Papers by Dewi Nur Aprilianingsih

DEWI NUR APRILIANINGSIH, 2019
Sebagai agama yang ajarannya meliputi seluruh alam semesta, Islam selalu menekankan pada umatnya ... more Sebagai agama yang ajarannya meliputi seluruh alam semesta, Islam selalu menekankan pada umatnya untuk memperhatikan dan mempelajari apa saja yang diciptakan Allah dan bagaimana pula manusia memerankan dirinya untuk mempertahankan eksistensi hidupnya sejalan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Salah satu penekanan tersebut adalah ihwal kesehatan dan tuntunan untuk hidup sehat. Bahkan, Islam juga menetapkan bahwa tujuan pokok kehadirannya (maqasidusy syari’ah), selain dalam rangka untuk; (1) memelihara agama, (2) harta, (3) keturunan, juga menekankan pada pentingnya pemeliharaan; (4) jiwa, (5) akal, dan (6) jasmani. Tiga hal yang disebut terakhir, dalam pelaksanaannya mensyaratkan adanya praktik hidup sehat.
Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan pada dasarnya berbanding lurus dengan kebutuhan dasar manusia itu sendiri. Bahkan lebih jauh lagi, kesehatan dalam Islam tidak hanya ditekankan pada masalah fisik/tubuh semata, tapi juga kesehatan jiwa, pisikis, atau mental, dan kesehatan ruhani atau spiritual. Hal ini dikarenakan struktur diri manusia tidak hanya terdiri sebagai wujud fisik semata (biologis), tetapi juga meliputi jiwa dan ruhaninya.
Begitu luas cara pandang ajaran Islam terhadap makna kesehatan, maka sangat tidak benar kalau kita beranggapan bahwa konsep sehat dan hidup sehat menurut Islam hanya berpulang pada satu kesimpulan semata, yaitu sehat jasmani/ fisik, tanpa menyertakan unsur-unsur kejiwaan dan ruhani manusia. Dalam pandangan kebanyakan orang, memang sehat lebih kuat dikonotasikan pada satu arah kesimpulan, yaitu sehat fisik/tubuh/jasmani. Hal tersebut tidak salah, namun tidak seluruhnya benar.
Sebab itu, penting disini diurai lebih jelas dan mendalam bagaimana pandangan Islam tentang kesehatan sejalan semangat nilai-nilai yang dikandungnya. Termasuk bagaiman kita mengapresiasi makna sehat, kesehatan, dan bagaiman hidup sehat (termasuk menciptakan lingkungan hidup yang sehat) dalam pengertian dan praktik hidup yang setepat-tepatnya

Oleh Dewi Nur Aprilianingsih 201310180311131 JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKON... more Oleh Dewi Nur Aprilianingsih 201310180311131 JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim. Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi ini. kami menyusun makalah ini dengan membaca dari sumber yang ada. Oleh karena itu, kami sangat menghormati dan menghargai pikiran-pikiran penulis lain yang menjadi sumber acuan dalam menulis makalah ini. Namun, bagaimana pun hal ini membuat saya berbuat hatihati dan tanggung jawab serta upaya yang maksimal demi terselesainya makalah ini dengan sebaik-baiknya. Dalam memenuhi unsur kemudahan dalam memahami isi makalah ini, saya mengupayakan menggunakan bahasa yang relatif sederhana dan mudah di pahami. Selain itu, saya juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses kontribusi untuk menyelesaikan tugas makalah ini, khususnya kepada dosen mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi, yaitu Bpk. Dr. Wahyu Hidayat R. Yang mana beliau telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi kepada saya atas tugas makalah ini. Bagaimanapun, tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih butuh banyak pembelajaran. Namun, saya berharap bahwasanya tugas makalah yang kami buat ini dapat memberikan manfaat bagi semua orang yang membaca. Penyusun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis institusional minimal akar yang sangat kuat dari tiga disiplin ilmu sosial, yaitu ekonomi, sosiologi, dan politik. Analisis institusional muncul pada akhir abad ke-19. Periode ini sangat penting sebab saat itu banyak sekali sistem-sistem kelembagaan berubah terutama dengan terciptanya konstitusi-konstitusi demokratis yang lebih formal. Saat itu, hampir semua negara di Eropa mulai menjadikan hukum sebagai instrumen tidak hanya untuk pemegang kekuasaan, tetapi juga bagi warga negara sebagai alat untuk melindungi diri mereka dari kekuasaan negara (Bagason, 2000). Keberadaan aliran Ekonomi Kelembagaan (Institutional Economics) merupakan reaksi dari rasa ketidakpuasan terhadap aliran Neoklasik, yang sebenarnya merupakan kelanjutan dari aliran ekonomi Klasik. Menurut Hasibuan (2003) inti pokok aliran ekonomi Kelembagaan adalah melihat ilmu ekonomi dengan satu kesatuan ilmu sosial, seperti psikologi, sosiologi, politik, antropologi, sejarah, dan hukum. Mereka merangkum hal tersebut dalam analisis ekonomi, namun demikian di antara mereka masih mempunyai ragam dan variasi pandangan. Pada garis besarnya mereka menentang pasar bebas atau persaingan bebas dengan semboyan laissez-faire dan motif laba maksimal. Pendukung aliran intitutional kelembagaan sangat banyak. Dari sekian banyak pendukung tersebut yang dianggap sebagai " Bapak Ekonomi Politik Kelembagaan " adalah Thorstein Vablen. Ia lebih melihat kelembagaan sebagai norma-norma yang membentuk perilaku masyarakat dalam bertindak, baik dalam perilaku mengkonsumsi maupun berprouksi. Hal ini sesuai dengan definisi yang dikemukakan Vablen (1926) tentang kelembagaan, yaitu sebagai "sattled habits of thought common to the generality of men". Dari prespektif sosiologi, pendekatan kelembagaan juga dikembangkan oleh tokohtokoh seperti Max Weber, Joseph Schumpeter, dan Gunnar Myrdal. Ketiga tokoh ini lebih tertarik membahas peran wirausahawan dalam industrialisasi dan pembangunan. Topik tentang peran wirausahawan ini tidak dibahas sama sekali dalam perspektif ekonomi politik Liberalisme, baik Liberalisme Klasik maupun Neoklasik. Selain mengkaji peran norma-norma dalam perekonomian dan peran wirausaha dalam industrialisasi, tokoh-tokoh seperti John R. Commons, Ronald Coase, Douglas North, dan Williamson lebih terfokus pada peran hukum dalam sistem ekonomi politik. Bagi Commons, kelembagaan adalah : "collective action in restraint, liberation, and expansion of individual action", Sedangkan bagi North (1994) kelembagaan diartikan sebagai " humanly devised constraints that shape human interaction". Landreth dan Colander (1994) membagi para tokoh ekonomi Aliran Kelembagaan dalam tiga golongan, yaitu tradisional, quasi dan neo. Yustika (2006) membagi aliran kelembagaan kedalam ilmu ekonomi Kelembagaan lama ('old' institutional economics) dan ilmu ekonomi Kelembagaan baru ('new' institutional economics). Mengkombinasikan dari kedua pandangan tersebut, maka pertama akan dikemukakan aliran ekonomi Kelembagaan lama, kedua quasi dan yang ketiga aliran ekonomi Kelembagan baru. Seperti halnya para pemikir tersebut, pembagian tersebut sifatnya relatif dalam artinya yang dikemukakan kemudian bukan berarti paling baik dan yang lama (tradisional) harus ditinggalkan, akan tetapi hanya dalam hal kesamaan fokus dan isu-isu pemikiran. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu Teori Institusional Kelembagaan ? 2. Bagaimana Pemikiran Teori Kelembagaan Menurut Douglas Cecil North ? 3. Apa yang membedekan Teori Kelembagaan menurut North,Veblen dan para Pemikir Institusinal lain ? 4. BAB II PEMBAHASAN 1. Aliran Kelembagaan Lama Para pakar setuju bapak ekonomi Kelembagaan adalah Thorstein Bunde Veblen (1857-1929). Veblen putra migran Norwegia yang menjadi petani di pedesaaan Wisconsin. Pada usia 17 tahun orang tuanya memasukkan Veblen ke Carleton College Academy, karena orang tuanya punya cita-cita puteranya menjadi seorang pendeta. Tetapi nasib menentukan lain, ia memperoleh gelar Doktor Ekonomi dari Yale University pada tahun 1884 dengan nilai A. Kritik Veblen sangat tajam terhadap ilmu ekonomi ortodoks, dimana pengertian ekonomi ortodoks adalah pemikiran -pemikiran ekonomi yang menggunakan dan melanjutkan ekonomi Klasik, seperti persaingan bebas, persaingan sempurna, manusia adalah rasional, motivasi memaksimalkan keuntungan (kepuasan) dan meminimasi pengorbanan ekonomi. Sebaliknya, ekonomi heterodoks melihat perilaku variabel ekonomi dalam lingkungan yang lebih luas, seperti penjelasan-penjelasan yang diberikan aliran sejarah di Jerman dan begitu pula aliran ekonomi kelembagaan yang muncul di Amerika Serikat (Landreth dan Colander,1994; Brue, 2000; dan Hasibuan, 2003). Menurut Veblen teori ekonomi ortodoks merupakan teori teologi, oleh karena akhir cerita telah ditentukan dari awal. Misalnya, keseimbangan jangka panjang itu tidak pernah dibuktikan, tetapi telah ditentukan walaupun ceritanya belum dimulai. Ilmu ekonomi menurutnya bukan hanya mempelajari tingkat harga, alokasi sumbersumber tetapi justru mempelajari faktorfaktor yang dianggap tetap (given). Pada tahun 1899 terbit buku yang berjudul the Theory of Leisure Class. Teori ini menceritakan perilaku kelas orang-orang kaya, dimana mereka berlombalomba mengumpulkan kekayaan sebagai motif kekuatan. Benda-benda yang dikumpulkan merupakan gambaran conspicuous consumption (konsumsi mewah), seperti mobil model mutakhir, rumah mewah, pakaian yang eksklusif dan barang-barang yang mahal lainnya yang kesemuanya sebagai cermin kemewahan dan kebanggaan sosial. Jadi menurut Veblen, kelas santai (leisure class)
Dewi nur aprilianingsih 201310180311131 ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNI... more Dewi nur aprilianingsih 201310180311131 ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015/2016 KATA PENGANTAR
Poverty and unemployment more dominant place in rural communities. According to the National Deve... more Poverty and unemployment more dominant place in rural communities. According to the National Development Planning Agency (Bappenas) in 1997 due to the economic crisis that hit Indonesia, the number of poor increased and the highest number in the range of 1997-2002 occurred in 1998 in the amount of 49.5 million people (24.4% ) with the percentage of poor people in urban areas it was 17.6% and by 31.9% in rural areas. In 2003 the population of Indonesia, which when viewed from the percentage of poor (Head Count Index or the ratio of the poor to the total population), poor people in rural areas (20.33%) more than those in urban areas (13.57%). From these data it can be observed that the number of poor people in rural areas is much greater than that located in urban areas (BPS, 2003: 1).

Disusun guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Perekonomian Indonesia Yang di ampu oleh: Yunan Sya... more Disusun guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Perekonomian Indonesia Yang di ampu oleh: Yunan Syaifullah, S.E., M.Sc Oleh : FARIDAH OKTALIA (118) DEWI NUR APRILIANINGSIH (131) JURUSAN ILMU EKONOMI STUDY PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015 ABSTRACT This research aims to determine if foreign debt and Foreign investment has been profitable Indonesia or otherwise, and if Indonesia increasingly dependent on foreign capital and foreign aid? Results of this research indicate that there is no absolute certainty about if Indonesia is getting harmed or profitable and if increasingly relies on PMA and ULN as suppose that Indonesia did not borrow from abroad and no foreign capital is not necessarily the level of progress of development like at this point, and Indonesia could be said to be impaired by external debt and FDI as foreign debt swelled by the fall of the rupiah against the dollar, and the entry of foreign capital into Indonesia is not merely enjoy themselves by Indonesia but capital entering, exiting back to the home country. so can be regarded Indonesia as an exporter instead of an importer of capital capital. Keyword : Foreign Debt, Foreign Direct Investment. 2
Other by Dewi Nur Aprilianingsih
Uploads
Papers by Dewi Nur Aprilianingsih
Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan pada dasarnya berbanding lurus dengan kebutuhan dasar manusia itu sendiri. Bahkan lebih jauh lagi, kesehatan dalam Islam tidak hanya ditekankan pada masalah fisik/tubuh semata, tapi juga kesehatan jiwa, pisikis, atau mental, dan kesehatan ruhani atau spiritual. Hal ini dikarenakan struktur diri manusia tidak hanya terdiri sebagai wujud fisik semata (biologis), tetapi juga meliputi jiwa dan ruhaninya.
Begitu luas cara pandang ajaran Islam terhadap makna kesehatan, maka sangat tidak benar kalau kita beranggapan bahwa konsep sehat dan hidup sehat menurut Islam hanya berpulang pada satu kesimpulan semata, yaitu sehat jasmani/ fisik, tanpa menyertakan unsur-unsur kejiwaan dan ruhani manusia. Dalam pandangan kebanyakan orang, memang sehat lebih kuat dikonotasikan pada satu arah kesimpulan, yaitu sehat fisik/tubuh/jasmani. Hal tersebut tidak salah, namun tidak seluruhnya benar.
Sebab itu, penting disini diurai lebih jelas dan mendalam bagaimana pandangan Islam tentang kesehatan sejalan semangat nilai-nilai yang dikandungnya. Termasuk bagaiman kita mengapresiasi makna sehat, kesehatan, dan bagaiman hidup sehat (termasuk menciptakan lingkungan hidup yang sehat) dalam pengertian dan praktik hidup yang setepat-tepatnya
Other by Dewi Nur Aprilianingsih
Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan pada dasarnya berbanding lurus dengan kebutuhan dasar manusia itu sendiri. Bahkan lebih jauh lagi, kesehatan dalam Islam tidak hanya ditekankan pada masalah fisik/tubuh semata, tapi juga kesehatan jiwa, pisikis, atau mental, dan kesehatan ruhani atau spiritual. Hal ini dikarenakan struktur diri manusia tidak hanya terdiri sebagai wujud fisik semata (biologis), tetapi juga meliputi jiwa dan ruhaninya.
Begitu luas cara pandang ajaran Islam terhadap makna kesehatan, maka sangat tidak benar kalau kita beranggapan bahwa konsep sehat dan hidup sehat menurut Islam hanya berpulang pada satu kesimpulan semata, yaitu sehat jasmani/ fisik, tanpa menyertakan unsur-unsur kejiwaan dan ruhani manusia. Dalam pandangan kebanyakan orang, memang sehat lebih kuat dikonotasikan pada satu arah kesimpulan, yaitu sehat fisik/tubuh/jasmani. Hal tersebut tidak salah, namun tidak seluruhnya benar.
Sebab itu, penting disini diurai lebih jelas dan mendalam bagaimana pandangan Islam tentang kesehatan sejalan semangat nilai-nilai yang dikandungnya. Termasuk bagaiman kita mengapresiasi makna sehat, kesehatan, dan bagaiman hidup sehat (termasuk menciptakan lingkungan hidup yang sehat) dalam pengertian dan praktik hidup yang setepat-tepatnya