This research aims to (1) identify and review strategic priority issues of tourism in Bolaang Mon... more This research aims to (1) identify and review strategic priority issues of tourism in Bolaang Mongondow Regency, (2) identify, assess and analyze the impact of RTRW Program of tourism designation in BolaangMongondow Regency on the environment, (3) review efforts to minimize the negative impact that will occur as a result of the implementation of the Program in the area of tourism designation in Bolaang Mongondow District. The research was conducted in Bolaang Mongondow Regency of North Sulawesi Province, from September to October 2017. This research uses purposive sampling method with semi-detailed method based on field observation and Focus Group Discussion (FGD) and key informant interview. Sources of data obtained are: primary data through interviews with key informants and implementation of Focus Group Discussion (FGD). Research results show that 1) The priority strategic issues of the tourism designation area in Bolaang Mongondow District are biodiversity,waste, distruption of ...
This research aim to determine the effect of the use of FADs on the number of catches of sq... more This research aim to determine the effect of the use of FADs on the number of catches of squid on a fixed chart as a fishing aid. This research is conducted from December 2019 until february 2020 at Rebo Village, Bangka Regency. This resarch use the methodology, by following the fising operations carried out by liftnet siherman. The process of this research started by preparing the material, then to the stage of making FAD and operating the fixed lift net. Using palm midribs as the main material of the The making of FAD, andit will be installed around the fixed lift net, then the research sample will be taken. Furthermore, the sampling process in the form of catch result, and the measurement of environmental parameters. The analytical method used is the analysis of normality test and t test (statistics).The result of this research shows there is an impact on the FAD Deployments on fixed lift net catch tools towards squid catch, normality test results significance value of 0.95...
Tahap ini merupakan tahap pertama dalam proses KLHS. Tahapan persiapan terdiri dari tiga kegiatan... more Tahap ini merupakan tahap pertama dalam proses KLHS. Tahapan persiapan terdiri dari tiga kegiatan, yaitu (1) membentuk Pokja KLHS bimbingan teknis, dan (3) mengidentifikasi pemangku kepentingan yang akan dilibatkan dalam proses KLHS. Kegiatan pertama diawali dengan membentuk Pokja KLHS. Pemerintah Prov. (Pokja KLHS), sebagai tim kerja yang melaksanakan proses KLHS RRTR KSP KIPT Sadai dan bermitra dengan Tim Penyusun RRTR KSP KIPT Sadai Prov. Kep. Babel. Pokja KLHS diketuai oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kep. Babel. Sebagian anggotanya merupakan anggota Tim Penyusun KLHS RRTR KSP KIPT Sadai dan perwakilan dari sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) terkait. Susunan tim penyusun KLHS seperti ini agar terjadi sinergitas antara Tim Penyusun RRTR KSP KIPT Sadai dengan Pokja KLHS. Dalam prosesnya ada timbal balik informasi dan data untuk memastikan proses KLHS berjalan dengan semestinya. Susunan dan komposisi Pokja KLHS dimaksud, disajikan pada lampiran laporan ini dengan SK Gubernur Nomor: 188.44/285/DLH/2018. Tahapan berikutnya adalah bimbingan teknis dan identifikasi pemangku kepentingan. Kegiatan bimtek dilakukan untuk meningkatkan kapasitas anggota Pokja mengenai pengetahuan tentang proses KLHS dan menyamakan persepsi tentang KLHS. Bimtek didampingi oleh narasumber dari PDLKWS Ditjen Planologi dan Kehutanan KLHK. Identifikasi pemangku kepentingan dilakukan untuk memetakan atau mengelompokkan pihak-pihak yang perlu dilibatkan dalam penyusunan KLHS RRTR KSP KIPT Sadai. Pelibatan pemangku kepentingan ini penting dilakukan terutama dalam identifikasi isu-isu terkait RRTR KSP KIPT Sadai dan seminar hasil kegiatan KLHS. Beberapa kelompok pemangku kepentingan yang dilibatkan adalah elemen pemerintah, pelaku usaha, masyarakat, dan akademisi. 5. Bukit Terap 26 2.297 88,3 Jumlah/Total 126 11.355 90,1 Sumber : BPS Basel (2017) Berdasarkan tabel di atas, Desa Pasir Putih memiliki jumlah penduduk yang III-4 paling banyak yakni 4.015 jiwa dengan kepadatan penduduknya sudah melebihi angka 100 dari jumlah luas daerah (km 2 ) sedangkan Desa Sadai, Tukak, Tiram dan Bukit Terap memiliki jumlah penduduk berkisar 1.000 -2.000 jiwa. Kecamatan Tukak Sadai memiliki potensi unggulan dalam bidang perikanan laut, perkebunan dan pertambangan. Selain di bidang tersebut, kecamatan ini mempunyai usaha industri (kecil) dan industri rumah tangga. Pembangunan pada sektor-sektor tersebut selain dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah untuk pembiayaan pembangunan, juga berdampak negatif berupa penurunan sumberdaya alam dan kerusakan lingkungan. Salahsatu sumberdaya yang seing terdampak adalah sumberdaya air dengan terjadinya pencemaran dan penurunan kualitas air permukaan, sehingga ketersediaan air baku untuk kebutuhan konsumsi dan sanitasi menjadi menurun. Adanya kegiatan industri, perkebunan dan pertambangan secara tidak langsung memberikan dampak negatif terhadap kertersediaan air permukaan. Selain itu, penggunaan lahan untuk perkebunan dan perkembangan kawasan pemukiman akan meningkatkan limbah rumah tangga yang dialirkan langsung ke badan perairan sungai maupun laut. Pemanfaatan sungai adalah potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Berdasarkan data BPS Kabupaten Bangka Selatan (2016), masyarakat Kecamatan Tukak Sadai menggunakan air galian (sumur) dan sungai/danau sebagai air baku (air konsumsi). Penggunaan sungai di kecamatan ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air baku yang penting seperti air minum, mandi, mencuci dan menangkap ikan di sepanjang alir sungai. Jumlah sungai di Kecamatan Tukak Sadai sebanyak 5 sungai dan selain dipergunakan sebagai air baku, sungai-sungai tersebut dijadikan tempat pembuangan limbah rumah tangga maupun kegiatan industri. Oleh karena itu, penggunaan air sumur dan sungai masih dapat menyebabkan kurangnya ketersediaan air bersih untuk masyarakat. Menurut Hendrawan (2005) menyatakan bahwa pemanfaatan sungai untuk air mandi dan memasak masih diperbolehkan namun pemanfaatan sungai untuk mencuci, membuang limbah dan sampah merupakan bentuk kegiatan mencemari sungai. Pengelola air minum dan MCK di Kabupaten Bangka Selatan oleh UPT PT PAM, dengan jumlah pelanggan air minum yang disalurkan sebanyak 9 (Sembilan) kategori pelanggan dan 4 (empat) diantaranya yang secara rutin di salurkan seperti
Tahap ini merupakan tahap pertama dalam proses KLHS. Tahapan persiapan terdiri dari tiga kegiatan... more Tahap ini merupakan tahap pertama dalam proses KLHS. Tahapan persiapan terdiri dari tiga kegiatan, yaitu (1) membentuk Pokja KLHS bimbingan teknis, dan (3) mengidentifikasi pemangku kepentingan yang akan dilibatkan dalam proses KLHS. Kegiatan pertama diawali dengan membentuk Pokja KLHS. Pemerintah Prov. (Pokja KLHS), sebagai tim kerja yang melaksanakan proses KLHS RRTR KSP KIPT Sadai dan bermitra dengan Tim Penyusun RRTR KSP KIPT Sadai Prov. Kep. Babel. Pokja KLHS diketuai oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kep. Babel. Sebagian anggotanya merupakan anggota Tim Penyusun KLHS RRTR KSP KIPT Sadai dan perwakilan dari sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) terkait. Susunan tim penyusun KLHS seperti ini agar terjadi sinergitas antara Tim Penyusun RRTR KSP KIPT Sadai dengan Pokja KLHS. Dalam prosesnya ada timbal balik informasi dan data untuk memastikan proses KLHS berjalan dengan semestinya. Susunan dan komposisi Pokja KLHS dimaksud, disajikan pada lampiran laporan ini dengan SK Gubernur Nomor: 188.44/285/DLH/2018. Tahapan berikutnya adalah bimbingan teknis dan identifikasi pemangku kepentingan. Kegiatan bimtek dilakukan untuk meningkatkan kapasitas anggota Pokja mengenai pengetahuan tentang proses KLHS dan menyamakan persepsi tentang KLHS. Bimtek didampingi oleh narasumber dari PDLKWS Ditjen Planologi dan Kehutanan KLHK. Identifikasi pemangku kepentingan dilakukan untuk memetakan atau mengelompokkan pihak-pihak yang perlu dilibatkan dalam penyusunan KLHS RRTR KSP KIPT Sadai. Pelibatan pemangku kepentingan ini penting dilakukan terutama dalam identifikasi isu-isu terkait RRTR KSP KIPT Sadai dan seminar hasil kegiatan KLHS. Beberapa kelompok pemangku kepentingan yang dilibatkan adalah elemen pemerintah, pelaku usaha, masyarakat, dan akademisi. 5. Bukit Terap 26 2.297 88,3 Jumlah/Total 126 11.355 90,1 Sumber : BPS Basel (2017) Berdasarkan tabel di atas, Desa Pasir Putih memiliki jumlah penduduk yang III-4 paling banyak yakni 4.015 jiwa dengan kepadatan penduduknya sudah melebihi angka 100 dari jumlah luas daerah (km 2 ) sedangkan Desa Sadai, Tukak, Tiram dan Bukit Terap memiliki jumlah penduduk berkisar 1.000 -2.000 jiwa. Kecamatan Tukak Sadai memiliki potensi unggulan dalam bidang perikanan laut, perkebunan dan pertambangan. Selain di bidang tersebut, kecamatan ini mempunyai usaha industri (kecil) dan industri rumah tangga. Pembangunan pada sektor-sektor tersebut selain dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah untuk pembiayaan pembangunan, juga berdampak negatif berupa penurunan sumberdaya alam dan kerusakan lingkungan. Salahsatu sumberdaya yang seing terdampak adalah sumberdaya air dengan terjadinya pencemaran dan penurunan kualitas air permukaan, sehingga ketersediaan air baku untuk kebutuhan konsumsi dan sanitasi menjadi menurun. Adanya kegiatan industri, perkebunan dan pertambangan secara tidak langsung memberikan dampak negatif terhadap kertersediaan air permukaan. Selain itu, penggunaan lahan untuk perkebunan dan perkembangan kawasan pemukiman akan meningkatkan limbah rumah tangga yang dialirkan langsung ke badan perairan sungai maupun laut. Pemanfaatan sungai adalah potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Berdasarkan data BPS Kabupaten Bangka Selatan (2016), masyarakat Kecamatan Tukak Sadai menggunakan air galian (sumur) dan sungai/danau sebagai air baku (air konsumsi). Penggunaan sungai di kecamatan ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air baku yang penting seperti air minum, mandi, mencuci dan menangkap ikan di sepanjang alir sungai. Jumlah sungai di Kecamatan Tukak Sadai sebanyak 5 sungai dan selain dipergunakan sebagai air baku, sungai-sungai tersebut dijadikan tempat pembuangan limbah rumah tangga maupun kegiatan industri. Oleh karena itu, penggunaan air sumur dan sungai masih dapat menyebabkan kurangnya ketersediaan air bersih untuk masyarakat. Menurut Hendrawan (2005) menyatakan bahwa pemanfaatan sungai untuk air mandi dan memasak masih diperbolehkan namun pemanfaatan sungai untuk mencuci, membuang limbah dan sampah merupakan bentuk kegiatan mencemari sungai. Pengelola air minum dan MCK di Kabupaten Bangka Selatan oleh UPT PT PAM, dengan jumlah pelanggan air minum yang disalurkan sebanyak 9 (Sembilan) kategori pelanggan dan 4 (empat) diantaranya yang secara rutin di salurkan seperti
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut dan misi pertama yaitu pembangunan ekonomi berbasis potensi... more Dalam rangka mewujudkan visi tersebut dan misi pertama yaitu pembangunan ekonomi berbasis potensi daerah, maka perlu dibangun kawasan-kawasan strategis provinsi untuk mempercepat pembangunan suatu kawasan dengan memanfaatkan potensi wilayah di sekitarnya.
This research aims to (1) identify and review strategic priority issues of tourism in Bolaang Mon... more This research aims to (1) identify and review strategic priority issues of tourism in Bolaang Mongondow Regency, (2) identify, assess and analyze the impact of RTRW Program of tourism designation in BolaangMongondow Regency on the environment, (3) review efforts to minimize the negative impact that will occur as a result of the implementation of the Program in the area of tourism designation in Bolaang Mongondow District. The research was conducted in Bolaang Mongondow Regency of North Sulawesi Province, from September to October 2017. This research uses purposive sampling method with semi-detailed method based on field observation and Focus Group Discussion (FGD) and key informant interview. Sources of data obtained are: primary data through interviews with key informants and implementation of Focus Group Discussion (FGD). Research results show that 1) The priority strategic issues of the tourism designation area in Bolaang Mongondow District are biodiversity,waste, distruption of ...
This research aim to determine the effect of the use of FADs on the number of catches of sq... more This research aim to determine the effect of the use of FADs on the number of catches of squid on a fixed chart as a fishing aid. This research is conducted from December 2019 until february 2020 at Rebo Village, Bangka Regency. This resarch use the methodology, by following the fising operations carried out by liftnet siherman. The process of this research started by preparing the material, then to the stage of making FAD and operating the fixed lift net. Using palm midribs as the main material of the The making of FAD, andit will be installed around the fixed lift net, then the research sample will be taken. Furthermore, the sampling process in the form of catch result, and the measurement of environmental parameters. The analytical method used is the analysis of normality test and t test (statistics).The result of this research shows there is an impact on the FAD Deployments on fixed lift net catch tools towards squid catch, normality test results significance value of 0.95...
Tahap ini merupakan tahap pertama dalam proses KLHS. Tahapan persiapan terdiri dari tiga kegiatan... more Tahap ini merupakan tahap pertama dalam proses KLHS. Tahapan persiapan terdiri dari tiga kegiatan, yaitu (1) membentuk Pokja KLHS bimbingan teknis, dan (3) mengidentifikasi pemangku kepentingan yang akan dilibatkan dalam proses KLHS. Kegiatan pertama diawali dengan membentuk Pokja KLHS. Pemerintah Prov. (Pokja KLHS), sebagai tim kerja yang melaksanakan proses KLHS RRTR KSP KIPT Sadai dan bermitra dengan Tim Penyusun RRTR KSP KIPT Sadai Prov. Kep. Babel. Pokja KLHS diketuai oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kep. Babel. Sebagian anggotanya merupakan anggota Tim Penyusun KLHS RRTR KSP KIPT Sadai dan perwakilan dari sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) terkait. Susunan tim penyusun KLHS seperti ini agar terjadi sinergitas antara Tim Penyusun RRTR KSP KIPT Sadai dengan Pokja KLHS. Dalam prosesnya ada timbal balik informasi dan data untuk memastikan proses KLHS berjalan dengan semestinya. Susunan dan komposisi Pokja KLHS dimaksud, disajikan pada lampiran laporan ini dengan SK Gubernur Nomor: 188.44/285/DLH/2018. Tahapan berikutnya adalah bimbingan teknis dan identifikasi pemangku kepentingan. Kegiatan bimtek dilakukan untuk meningkatkan kapasitas anggota Pokja mengenai pengetahuan tentang proses KLHS dan menyamakan persepsi tentang KLHS. Bimtek didampingi oleh narasumber dari PDLKWS Ditjen Planologi dan Kehutanan KLHK. Identifikasi pemangku kepentingan dilakukan untuk memetakan atau mengelompokkan pihak-pihak yang perlu dilibatkan dalam penyusunan KLHS RRTR KSP KIPT Sadai. Pelibatan pemangku kepentingan ini penting dilakukan terutama dalam identifikasi isu-isu terkait RRTR KSP KIPT Sadai dan seminar hasil kegiatan KLHS. Beberapa kelompok pemangku kepentingan yang dilibatkan adalah elemen pemerintah, pelaku usaha, masyarakat, dan akademisi. 5. Bukit Terap 26 2.297 88,3 Jumlah/Total 126 11.355 90,1 Sumber : BPS Basel (2017) Berdasarkan tabel di atas, Desa Pasir Putih memiliki jumlah penduduk yang III-4 paling banyak yakni 4.015 jiwa dengan kepadatan penduduknya sudah melebihi angka 100 dari jumlah luas daerah (km 2 ) sedangkan Desa Sadai, Tukak, Tiram dan Bukit Terap memiliki jumlah penduduk berkisar 1.000 -2.000 jiwa. Kecamatan Tukak Sadai memiliki potensi unggulan dalam bidang perikanan laut, perkebunan dan pertambangan. Selain di bidang tersebut, kecamatan ini mempunyai usaha industri (kecil) dan industri rumah tangga. Pembangunan pada sektor-sektor tersebut selain dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah untuk pembiayaan pembangunan, juga berdampak negatif berupa penurunan sumberdaya alam dan kerusakan lingkungan. Salahsatu sumberdaya yang seing terdampak adalah sumberdaya air dengan terjadinya pencemaran dan penurunan kualitas air permukaan, sehingga ketersediaan air baku untuk kebutuhan konsumsi dan sanitasi menjadi menurun. Adanya kegiatan industri, perkebunan dan pertambangan secara tidak langsung memberikan dampak negatif terhadap kertersediaan air permukaan. Selain itu, penggunaan lahan untuk perkebunan dan perkembangan kawasan pemukiman akan meningkatkan limbah rumah tangga yang dialirkan langsung ke badan perairan sungai maupun laut. Pemanfaatan sungai adalah potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Berdasarkan data BPS Kabupaten Bangka Selatan (2016), masyarakat Kecamatan Tukak Sadai menggunakan air galian (sumur) dan sungai/danau sebagai air baku (air konsumsi). Penggunaan sungai di kecamatan ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air baku yang penting seperti air minum, mandi, mencuci dan menangkap ikan di sepanjang alir sungai. Jumlah sungai di Kecamatan Tukak Sadai sebanyak 5 sungai dan selain dipergunakan sebagai air baku, sungai-sungai tersebut dijadikan tempat pembuangan limbah rumah tangga maupun kegiatan industri. Oleh karena itu, penggunaan air sumur dan sungai masih dapat menyebabkan kurangnya ketersediaan air bersih untuk masyarakat. Menurut Hendrawan (2005) menyatakan bahwa pemanfaatan sungai untuk air mandi dan memasak masih diperbolehkan namun pemanfaatan sungai untuk mencuci, membuang limbah dan sampah merupakan bentuk kegiatan mencemari sungai. Pengelola air minum dan MCK di Kabupaten Bangka Selatan oleh UPT PT PAM, dengan jumlah pelanggan air minum yang disalurkan sebanyak 9 (Sembilan) kategori pelanggan dan 4 (empat) diantaranya yang secara rutin di salurkan seperti
Tahap ini merupakan tahap pertama dalam proses KLHS. Tahapan persiapan terdiri dari tiga kegiatan... more Tahap ini merupakan tahap pertama dalam proses KLHS. Tahapan persiapan terdiri dari tiga kegiatan, yaitu (1) membentuk Pokja KLHS bimbingan teknis, dan (3) mengidentifikasi pemangku kepentingan yang akan dilibatkan dalam proses KLHS. Kegiatan pertama diawali dengan membentuk Pokja KLHS. Pemerintah Prov. (Pokja KLHS), sebagai tim kerja yang melaksanakan proses KLHS RRTR KSP KIPT Sadai dan bermitra dengan Tim Penyusun RRTR KSP KIPT Sadai Prov. Kep. Babel. Pokja KLHS diketuai oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kep. Babel. Sebagian anggotanya merupakan anggota Tim Penyusun KLHS RRTR KSP KIPT Sadai dan perwakilan dari sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) terkait. Susunan tim penyusun KLHS seperti ini agar terjadi sinergitas antara Tim Penyusun RRTR KSP KIPT Sadai dengan Pokja KLHS. Dalam prosesnya ada timbal balik informasi dan data untuk memastikan proses KLHS berjalan dengan semestinya. Susunan dan komposisi Pokja KLHS dimaksud, disajikan pada lampiran laporan ini dengan SK Gubernur Nomor: 188.44/285/DLH/2018. Tahapan berikutnya adalah bimbingan teknis dan identifikasi pemangku kepentingan. Kegiatan bimtek dilakukan untuk meningkatkan kapasitas anggota Pokja mengenai pengetahuan tentang proses KLHS dan menyamakan persepsi tentang KLHS. Bimtek didampingi oleh narasumber dari PDLKWS Ditjen Planologi dan Kehutanan KLHK. Identifikasi pemangku kepentingan dilakukan untuk memetakan atau mengelompokkan pihak-pihak yang perlu dilibatkan dalam penyusunan KLHS RRTR KSP KIPT Sadai. Pelibatan pemangku kepentingan ini penting dilakukan terutama dalam identifikasi isu-isu terkait RRTR KSP KIPT Sadai dan seminar hasil kegiatan KLHS. Beberapa kelompok pemangku kepentingan yang dilibatkan adalah elemen pemerintah, pelaku usaha, masyarakat, dan akademisi. 5. Bukit Terap 26 2.297 88,3 Jumlah/Total 126 11.355 90,1 Sumber : BPS Basel (2017) Berdasarkan tabel di atas, Desa Pasir Putih memiliki jumlah penduduk yang III-4 paling banyak yakni 4.015 jiwa dengan kepadatan penduduknya sudah melebihi angka 100 dari jumlah luas daerah (km 2 ) sedangkan Desa Sadai, Tukak, Tiram dan Bukit Terap memiliki jumlah penduduk berkisar 1.000 -2.000 jiwa. Kecamatan Tukak Sadai memiliki potensi unggulan dalam bidang perikanan laut, perkebunan dan pertambangan. Selain di bidang tersebut, kecamatan ini mempunyai usaha industri (kecil) dan industri rumah tangga. Pembangunan pada sektor-sektor tersebut selain dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah untuk pembiayaan pembangunan, juga berdampak negatif berupa penurunan sumberdaya alam dan kerusakan lingkungan. Salahsatu sumberdaya yang seing terdampak adalah sumberdaya air dengan terjadinya pencemaran dan penurunan kualitas air permukaan, sehingga ketersediaan air baku untuk kebutuhan konsumsi dan sanitasi menjadi menurun. Adanya kegiatan industri, perkebunan dan pertambangan secara tidak langsung memberikan dampak negatif terhadap kertersediaan air permukaan. Selain itu, penggunaan lahan untuk perkebunan dan perkembangan kawasan pemukiman akan meningkatkan limbah rumah tangga yang dialirkan langsung ke badan perairan sungai maupun laut. Pemanfaatan sungai adalah potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Berdasarkan data BPS Kabupaten Bangka Selatan (2016), masyarakat Kecamatan Tukak Sadai menggunakan air galian (sumur) dan sungai/danau sebagai air baku (air konsumsi). Penggunaan sungai di kecamatan ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air baku yang penting seperti air minum, mandi, mencuci dan menangkap ikan di sepanjang alir sungai. Jumlah sungai di Kecamatan Tukak Sadai sebanyak 5 sungai dan selain dipergunakan sebagai air baku, sungai-sungai tersebut dijadikan tempat pembuangan limbah rumah tangga maupun kegiatan industri. Oleh karena itu, penggunaan air sumur dan sungai masih dapat menyebabkan kurangnya ketersediaan air bersih untuk masyarakat. Menurut Hendrawan (2005) menyatakan bahwa pemanfaatan sungai untuk air mandi dan memasak masih diperbolehkan namun pemanfaatan sungai untuk mencuci, membuang limbah dan sampah merupakan bentuk kegiatan mencemari sungai. Pengelola air minum dan MCK di Kabupaten Bangka Selatan oleh UPT PT PAM, dengan jumlah pelanggan air minum yang disalurkan sebanyak 9 (Sembilan) kategori pelanggan dan 4 (empat) diantaranya yang secara rutin di salurkan seperti
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut dan misi pertama yaitu pembangunan ekonomi berbasis potensi... more Dalam rangka mewujudkan visi tersebut dan misi pertama yaitu pembangunan ekonomi berbasis potensi daerah, maka perlu dibangun kawasan-kawasan strategis provinsi untuk mempercepat pembangunan suatu kawasan dengan memanfaatkan potensi wilayah di sekitarnya.
Uploads
Papers by Awal Kurniawan