Papers by Ahmad Fathan Aniq

Jurnal Bimas Islam, 2012
Riset ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian yang ada sebelumnya yang menyatakan bahwa... more Riset ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian yang ada sebelumnya yang menyatakan bahwa tradisi kawin lari pada komunitas Muslim Sasak berasal dari tradisi kawin lari yang dipraktikkan orang-orang Hindu Bali. Namun, riset ini menunjukkan perbedaan-perbedaan tentang pandangan orang-orang Bali dan Lombok dan bagaimana kedua komunitas ini mendefinisakn tradisi. Lebih jauh lagi, riset ini mengajukan pertanyaan bagaimana tradisi kawin lari ini bisa bertransformasi dari tradisi Hindu Bali ke tradisi Muslim Lombok. Melalui pendekatan teori budaya, kajian ini menyimpulkan bahwa orang-orang Bali menilai kawin lari sebagai sesuatu yang negatif. Oleh sebab itu, tradisi kawin lari jarang dipraktikkan. Sebaliknya orang-orang Sasak menganggap kawin lari sebagai sesuatu yang positif, sehingga masih dipertahankan. Dengan kearifan lokalnya, orang-orang Sasak menerima tradisi kawin lari dengan merubah beberapa aspeknya yang bertentangan dengan keimanannya. Mereka akan menganggap kawin lari sebagai pernikahan yang sah ketika akad nikah secara Islami telah dilakukan.
Tebuireng: Journal of Islamic Studies and Society
Ibn Sīnā is one of the prominent scholars in the Muslim scientific world. In the West, he is well... more Ibn Sīnā is one of the prominent scholars in the Muslim scientific world. In the West, he is well known as Avicenna. As a polymath, he wrote many books in a broad range of sciences. Al-Qānūn fī aṭ-Tibb (the Canon of Medicine) and Kitāb Ash-Shifā’ (the Boook of Healing) are considered to be his magnum opuses. While the former is his greatest work on medicine, the latter is his monumental contribution to science and philosophy. Kitāb Ash-Shifā’ is concerned with four main subjects: logic (al-manṭiq), natural sciences (aṭ-ṭabi’iyāt), mathematics (ar-Riyaḍiyāt), and metaphysics or theology (al-Ilāhiyāt).
The Cambridge Journal of Postcolonial Literary Inquiry, 2022

Buku perkuliahan Filsafat Hukum Bisnis Islam memiliki fungsi sebagai salah satu sarana pembelajar... more Buku perkuliahan Filsafat Hukum Bisnis Islam memiliki fungsi sebagai salah satu sarana pembelajaran pada mata kuliah Filsafat Hukum Bisnis Islam. Secara rinci buku ini memuat beberapa paket penting yang meliputi; 1) Pengertian, obyek, kegunaan, sejarah perkembangan dan hubungan Filsafat Hukum Bisnis Islam dengan ilmu-ilmu Hukum Islam yang lain; 2) Allah SWT sebagai al-Hakim (pembuat hukum); 3) Nabi Muhammad SAW sebagai al-Hakim (pembuat/pembawa hukum); 4) Manusia sebagai mahkum ’alaih (pelaksana hukum); 5) Sumber dan metode Hukum Islam; 6) Tujuan hukum Islam/Maqashid al-Syari’ah; 7) Prinsip-prinsip dan karakteristik Hukum Islam; 8) Kaidah-kaidah Hukum Islam (Qawa’id Fiqhiyah); 9) Ijtihad dalam Hukum Islam; 10) Hukum dan moral dalam Islam; 11) Asas-Asas Hukum Islam dalam bidang Muamalat; dan 12) Tinjauan Filosofis terhadap Beberapa Hukum Bisnis Islam. Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Government of Indonesia (GoI) dan Islamic Development Bank (IDB) yang ...

Al-Qānūn, 2009
خلاصة: في هذه المقالة كتب الباحث عن مقاصد الشريعة و مكانتها في استنباط الأحكام
الشرعية. فهي تتكون... more خلاصة: في هذه المقالة كتب الباحث عن مقاصد الشريعة و مكانتها في استنباط الأحكام
الشرعية. فهي تتكون من تعريف مقاصد الشريعة و أنواعها و مراتبها و أهميتها في استنباط
الأحكام الشرعية. مقاصد الشريعة هي المعاني والأهداف الملحوظة للشرع في جميع
أحكامها أو معظمها. أو هي الغاية من الشريعة والأسرار التي وضعها الشارع عند كل
حكم من أحكامها. و هي تتكون من الضروريات و هي خمس: الدين والنفس والعقل
والنسل والمال و الحاجيات و التحسينيات. و قد اختلف الأصوليون في ترتيب الكليات
الخمس فيما بينها ولكن المراتب المستعملة الأغلبية عند الأصوليين هي ما قاله الغزالي بتقديم
الدين ثم النفس ثم العقل ثم النسل ثم المال. ففي استنباط الأحكام الشرعية على اتهد أن
يفهم مقاصد الشريعة. ففهمها عند الشاطبي يكون شرطا تأهيليا أساسيا لمن أراد أن يجتهد،
وعند الجمهور يكون شرطا تأهيليا تكميليا. ومعرفتها أمر ضروري على الدوام لكل الناس.
فللمجتهد إا ضرورية عند استنباط الأحكام وفهم النصوص، ولغير اتهد تكون محتاجة
لمعرفة أسرار التشريع.
JOURNAL OF INDONESIAN ISLAM, 2010

Conference Proceedings: Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) XII, 5 – 8 November 2012, Surabaya – Indonesia, 2012
Kawin lari pada masyarakat Sasak dikenal dengan istilah merarik. Dalam tradisi ini, seorang gadis... more Kawin lari pada masyarakat Sasak dikenal dengan istilah merarik. Dalam tradisi ini, seorang gadis dibawa lari atau " diculik " terlebih dahulu dari " kekuasaan " orang tuanya sebelum prosesi pernikahan secara agama dan adat dilangsungkan. Dengan penculikan tersebut, seorang lelaki Sasak akan dianggap lebih berwibawa karena telah berani mengambil resiko, yakni kalau sampai tindakannya diketahui oleh orang tua si gadis ataupun bila pilihannya ditolak oleh orang tuanya sendiri. Oleh karena itu, berani melakukan kawin lari merupakan simbol maskulinitas yang diharapkan ada pada setiap lelaki Sasak dan disanalah peran gender mereka dilekatkan oleh budaya Sasak. Namun di sisi lain, sebagian masyarakat mulai mempertanyakan eksistensi tradisi merarik yang dianggap menomorduakan perempuan. Pada titik inilah terjadi konflik peran gender pada masyarakat Sasak. Fenomena merarik seakan mengindikasikan bahwa ada legitimasi para lelaki Sasak yang menginginkan agar budaya ini tidak hilang. Maka, melalui teori konflik peran gender, artikel ini akan mencoba mengkaji bagaimana sebenarnya masyarakat Sasak memikirkan tentang " realitas budaya " merarik mereka.

Jurnal Keagamaan dan Kemasyarakatan, 2011
Merarik merupakan proses pernikahan adat Sasak yang didahului dengan membawa lari atau "menculik"... more Merarik merupakan proses pernikahan adat Sasak yang didahului dengan membawa lari atau "menculik" seorang gadis sebelum prosesi pernikahan secara agama dan hukum nasional dilaksanakan. Awalnya merarik hanya merupakan istilah untuk sebuah tindakan membawa lari seorang gadis dengan maksud untuk dinikahi. Namun pada perkembangannya, terjadi perluasan makna dari kata merarik. Istilah merarik digunakan secara luas untuk menyebut seluruh rangkaian pernikahan dalam masyarakat Sasak. Sayangnya, saat ini budaya merarik sering disalahgunakan sebagai wahana menculik seorang gadis untuk dinikahi walau tanpa persetujuan orang tuanya. Hal ini tidak jarang menimbulkan konflik antar keluarga. Pada konteks inilah, merarik menjadi menarik untuk dikaji. Karena bagaimanapun juga, beberapa praktek pada tradisi tersebut melanggar hak-hak perempuan dan orang tua mereka. Para perempuan tidak bisa memilih calon suami yang mereka cintai. Kasus pernikahan di bawah umur juga kerap terjadi. Akibatnya sebagian besar dari mereka akhirnya putus sekolah. Mengapa budaya merarik tetap eksis di tengah-tengah masyarakat? Fenomena merarik ini seakan mengindikasikan bahwa ada legitimasi para lelaki Sasak yang menginginkan agar budaya ini tidak hilang. Penelitian ini akan mencoba mengkaji bagaimana masyarakat Sasak yang mayoritas Muslim memaknai fenomena di atas.
Uploads
Papers by Ahmad Fathan Aniq
الشرعية. فهي تتكون من تعريف مقاصد الشريعة و أنواعها و مراتبها و أهميتها في استنباط
الأحكام الشرعية. مقاصد الشريعة هي المعاني والأهداف الملحوظة للشرع في جميع
أحكامها أو معظمها. أو هي الغاية من الشريعة والأسرار التي وضعها الشارع عند كل
حكم من أحكامها. و هي تتكون من الضروريات و هي خمس: الدين والنفس والعقل
والنسل والمال و الحاجيات و التحسينيات. و قد اختلف الأصوليون في ترتيب الكليات
الخمس فيما بينها ولكن المراتب المستعملة الأغلبية عند الأصوليين هي ما قاله الغزالي بتقديم
الدين ثم النفس ثم العقل ثم النسل ثم المال. ففي استنباط الأحكام الشرعية على اتهد أن
يفهم مقاصد الشريعة. ففهمها عند الشاطبي يكون شرطا تأهيليا أساسيا لمن أراد أن يجتهد،
وعند الجمهور يكون شرطا تأهيليا تكميليا. ومعرفتها أمر ضروري على الدوام لكل الناس.
فللمجتهد إا ضرورية عند استنباط الأحكام وفهم النصوص، ولغير اتهد تكون محتاجة
لمعرفة أسرار التشريع.
الشرعية. فهي تتكون من تعريف مقاصد الشريعة و أنواعها و مراتبها و أهميتها في استنباط
الأحكام الشرعية. مقاصد الشريعة هي المعاني والأهداف الملحوظة للشرع في جميع
أحكامها أو معظمها. أو هي الغاية من الشريعة والأسرار التي وضعها الشارع عند كل
حكم من أحكامها. و هي تتكون من الضروريات و هي خمس: الدين والنفس والعقل
والنسل والمال و الحاجيات و التحسينيات. و قد اختلف الأصوليون في ترتيب الكليات
الخمس فيما بينها ولكن المراتب المستعملة الأغلبية عند الأصوليين هي ما قاله الغزالي بتقديم
الدين ثم النفس ثم العقل ثم النسل ثم المال. ففي استنباط الأحكام الشرعية على اتهد أن
يفهم مقاصد الشريعة. ففهمها عند الشاطبي يكون شرطا تأهيليا أساسيا لمن أراد أن يجتهد،
وعند الجمهور يكون شرطا تأهيليا تكميليا. ومعرفتها أمر ضروري على الدوام لكل الناس.
فللمجتهد إا ضرورية عند استنباط الأحكام وفهم النصوص، ولغير اتهد تكون محتاجة
لمعرفة أسرار التشريع.