with data collection through direct observation, literature review, and interview. The result of this study is to know more about method of Book Leveling Classification conducted by Room Ro Read.
Keywords: best practice, book leveling, book classification, Room to Read, child friendly library.
Kata kunci: pendampingan, perpustakaan ramah anak, pengabdian, perpustakaan sekolah,
ABSTRACT : The development of school libraries in Indonesia is still difficult to move forward, stagnant, and even cause concern. It causes an impact to the fucntion of library which make it does not work properly. This is happened in Madrasah Ibtidaiyah Al-Islam Balesari, Windusari, Magelang regency, Central Java. Although, it is located in Java, it does not guarantee about the quality of library. Based on the problem above, we create Prototype of Child Friendly Library. This program is adapted from School Library of Room To Read and various sources of literature. In this research, the writer aims to explain six stages: (1) planning, (2) implementation, (3) results of the implementation, (4) monitoring & evaluation system, (5) the impacts of the implementation, and (6) a result of the implementation. The results of this research is the creation of Child Friendly Library Model. The Child Friendly Library Model consists of new library space, reading area, reading habit activity, circulation service, book arrangement on the shelf and the creation of awareness to the importance role of libraries in schools. The program in this research needs to be delivered because there are school libraries need assistance to development school libraries. This research is worthy to be adopted to build a child-friendly library.
Keywords: mentoring, child-friendly library, dedication, school library,