Between 1965 and 1980, the Indonesian government issued three religious policies. These had both ... more Between 1965 and 1980, the Indonesian government issued three religious policies. These had both positive and negative impacts on Christianity in Indonesia. As a positive impact, the Indonesian Council of Churches (DGI) and the Supreme Council of Indonesian Bishops (MAWI) were motivated to work together in lobbying the government. The policies also boosted the growth of local leadership in Catholic churches. However, the policies also brought a negative impact in that it became difficult for churches to obtain an IMB (Building Permit). In mid-eighties, Christianity could still perform religious services in churches without any disturbances, but after the 1990s, churches with no Building Permit were banned by some radical Islamic organizations. Preaching the gospel was considered violation of the law and a Christian could be sent to prison for performing this activity.
Its former name was Dewan Gereja-gereja Indonesia (DGI = Indonesian Council of Churches), founded... more Its former name was Dewan Gereja-gereja Indonesia (DGI = Indonesian Council of Churches), founded in 1950. In 1984 DGI changed its name into Persekutuan Gerejagereja di Indonesia (PGI = Indonesian Communion of Churches). 3 See the complete text and its translation in Appendix E.
Page1 KONVEN CALON PENDETA, PENDETA, DAN PENDETA EMERITUS GKI SW JAWA TENGAH SEMARANG. RABU 9 AGU... more Page1 KONVEN CALON PENDETA, PENDETA, DAN PENDETA EMERITUS GKI SW JAWA TENGAH SEMARANG. RABU 9 AGUSTUS 2017 BATASANNYA Tulisan ini merupakan tinjauan profil gerejawi dalam perkembangan sejarahnya. Kiranya gambaran deskriptif ini menolong percakapan lanjutan ketika GKI akan memasuki pembahasan teologi jabatan (yang lebih mendalam).
Reformed Church Kwitang in Jakarta has it's typical and unique traits. Those traits are worth to ... more Reformed Church Kwitang in Jakarta has it's typical and unique traits. Those traits are worth to mention as they might serve as historical stand points.
a story of the oldest reformed church in Bandung; this particular church was different than the ... more a story of the oldest reformed church in Bandung; this particular church was different than the older church (Protestant Church in Dutch East Indie or Protestantse Kerk in Nederlands Indie) but using the same main language (Dutch). It is also different from the younger churches in Bandung (i.e. the chinese Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee, and sundanese Gereja Kristen Pasundan), but later on this church joined the synod of GKI (an evolution of THKTKH).
PANDANGAN PERSETIA, KOLITI, KIPTI menanggapi beberapa pasal dan penjelasan pasal dalam Undang-und... more PANDANGAN PERSETIA, KOLITI, KIPTI menanggapi beberapa pasal dan penjelasan pasal dalam Undang-undang RI no. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
Posting ini merupakan bagian pertama dari seri PTT di Indonesia (diposting 23 November 2015)
PROSIDISNG: RAPAT ANGGOTA XIII PERSETIA - Batu- Malang, 8-12 Juni 2014, Sep 2014
Dokumentasi PERSETIA 1963-2014 ditinjau dengan pendekatan historis untuk memperlihatkan pergumula... more Dokumentasi PERSETIA 1963-2014 ditinjau dengan pendekatan historis untuk memperlihatkan pergumulan dan pencapaian asosiasi pendidikan tinggi teologi tertua di Indonesia.
unpublished paper presented for ordained ministers in GKIsw Jawa Barat, 2013
JABATAN GEREJAWI (khususnya ordained ministry) dalam perspektif sejarah Kekristenanpendekatan seg... more JABATAN GEREJAWI (khususnya ordained ministry) dalam perspektif sejarah Kekristenanpendekatan segitiga: tradisi, organisasi, dan konteks. 1 Yusak Soleiman 2 Ada banyak sudut pandang sejarah untuk mendekati subyek Jabatan Gerejawi dalam perjalanan sejarah Kekrsitenan. Untuk percakapan kali ini saya menganjurkan kita mendekatinya dari tiga sudut pandang: tradisi, organisasi, dan konteks. Dua yang pertama adalah pendekatan yang paling sering dipergunakan di dalam berbagai tradisi gereja. Misalnya istilah apostolic succession sudah berbicara sangat jelas betapa tradisi adalah konsep dasar yang penting. Pemisahan dan penamaan jabatan-jabatan tertentu di dalam gereja dengan sangat jelas memperlihatkan pentingnya organisasi, atau bahkan hirarki di dalam percakapan mengenai jabatan gerejawi. GKI pernah ingin menghapus semua jabatan gereja kecuali jabatan penatua atau tua-tua. Hal ini sejalan dengan kegandrungan GKI dengan persoalan organisasi. Dalam tulisan pendek ini saya akan melakukan tugas sebagai sejarawan, yaitu memberikan perspektif atas perkembangan percakapan dan praktik yang dijalankan gerejagereja menyangkut jabatan gerejawi. Tiga pendekatan ini akan menolong kita untuk menempatkan berbagai konsep dan pemberlakuan jabatan gerejawi yang berbeda-beda maupun yang memiliki kemiripan satu sama lain di dalam beberapa periode dan bermacam-macam komunitas yang mempraktikkannya. Kita akan memeriksa pilihanpilihan yang pernah diambil dan dipergunakan di GKI, dan mencoba memahami mengapa 1 Pertama kali disampaikan dalam Diskusi Teologi Komisi Pengkajian Teologi GKI, Senin 10 Juni 2013. Naskah ini diisampaikan ulang sebagai kuliah umum di STT GKS Lewa, Sumba pada tanggal ** September 2013. 2 Anggota KPT GKI; Pendeta GKI; Sejarawan pada Pusat Dokumentasi Sejarah Gereja Indonesia dan dosen di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Wakil sekretaris Perhimpunan Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia (PERSETIA), periode kepengurusan 2010-2014. Belajar sejarah di Universitas Leiden dan VrijeUniversiteit Amsterdam, sejak 2003; belajar teologi di STT Jakarta dan Universitas Groningen, sejak 1984, belajar tentang kehidupan gereja sejak 1982.
unpublished paper - presented at Persetia's study institut on church architecture & liturgy
Jemaat Kristen perdana mula-mula masih menganggap dirinya sebagai bagian dari keyahudian, sehingg... more Jemaat Kristen perdana mula-mula masih menganggap dirinya sebagai bagian dari keyahudian, sehingga mereka beribadat tak beda dengan orang Yahudi. Setelah terjadi perpisahan dengan keyahudian sampai dengan toleransi umum atas Kekristenan (edik Milano), mulailah kisah rumah peribadatan Kristen. Indikasi awal dapat ditemukan dalam beberapa tulisan PB, yang menunjukkan adanya rumah-rumah orang-orang kaya yang menjadi tempat perkumpulan ibadat (Jensen 2008. 581). Jemaat berkumpul di ruang tamu atau ruang makan. Bersama dengan berjalannya waktu dan pertumbuhan jumlah jemaat, mereka mulai menggunakan gedung-gedung tertentu untuk beribadat, bahkan pada akhir abad III mereka sudah memiliki sendiri gedung-gedung (rumah, bekas toko, bekas gudang yang direnovasi untuk keperluan beribadat) (Jensen. 582).
tema-tema tertentu. Yang pertama bisa disebut orientasi kepada sejarah dogma, karena dalam pertar... more tema-tema tertentu. Yang pertama bisa disebut orientasi kepada sejarah dogma, karena dalam pertarungan di 'pasar' teologi pengakuan sebuah paham sebagai dogma merupakan formalisasi dari sebuah paham yang unggul pada zamannya. Sejarah ditulis oleh para pemenang! Orientasi yang kedua disebut orientasi kepada sejarah missi, karena perkembangan dan perluasan Kekristenan umumnya dipahami sebagai hakikat terpenting di dalam Kekristenan. Mewartakan Kabar Baik ke segala penjuru bumi adalah eksistensi gereja. Berkembanglah atau punah! Orientasi yang ketiga agak susah diberi sebuah nama, karena kepelbagaian metodologi yang digunakan dalam studi yang membatasi diri pada tema-tema spesifik. Membatasi diri bukan berarti menyempit, karena umumnya studi-studi tersebut justru menjadi sangat mendalam, meski tidak meluas sebagaimana yang dilakukan dalam studi-studi sejarah teologi yang lebih tua.
Bukan cuma gereja tetapi juga berbagai lembaga Kristen maupun lembaga publik/umum lainnya yang se... more Bukan cuma gereja tetapi juga berbagai lembaga Kristen maupun lembaga publik/umum lainnya yang secara sadar-tak sadar, secara sengaja-tak sengaja, menggunakan pokok-pokok khas dalam teologi Calvinis: kedaulatan dan kemuliaan Allah, kebobrokan manusia, pentingnya pendidikan seumur hidup, perlunya hidup yang disiplin dan teratur, dst.
Between 1965 and 1980, the Indonesian government issued three religious policies. These had both ... more Between 1965 and 1980, the Indonesian government issued three religious policies. These had both positive and negative impacts on Christianity in Indonesia. As a positive impact, the Indonesian Council of Churches (DGI) and the Supreme Council of Indonesian Bishops (MAWI) were motivated to work together in lobbying the government. The policies also boosted the growth of local leadership in Catholic churches. However, the policies also brought a negative impact in that it became difficult for churches to obtain an IMB (Building Permit). In mid-eighties, Christianity could still perform religious services in churches without any disturbances, but after the 1990s, churches with no Building Permit were banned by some radical Islamic organizations. Preaching the gospel was considered violation of the law and a Christian could be sent to prison for performing this activity.
Its former name was Dewan Gereja-gereja Indonesia (DGI = Indonesian Council of Churches), founded... more Its former name was Dewan Gereja-gereja Indonesia (DGI = Indonesian Council of Churches), founded in 1950. In 1984 DGI changed its name into Persekutuan Gerejagereja di Indonesia (PGI = Indonesian Communion of Churches). 3 See the complete text and its translation in Appendix E.
Page1 KONVEN CALON PENDETA, PENDETA, DAN PENDETA EMERITUS GKI SW JAWA TENGAH SEMARANG. RABU 9 AGU... more Page1 KONVEN CALON PENDETA, PENDETA, DAN PENDETA EMERITUS GKI SW JAWA TENGAH SEMARANG. RABU 9 AGUSTUS 2017 BATASANNYA Tulisan ini merupakan tinjauan profil gerejawi dalam perkembangan sejarahnya. Kiranya gambaran deskriptif ini menolong percakapan lanjutan ketika GKI akan memasuki pembahasan teologi jabatan (yang lebih mendalam).
Reformed Church Kwitang in Jakarta has it's typical and unique traits. Those traits are worth to ... more Reformed Church Kwitang in Jakarta has it's typical and unique traits. Those traits are worth to mention as they might serve as historical stand points.
a story of the oldest reformed church in Bandung; this particular church was different than the ... more a story of the oldest reformed church in Bandung; this particular church was different than the older church (Protestant Church in Dutch East Indie or Protestantse Kerk in Nederlands Indie) but using the same main language (Dutch). It is also different from the younger churches in Bandung (i.e. the chinese Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee, and sundanese Gereja Kristen Pasundan), but later on this church joined the synod of GKI (an evolution of THKTKH).
PANDANGAN PERSETIA, KOLITI, KIPTI menanggapi beberapa pasal dan penjelasan pasal dalam Undang-und... more PANDANGAN PERSETIA, KOLITI, KIPTI menanggapi beberapa pasal dan penjelasan pasal dalam Undang-undang RI no. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
Posting ini merupakan bagian pertama dari seri PTT di Indonesia (diposting 23 November 2015)
PROSIDISNG: RAPAT ANGGOTA XIII PERSETIA - Batu- Malang, 8-12 Juni 2014, Sep 2014
Dokumentasi PERSETIA 1963-2014 ditinjau dengan pendekatan historis untuk memperlihatkan pergumula... more Dokumentasi PERSETIA 1963-2014 ditinjau dengan pendekatan historis untuk memperlihatkan pergumulan dan pencapaian asosiasi pendidikan tinggi teologi tertua di Indonesia.
unpublished paper presented for ordained ministers in GKIsw Jawa Barat, 2013
JABATAN GEREJAWI (khususnya ordained ministry) dalam perspektif sejarah Kekristenanpendekatan seg... more JABATAN GEREJAWI (khususnya ordained ministry) dalam perspektif sejarah Kekristenanpendekatan segitiga: tradisi, organisasi, dan konteks. 1 Yusak Soleiman 2 Ada banyak sudut pandang sejarah untuk mendekati subyek Jabatan Gerejawi dalam perjalanan sejarah Kekrsitenan. Untuk percakapan kali ini saya menganjurkan kita mendekatinya dari tiga sudut pandang: tradisi, organisasi, dan konteks. Dua yang pertama adalah pendekatan yang paling sering dipergunakan di dalam berbagai tradisi gereja. Misalnya istilah apostolic succession sudah berbicara sangat jelas betapa tradisi adalah konsep dasar yang penting. Pemisahan dan penamaan jabatan-jabatan tertentu di dalam gereja dengan sangat jelas memperlihatkan pentingnya organisasi, atau bahkan hirarki di dalam percakapan mengenai jabatan gerejawi. GKI pernah ingin menghapus semua jabatan gereja kecuali jabatan penatua atau tua-tua. Hal ini sejalan dengan kegandrungan GKI dengan persoalan organisasi. Dalam tulisan pendek ini saya akan melakukan tugas sebagai sejarawan, yaitu memberikan perspektif atas perkembangan percakapan dan praktik yang dijalankan gerejagereja menyangkut jabatan gerejawi. Tiga pendekatan ini akan menolong kita untuk menempatkan berbagai konsep dan pemberlakuan jabatan gerejawi yang berbeda-beda maupun yang memiliki kemiripan satu sama lain di dalam beberapa periode dan bermacam-macam komunitas yang mempraktikkannya. Kita akan memeriksa pilihanpilihan yang pernah diambil dan dipergunakan di GKI, dan mencoba memahami mengapa 1 Pertama kali disampaikan dalam Diskusi Teologi Komisi Pengkajian Teologi GKI, Senin 10 Juni 2013. Naskah ini diisampaikan ulang sebagai kuliah umum di STT GKS Lewa, Sumba pada tanggal ** September 2013. 2 Anggota KPT GKI; Pendeta GKI; Sejarawan pada Pusat Dokumentasi Sejarah Gereja Indonesia dan dosen di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Wakil sekretaris Perhimpunan Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia (PERSETIA), periode kepengurusan 2010-2014. Belajar sejarah di Universitas Leiden dan VrijeUniversiteit Amsterdam, sejak 2003; belajar teologi di STT Jakarta dan Universitas Groningen, sejak 1984, belajar tentang kehidupan gereja sejak 1982.
unpublished paper - presented at Persetia's study institut on church architecture & liturgy
Jemaat Kristen perdana mula-mula masih menganggap dirinya sebagai bagian dari keyahudian, sehingg... more Jemaat Kristen perdana mula-mula masih menganggap dirinya sebagai bagian dari keyahudian, sehingga mereka beribadat tak beda dengan orang Yahudi. Setelah terjadi perpisahan dengan keyahudian sampai dengan toleransi umum atas Kekristenan (edik Milano), mulailah kisah rumah peribadatan Kristen. Indikasi awal dapat ditemukan dalam beberapa tulisan PB, yang menunjukkan adanya rumah-rumah orang-orang kaya yang menjadi tempat perkumpulan ibadat (Jensen 2008. 581). Jemaat berkumpul di ruang tamu atau ruang makan. Bersama dengan berjalannya waktu dan pertumbuhan jumlah jemaat, mereka mulai menggunakan gedung-gedung tertentu untuk beribadat, bahkan pada akhir abad III mereka sudah memiliki sendiri gedung-gedung (rumah, bekas toko, bekas gudang yang direnovasi untuk keperluan beribadat) (Jensen. 582).
tema-tema tertentu. Yang pertama bisa disebut orientasi kepada sejarah dogma, karena dalam pertar... more tema-tema tertentu. Yang pertama bisa disebut orientasi kepada sejarah dogma, karena dalam pertarungan di 'pasar' teologi pengakuan sebuah paham sebagai dogma merupakan formalisasi dari sebuah paham yang unggul pada zamannya. Sejarah ditulis oleh para pemenang! Orientasi yang kedua disebut orientasi kepada sejarah missi, karena perkembangan dan perluasan Kekristenan umumnya dipahami sebagai hakikat terpenting di dalam Kekristenan. Mewartakan Kabar Baik ke segala penjuru bumi adalah eksistensi gereja. Berkembanglah atau punah! Orientasi yang ketiga agak susah diberi sebuah nama, karena kepelbagaian metodologi yang digunakan dalam studi yang membatasi diri pada tema-tema spesifik. Membatasi diri bukan berarti menyempit, karena umumnya studi-studi tersebut justru menjadi sangat mendalam, meski tidak meluas sebagaimana yang dilakukan dalam studi-studi sejarah teologi yang lebih tua.
Bukan cuma gereja tetapi juga berbagai lembaga Kristen maupun lembaga publik/umum lainnya yang se... more Bukan cuma gereja tetapi juga berbagai lembaga Kristen maupun lembaga publik/umum lainnya yang secara sadar-tak sadar, secara sengaja-tak sengaja, menggunakan pokok-pokok khas dalam teologi Calvinis: kedaulatan dan kemuliaan Allah, kebobrokan manusia, pentingnya pendidikan seumur hidup, perlunya hidup yang disiplin dan teratur, dst.
Istilah ulama jarang dipergunakan dalam Kekristenan. Istilah ulama dipergunakan saat ini karena m... more Istilah ulama jarang dipergunakan dalam Kekristenan. Istilah ulama dipergunakan saat ini karena memiliki kesejajaran dengan istilah teolog sebagaimana yang dikenal dalam Kekristenan. Di dalam tradisi Kristen para teolog-yang meninggalkan tulisan, pengajaran, dan pengikut atau murid-memiliki pengaruh sebagaimana halnya ulama dalam masyarakat Indonesia. Tulisan ini secara sengaja tidak menggunakan istilah teolog, dan sebagai gantinya menggunakan istilah ulama. Penggunaan istilah ulama dimaksudkan untuk menghilangkan kesan eksklusif agama tertentu (Kekristenan) dan merangkul penggunaan istilah yang lebih umum dalam bahasa Indonesia. Istilah kriminalisasi sengaja dipergunakan untuk memperlihatkan sebuah kenyataan masa lampau yang dialami oleh para ulama karena tindakannya sendiri dan/atau oleh tekanan di dalam masyarakat. Para ulama sebagai pencari (the seeker) dan pemberita (the missionary) kebenaran (the truth)-menurut keyakinan masing-masing-harus memikul tanggungjawab dan konsekwensi atas pilihan-pilihan yang diambilnya, termasuk dianggap telah melakukan kesalahan atau kejahatan. Tidak akan diperdebatkan bagaimana para ulama ini menilai dirinya. Tulisan ini hendak memperlihatkan apa dan bagaimana masyarakat dan kekuasaan menganggap para ulama kriminal. Kriminalisasi Ulama dalam pembahasan kali ini memberi perhatian pada empat aspek kejahatan ulama dalam sejarah sebagaimana yang dialami oleh Kekristenan: subversif, pembelot, provokator, dan pemberontak. Untuk keempat hal ini para ulama Kristen dianggap melakukan kejahatan dan menerima hukuman.
Uploads
Papers by Yusak SOLEIMAN
Posting ini merupakan bagian pertama dari seri PTT di Indonesia (diposting 23 November 2015)
slides by Yusak SOLEIMAN
Posting ini merupakan bagian pertama dari seri PTT di Indonesia (diposting 23 November 2015)