Oleh : Nama : Lathifah NIM : B0A013042 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSI... more Oleh : Nama : Lathifah NIM : B0A013042 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PROGRAM STUDI D-III PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN PURWOKERTO 2015 Penanganan Pasca Panen DIII PSDPK, Universitas Jenderal Soedirman 1 C li c k t o Penanganan Pasca Panen DIII PSDPK, Universitas Jenderal Soedirman 8 C li c k t o
Oleh : Nama : Lathifah NIM : B0A013042 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSI... more Oleh : Nama : Lathifah NIM : B0A013042 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PROGRAM STUDI D-III PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN PURWOKERTO 2015 Penanganan Pasca Panen DIII PSDPK, Universitas Jenderal Soedirman 1 C li c k t o Penanganan Pasca Panen DIII PSDPK, Universitas Jenderal Soedirman 8 C li c k t o
Oleh : Nama : Lathifah NIM : B0A013042 Kelompok : X Asisten : Endang Trimurti LAPORAN PRAKTIKUM T... more Oleh : Nama : Lathifah NIM : B0A013042 Kelompok : X Asisten : Endang Trimurti LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGELOLAAN KESEHATAN ORGANISME AKUATIK KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN PURWOKERTO 2015 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan berkembang karena ikan merupakan produk utama dari subsektor perikanan yng merupakan salah stu penghasil protein hewani bagi manusia, terutma dalam bentuk lauk pauk yang amat digemari oleh masyarakat Indonesia. Salah satu kendala dalam usaha peningkatn dan pengembangan perikanan adalah masalah penyakitpenyakit yang sering menyerang pada ikan. Diantara penyakit-penyakit tersebut adalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh parasit, virus, bakteri, dan jamur (Nurdiyanto dan Sumartono, 2006). Penyakit ikan adalah sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan, maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan. Jadi, timbulnya serangan penyakit ikan di kolam terjadi karena interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan, dan patogen. Interaksi yang tidak serasi tersebut menyebabkan stres pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan tubuh ikan menurun dan akhirnya mudah diserang penyakit (Suwarsito dan Mustafidah, 2011). Penyakit ikan dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi (oleh bakteri, virus, parasit, dan jamur) dan penyakit non-infeksi (stres, tumor, gangguan gii, pakan, dan traumatik). Sedangkan sumber penyakit yang sering menyerang ikan di kolam dikelompokkan menjadi 3, yaitu: (1) hama, (2) parasiter, dan (3) nonparasiter. Hama adalah hewan yang berukuran lebih besar dan mampu menimbulkan gangguan pada ikan, yang terdiri dari predator, kompetitor, dan pencuri. Parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh aktifitas organisme parasit, seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, dan udang renik. Non-parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh lingkungan, pakan, dan keturunan. Berdasarkan daerah penyerangannya, penyakit yang disebabkan oleh parasit dibagi menjadi penyakit kulit, penyakit pada insang, dan penyakit pada organ dalam (Suwarsito dan Mustafidah, 2011).
Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan berkembang karena ikan merupakan pro... more Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan berkembang karena ikan merupakan produk utama dari subsektor perikanan yng merupakan salah stu penghasil protein hewani bagi manusia, terutma dalam bentuk lauk pauk yang amat digemari oleh masyarakat Indonesia. Salah satu kendala dalam usaha peningkatn dan pengembangan perikanan adalah masalah penyakitpenyakit yang sering menyerang pada ikan. Diantara penyakit-penyakit tersebut adalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh parasit, virus, bakteri, dan jamur (Nurdiyanto dan Sumartono, 2006). Penyakit ikan adalah sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan, maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan. Jadi, timbulnya serangan penyakit ikan di kolam terjadi karena interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan, dan patogen. Interaksi yang tidak serasi tersebut menyebabkan stres pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan tubuh ikan menurun dan akhirnya mudah diserang penyakit (Suwarsito dan Mustafidah, 2011). Penyakit ikan dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi (oleh bakteri, virus, parasit, dan jamur) dan penyakit non-infeksi (stres, tumor, gangguan gii, pakan, dan traumatik). Sedangkan sumber penyakit yang sering menyerang ikan di kolam dikelompokkan menjadi 3, yaitu: (1) hama, (2) parasiter, dan (3) nonparasiter. Hama adalah hewan yang berukuran lebih besar dan mampu menimbulkan gangguan pada ikan, yang terdiri dari predator, kompetitor, dan pencuri. Parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh aktifitas organisme parasit, seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, dan udang renik. Non-parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh lingkungan, pakan, dan keturunan. Berdasarkan daerah penyerangannya, penyakit yang disebabkan oleh parasit dibagi menjadi penyakit kulit, penyakit pada insang, dan penyakit pada organ dalam (Suwarsito dan Mustafidah, 2011).
The cost of feed is the largest component in fish farming activity that is 50-70 %. To reduce the... more The cost of feed is the largest component in fish farming activity that is 50-70 %. To reduce the costof feed, conducted various research that aims to find alternative materials more affordable. One of the raw materials which could result in fish feed raw materials namely maggots (Hermetia illucens). Maggot is an organism derived from the eggs of black soldiers known as its habit of decay organisms consume organic materials. The purpose of this activity is to know the influence of culture media on growth and proliferation of maggots. This event was held on April 2010, at the Teaching Farm, Aquaculture Department, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Bogor Agricultural University. Tools and materials used, among others, buckets, trash bags, and conducting media. Water mixed media by 30% then the container is placed close to the habitat conditions maggots in the media is protected from direct sunlight. Based on the results obtained, the highest biomass of maggots found in the media treatment of rice bran and wheat pollard is sequentially 430 g and 456.6 g maggots. That is because the nutrients and moisture content of media that meets the nutritional needs and habitat live of maggots. Based on the activities under taken maggots cultivation, it can be concluded that the optimal medium for the propagation and growth of maggots are wheat pollard and bran.
The effects of age at which House Fly Larvae (HFL) is harvested and method of drying the larvae, ... more The effects of age at which House Fly Larvae (HFL) is harvested and method of drying the larvae, on its proximate values were studied. Larvae were harvested on three different days representing three different ages and the harvested larvae were dried using both oven and sun light. Results revealed that protein content of HFL processed into meal after drying significantly (p<0.05) reduced as the age of larvae increased from 55.4% on 2 day old, through 50.2% on three-day old, to 47.1% on four day old. On the other hand, fat content increased with increase in age of HFL, from 20.8% at age of 2 days, through 22.2% at age of 3 days to 25.3% at the age of 4 days. Fibre content minimally increased with age. Oven-dried maggots had mean higher p rotein content (50.9%) and less fat (22.8%) than sun dried maggots (47 and 26.4% respectively). Therefore, for maximum protein yield, HFL should be harvested at 2 days old. However, where maggot fat is needed in a diet, increased biomass and or ease of harvesting, processing at later age (4 days old) became desirable. Oven-drying is recommended for superior protein and in rainy season, while sun drying produced higher fat and was cheaper.
Oleh : Nama : Lathifah NIM : B0A013042 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSI... more Oleh : Nama : Lathifah NIM : B0A013042 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PROGRAM STUDI D-III PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN PURWOKERTO 2015 Penanganan Pasca Panen DIII PSDPK, Universitas Jenderal Soedirman 1 C li c k t o Penanganan Pasca Panen DIII PSDPK, Universitas Jenderal Soedirman 8 C li c k t o
Oleh : Nama : Lathifah NIM : B0A013042 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSI... more Oleh : Nama : Lathifah NIM : B0A013042 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PROGRAM STUDI D-III PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN PURWOKERTO 2015 Penanganan Pasca Panen DIII PSDPK, Universitas Jenderal Soedirman 1 C li c k t o Penanganan Pasca Panen DIII PSDPK, Universitas Jenderal Soedirman 8 C li c k t o
Oleh : Nama : Lathifah NIM : B0A013042 Kelompok : X Asisten : Endang Trimurti LAPORAN PRAKTIKUM T... more Oleh : Nama : Lathifah NIM : B0A013042 Kelompok : X Asisten : Endang Trimurti LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGELOLAAN KESEHATAN ORGANISME AKUATIK KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN PURWOKERTO 2015 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan berkembang karena ikan merupakan produk utama dari subsektor perikanan yng merupakan salah stu penghasil protein hewani bagi manusia, terutma dalam bentuk lauk pauk yang amat digemari oleh masyarakat Indonesia. Salah satu kendala dalam usaha peningkatn dan pengembangan perikanan adalah masalah penyakitpenyakit yang sering menyerang pada ikan. Diantara penyakit-penyakit tersebut adalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh parasit, virus, bakteri, dan jamur (Nurdiyanto dan Sumartono, 2006). Penyakit ikan adalah sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan, maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan. Jadi, timbulnya serangan penyakit ikan di kolam terjadi karena interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan, dan patogen. Interaksi yang tidak serasi tersebut menyebabkan stres pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan tubuh ikan menurun dan akhirnya mudah diserang penyakit (Suwarsito dan Mustafidah, 2011). Penyakit ikan dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi (oleh bakteri, virus, parasit, dan jamur) dan penyakit non-infeksi (stres, tumor, gangguan gii, pakan, dan traumatik). Sedangkan sumber penyakit yang sering menyerang ikan di kolam dikelompokkan menjadi 3, yaitu: (1) hama, (2) parasiter, dan (3) nonparasiter. Hama adalah hewan yang berukuran lebih besar dan mampu menimbulkan gangguan pada ikan, yang terdiri dari predator, kompetitor, dan pencuri. Parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh aktifitas organisme parasit, seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, dan udang renik. Non-parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh lingkungan, pakan, dan keturunan. Berdasarkan daerah penyerangannya, penyakit yang disebabkan oleh parasit dibagi menjadi penyakit kulit, penyakit pada insang, dan penyakit pada organ dalam (Suwarsito dan Mustafidah, 2011).
Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan berkembang karena ikan merupakan pro... more Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan berkembang karena ikan merupakan produk utama dari subsektor perikanan yng merupakan salah stu penghasil protein hewani bagi manusia, terutma dalam bentuk lauk pauk yang amat digemari oleh masyarakat Indonesia. Salah satu kendala dalam usaha peningkatn dan pengembangan perikanan adalah masalah penyakitpenyakit yang sering menyerang pada ikan. Diantara penyakit-penyakit tersebut adalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh parasit, virus, bakteri, dan jamur (Nurdiyanto dan Sumartono, 2006). Penyakit ikan adalah sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan, maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan. Jadi, timbulnya serangan penyakit ikan di kolam terjadi karena interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan, dan patogen. Interaksi yang tidak serasi tersebut menyebabkan stres pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan tubuh ikan menurun dan akhirnya mudah diserang penyakit (Suwarsito dan Mustafidah, 2011). Penyakit ikan dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi (oleh bakteri, virus, parasit, dan jamur) dan penyakit non-infeksi (stres, tumor, gangguan gii, pakan, dan traumatik). Sedangkan sumber penyakit yang sering menyerang ikan di kolam dikelompokkan menjadi 3, yaitu: (1) hama, (2) parasiter, dan (3) nonparasiter. Hama adalah hewan yang berukuran lebih besar dan mampu menimbulkan gangguan pada ikan, yang terdiri dari predator, kompetitor, dan pencuri. Parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh aktifitas organisme parasit, seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, dan udang renik. Non-parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh lingkungan, pakan, dan keturunan. Berdasarkan daerah penyerangannya, penyakit yang disebabkan oleh parasit dibagi menjadi penyakit kulit, penyakit pada insang, dan penyakit pada organ dalam (Suwarsito dan Mustafidah, 2011).
The cost of feed is the largest component in fish farming activity that is 50-70 %. To reduce the... more The cost of feed is the largest component in fish farming activity that is 50-70 %. To reduce the costof feed, conducted various research that aims to find alternative materials more affordable. One of the raw materials which could result in fish feed raw materials namely maggots (Hermetia illucens). Maggot is an organism derived from the eggs of black soldiers known as its habit of decay organisms consume organic materials. The purpose of this activity is to know the influence of culture media on growth and proliferation of maggots. This event was held on April 2010, at the Teaching Farm, Aquaculture Department, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Bogor Agricultural University. Tools and materials used, among others, buckets, trash bags, and conducting media. Water mixed media by 30% then the container is placed close to the habitat conditions maggots in the media is protected from direct sunlight. Based on the results obtained, the highest biomass of maggots found in the media treatment of rice bran and wheat pollard is sequentially 430 g and 456.6 g maggots. That is because the nutrients and moisture content of media that meets the nutritional needs and habitat live of maggots. Based on the activities under taken maggots cultivation, it can be concluded that the optimal medium for the propagation and growth of maggots are wheat pollard and bran.
The effects of age at which House Fly Larvae (HFL) is harvested and method of drying the larvae, ... more The effects of age at which House Fly Larvae (HFL) is harvested and method of drying the larvae, on its proximate values were studied. Larvae were harvested on three different days representing three different ages and the harvested larvae were dried using both oven and sun light. Results revealed that protein content of HFL processed into meal after drying significantly (p<0.05) reduced as the age of larvae increased from 55.4% on 2 day old, through 50.2% on three-day old, to 47.1% on four day old. On the other hand, fat content increased with increase in age of HFL, from 20.8% at age of 2 days, through 22.2% at age of 3 days to 25.3% at the age of 4 days. Fibre content minimally increased with age. Oven-dried maggots had mean higher p rotein content (50.9%) and less fat (22.8%) than sun dried maggots (47 and 26.4% respectively). Therefore, for maximum protein yield, HFL should be harvested at 2 days old. However, where maggot fat is needed in a diet, increased biomass and or ease of harvesting, processing at later age (4 days old) became desirable. Oven-drying is recommended for superior protein and in rainy season, while sun drying produced higher fat and was cheaper.
PRAKTIKUM LAPANGAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN DAN KELAUTAN Oleh : Nama : Lathifah NIM : B0A013042 ... more PRAKTIKUM LAPANGAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN DAN KELAUTAN Oleh : Nama : Lathifah NIM : B0A013042 Kelompok : 1 (Satu) Asisten : Rifqi Aulia Akbar LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN DAN KELAUTAN KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2015 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kunjungan lapangan adalah sebuah perjalanan lapangan atau ekskursi, yang dikenal sebaai perjalanan sekolah. Pengertian lain dari kunjungan lapangan adalah perjalanan yang dilakukan oleh sekelompok orang ke tempat yang jauh dari lingkungan normal mereka. Tujuan perjalanan biasanya pengamatan untuk penelitian pendidikan, non-eksperimental atau untuk menyediakan siswa dengan pengalaman diluar kegiatan sehari-hari. Kunjungan lapangan dilakukan pada tiga tempat yaitu Laboratorium Pengujian dan Pengawasan Mutu Hasil Peikanan (LPPMHP) Cilacap, pabrik pengolahan ikan asin Mino Arto, dan Unit Bisnis Perikanan Terpadu (UBPT) Cilacap. Tempat tersebut dipilih untuk menambah pengalaman dan memperoleh pengetahuan tentang kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tempat. Pengalaman langsung sangat penting karena pada umumnya pengalaman lebih baik daripada hanya memahami materi. Setelah melaksanakan kegiatan, mahasiswa wajib membuat laporan praktikum. Laporan tersebut merupakan rangkuman penjelasan yang didapat selama melakukan kunjungan lapangan. Laporan yang dibuat diharapkan dapat bemanfaat bagi penulis dan pembaca untuk menambah wawasan tentang kegiatan yang dilakukan pada tempat-tempat yang dikunjungi.
a Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Jl. Tri Dharma Ujung No... more a Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Jl. Tri Dharma Ujung No. 1 Kampus USU Medan 20155 (* Penulis Korespondensi, Telp./Fax. ABSTRACT The research aims to know the kinds of fungi that grow on palm trunk after logging in the process of rejuvnation of palm. The research was conducted in Kebun Percobaan Tambunan A Universitas Sumatra Utara. Fungi isolated and identified in Microbiology . The results obtained, four types of fungi found on oil palm trunks that have been process of rejuvnation, wich is taken from four palm as a sample. for each palm trunk, made a division at the base of the trunk, middle, and end of the trunk. From the results of isolation obtained the Arthrinium phaespermum, Chaetomium brasiliense, Penicillium simplicissimum and Ulocladium botrytis as a result of identification from the sample. The type of fungi that most identified from the palm trunk is a type of fungi Arthrinium phaeospermum
Commodities African catfish (Clarias sp) is a rapidly growing commodity in Indonesia. Clarias gar... more Commodities African catfish (Clarias sp) is a rapidly growing commodity in Indonesia. Clarias gariepinus is one of the leading commodities and have a good market. African catfish hatchery fish is generally done in areas that have abundant water resources so that a minimal constraint on the area of water. Therefore applied a closed system with the addition of bacteria recirculation degrading organic material that is expected to reduce the accumulation of organic material, there by increasing the survival of African catfish fry. This study aimed to investigate the influence of bacteria that degrade organic material in a closed recirculation system on the survival of fish fry of African catfish (Clarias sp.). This research using Completely Randomized Design with four treatments and five replications of each K treatment (0%), A (1%) (6.0x108 CFU / ml), B (3%) (1.8x109 CFU / ml ) and C (5%) (3.0x109). added bacteria consisting of Pseudomonas pseudomallei with similarity index (97.81%), Pseudomonas stutzeri with similarity index (97.81%), Pseudomonas stutzeri with similarity index ( 61.21%) The results of this study indicate that the addition of Pseudomonas pseudomallei (97.81%), Pseudomonas stutzeri (97.81%) and Pseudomonas stutzeri (61.21%) gave significant differences (p <0.05) against survival of fish fry of African catfish.
Uploads
Papers by Iip Lathifah
Laporan by Iip Lathifah