Papers by Nadhifa Indana Zulfa Rahman

SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik, 2019
The freedom in social media communication have not been responded wisely by the citizen of the ne... more The freedom in social media communication have not been responded wisely by the citizen of the net (netizen). Sometimes while expressing themselves in the social media, netizens used the taboo words which potentially break the law. The problems chosen in this research is a type of taboo words used by the netizen and also whether these expressed words have a potential to violate the law. The method to collect the data is “Simak bebas libat cakap“(SBLC), it is a method where there is no active communication between interviewer and interviewee but it is only taken the data from internet, then to transcribe the taken data. The following step is analyzing data which used referential equivalent method, then the results of the analysis were presented informally. The findings showed that taboo words used in social media consisted of: (1) obscene words, (2) vulgar language, and (3) nick name and insult. These taboo words potentially violate the government regulation of the Republic Indonesia...

Multilingual
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep memasak masyarakat Jember yang cukup... more AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep memasak masyarakat Jember yang cukup komples karena sumber daya alam hasil laut dan buminya melimpah. Untuk itu diperlukan analisis MSA untuk menyederhanankannya. Data diperoleh dari wawancara di grup Whatsapp keluarga dari Jember. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara secara online dan mencatat di kartu data. Melalui wawancara tersebut, ditemukan dua belas data, yaitu godhog ‘rebus’, lup ‘celup’, kukus, goreng, eseng ‘tumis’, sangan ‘sangrai’, nggeng ‘didiamkan di atas api kecil’, dang ‘tanak’, tim, pepe ‘jemur’, rageni ‘fermentasi’, asap. Dalam menentukan subkategori verba “mamasak”, perangkat yang digunakan adalah makna asali dari pendekatan Metabahasa Semantik Alami. Berdasarkan analisis MSA, istilah-istilah memasak tersebut dikelompokkan berdasarkan teknik, sarana, dan hasilnya. Semua leksikon yang memiliki makna “memasak” di atas pola sintaksis MSA: X melakukan sesuatu kepada Y sehingga terjadi sesuatu pa...

KREDO : Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra
Mango is a type of fruit that is easily found in Indonesia. Indonesia's climatic and geographical... more Mango is a type of fruit that is easily found in Indonesia. Indonesia's climatic and geographical conditions allow this plant to flourish. Over time, various innovations in agriculture emerged and produced other mango variants. In addition, the higher mobility of the community has created many new mango seedlings in Indonesia. Thus, the names of the types of mangoes also become more diverse. The purpose of this study is to find the semantic relations of the naming system of the types of mangoes attached by the community. The method applied in this research is the method of data collection, data analysis, and presentation of data analysis results. The method of data collection is done by using observation method with non-participating technique, transcription, and record technique. Furthermore, data analysis uses the paraphrase technique and referential equivalent method. The results of the analysis are presented in informal method. The result of this study is the naming of the types of mangoes expressed in the mango headed attributive noun phrases in Indonesia. The semantic relation of naming these types of mangoes is based on physical form, taste, aroma, origin, color, effect, and symbol. This research is expected to be a supporting literature that can enrich the research treasure about mangoes, a fruit that is commonly found in Indonesia.

Deskripsi Bahasa
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sistem penamaan tokoh yang disebutkan dalam Hikayat Ra... more Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sistem penamaan tokoh yang disebutkan dalam Hikayat Raja Pasai sebagai perwujudan atas isu kontak bahasa yang dialami masyarakat Pasai pada masa itu. Metode penelitian yang dilakukan ada tiga tahap, yaitu metode pengumpulan data, metode analisis, dan metode penyajian hasil analisis. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode simak bebas libat cakap dengan teknik lanjutan teknik catat. Metode analisis data dilakukan dengan metode padan referensial dan metode padan translasional. Selanjutnya, penyajian hasil analisis dilakukan dengan kata-kata biasa. Berdasarkan hasil analisis, dapat disebutkan bahwa sistem penamaan masyarakat Pasai di masa lalu merupakan dampak dari adanya kontak bahasa. Konstruksi bahasa yang digunakan dalam penamaan tokoh dalam Hikayat Raja Pasai ada beberapa model, yaitu 10 nama menggunakan BA, 14 nama tokoh menggunakan BM, dua nama menggunakan campuran BA dan BS, satu nama menggunakan campuran BA dan BT, tujuh nama ...

PPSDK Kemendikbud, 2019
Abstrak Warganet kerap menggunakan disfemisme dalam bersosial media. Masalah yang dirumuskan adal... more Abstrak Warganet kerap menggunakan disfemisme dalam bersosial media. Masalah yang dirumuskan adalah apa bentuk dan fungsi disfemisme yang digunakan warganet tersebut. Penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan bentuk dan fungsi disfemisme serta untuk meningkatkan kesadaran warganet bahwa pemilihan diksi yang tidak bijak berpotensi melanggar UU ITE. Metode penelitian terbagi menjadi tiga, yaitu penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis. Penyajian data dilakukan dengan metode simak bebas libat cakap dengan teknik tangkap layar dan transkripsi. Analisis data dilakukan menggunakan metode agih teknik ganti atau subtitusi, metode padan referensial, dan metode padan translasional. Hasil analisis disajikan dengan metode informal. Hasil penelitian ini adalah penggunaan disfemisme yang terklasifikasikan dalam bentuk kata, frasa, klausa, dan kalimat. Tipe disfemisme yang digunakan ialah penggunaan istilah tabu dan penggunaan istilah yang dianggap menghina dan tidak hormat pada karakter yang dituju. Disfemisme difungsikan untuk menghina atau memaki karakter yang dituju. Ujaran yang para tersidik buat bisa digolongkan menjadi ujaran kebencian, pencemaran nama baik, dan keduanya sekaligus. Data 1 adalah ujaran kebencian dan pencemaran nama baik. Data 2 adalah ujaran kebencian. Data 3 adalah ujaran kebencian dan pencemaran nama baik. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi literatur pendukung dalam upaya literasi masyarakat Indonesia agar bijak dalam berbahasa di sosial media
Kata kunci: disfemisme, UU ITE, ujaran kebencian, pencemaran nama baik.

The freedom in social media communication have not been responded wisely by the citizen of the ne... more The freedom in social media communication have not been responded wisely by the citizen of the net (netizen). Sometimes while expressing themselves in the social media, netizens used the taboo words which potentially break the law. The problems chosen in this research is a type of taboo words used by the netizen and also whether these expressed words have a potential to violate the law. The method to collect the data is "Simak bebas libat cakap"(SBLC), it is a method where there is no active communication between interviewer and interviewee but it is only taken the data from internet, then to transcribe the taken data. The following step is analyzing data which used referential equivalent method, then the results of the analysis were presented informally. The findings showed that taboo words used in social media consisted of: (1) obscene words, (2) vulgar language, and (3) nick name and insult. These taboo words potentially violate the government regulation of the Republic Indonesia number 11 of 2008 concerning electronic information and transactions article 27 paragraph (3) and article 45 paragraph (1) as well as article 310 section (1) and article 311 section (1) of the Indonesian Criminal Code concerning defamation. Therefore, netizens must be careful in the way how communicate. Abstrak Kebebasan dalam berinteraksi di media sosial sepertinya belum disikapi secara bijak oleh warganet. Warganet kerap menggunakan kata-kata yang berpotensi melanggar hukum saat mengekspesikan diri di media sosial, salah satunya dengan menggunakan kata-kata tabu. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah tipe-tipe kata tabu apa saja yang digunakan warganet di media sosial dan apakah penggunaan kata-kata tersebut berpotensi melanggar hukum. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak bebas libat cakap dengan teknik lanjutan teknik tangkap layar dan transkripsi, analisis data dilakukan dengan metode padan referensial, dan hasil analisis disajikan secara informal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kata-kata tabu yang digunakan dalam media sosial terdiri atas: (1) kata-kata cabul (obscenet), (2) bahasa vulgar (vulgar language), serta (3) penyebutan nama dan hinaan (name-calling and insult). Kata-kata tabu tersebut berpotensi melanggar pasal 27 ayat (3) dan pasal 45 ayat (1) UU RI No. 11 tahun 2008 tentang UU ITE serta pasal 310 ayat (1) dan pasal 311 ayat (1) KUHP tentang penghinaan. Oleh karena itu, warganet harus berhati-hati dalam berkomunikasi di media sosial.
Uploads
Papers by Nadhifa Indana Zulfa Rahman
Kata kunci: disfemisme, UU ITE, ujaran kebencian, pencemaran nama baik.
Kata kunci: disfemisme, UU ITE, ujaran kebencian, pencemaran nama baik.