In human life, the position of marriage is very fundamental. The meaning of marriage, in history,... more In human life, the position of marriage is very fundamental. The meaning of marriage, in history, can differ from one era to another era. This papper attemps to examine the meaning of marriage in UU No.
Abstrak Tulisan ini mencoba untuk melihat prinsip-prinsip pembacaan kontemporer yang dirumuskan o... more Abstrak Tulisan ini mencoba untuk melihat prinsip-prinsip pembacaan kontemporer yang dirumuskan oleh al-Jabiri, sekaligus melihat kritik beliau terhadap cara baca lainnya. Pun demikian, tulisan ini juga mencoba untuk melihat signifikansi prinsip-prinsip pembacaan kontemporer tersebut terhadap pemikiran dan kajian keislaman. Untuk mengurai masalah ini, penulis melakukan studi kepustakaan dengan meneliti salah satu karya dari al-Jabiri, Nahnu wal al-Turats; Qira'ah Mu'ashirah fi Turatsina al-Falsafi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ketertinggalan pemikiran Islam dan kegagalan umat Islam mewujudkan kebangkitan disebabkan oleh kesalahan mereka dalam memperlakukan dan membaca turats yang ada di hadapan mereka. Untuk itu, perlu dilakukan pembacaan baru yang oleh al-Jabiri diistilahkan dengan pembacaan kontemporer (Qira'ah Mu'ashirah). Selain itu, cara baca baru yang dirumuskan al-Jabiri sangat relevan dan signifikan untuk dijadikan pilihan dalam melakukan pembacaan terhadap teks-teks yang ada di hadapan umat Islam.
Tulisan ini mencoba untuk mengkaji dan menjelaskan bagaimana cara pembacaan yang ideal terhadap w... more Tulisan ini mencoba untuk mengkaji dan menjelaskan bagaimana cara pembacaan yang ideal terhadap warisan intelektual (turas) Islam. Turas, dalam kehidupan masyarakat Muslim, tak hanya dijadikan obyek yang dibaca, namun juga menjadi salah satu pembentuk sistem pengetahuan mereka. Untuk menjawab permasalahan ini, penulis melakukan studi kepustakaan dengan mengkaji pelbagai literatur yang membahas masalah turas, khususnya karya Abed al-Jabiri, Nahnu wa al-Turas Qira'ah Mu'ashirah fi turasina al-Falsafi. Kajian menghasilkan kesimpulan bahwa teori pembacaan kontemporer (al-Qira'ah al-Mu'ashirah) yang digagas al-Jabiri dapat dijadikan salah satu metode pembacaan ideal terhadap turas. Pun demikian, pembacaan terhadap turas seharusnya tidak hanya mencari arti, namun juga signifikansi. Kata kunci: Turas, Pembacaan Kontemporer, Arti, Signifikansi A. Pendahuluan Dewasa ini, kajian keislaman (Islamic studies) dapat dikatakan mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Islam 1 tidak lagi dipahami hanya sebagai dogma normatif yang tidak boleh dikaji dan dikembangkan menggunakan perspektif baru. 2 Dalam kajian keislaman modern, Islam tidak lagi diposisikan sebagai subjek, melainkan sebagai objek yang dapat dikaji menggunakan berbagai macam pendekatan (approachs). Pendekatan, dalam satu kajian keilmuan mempunyai peran yang sangat signifikan. Hasil dan kualitas dari sebuah kajian dapat dilihat dari pendekatan yang digunakan. 3 Islam termasuk agama dengan tradisi keilmuan yang patut dibanggakan. Tradisi keilmuan Islam yang termanifestasi dalam banyak karya menjadi salah satu bukti bahwa tradisi keilmuan Islam mempunyai akar yang sangat kuat. Berbagai karya dengan ragam disiplin, dari masa klasik hingga kontemporer, dengan mudah dapat kita temukan. Khazanah-khazanah klasik, yang dalam kajian keislaman diistilahkan dengan turas 4 , tetap 1 Kata Islam sendiri merujuk pada tiga makna: (1) Islam pada level teks asli (the original text); (2) Islam pada level pemahama; dan (3) Islam pada level praktek. Lihat Khoiruddin Nasution, Pengantar dan Pemikiran Hukum Keluarga (Perdata) Islam Indonesia, (Yogyakarta: Tazzafa, 2007), hlm. 109-110. 2 Agama, termasuk dalam Islam, dalam diskursus kontemporer tak lagi diperlihatkan dengan satu wajah; berisi masalah ketuhanan, ritus-ritus, akidah, kredo, dan hal-hal normatif lainnya. Dalam kajian kontemporer, agama diposisikan sebagai fenomena budaya dan sosial yang dapat dikaji dengan pelbagai pendekatan. Lihan Amin Abdullah, "Rekonstruksi Metodologi Studi Agama dalam Masyarakat Multikultural dan Multirelegius", dalam Pramono U. Tanthowi (ed.), Begawan Muhammadiyah; Bunga Rampai Pidato Pengukuhan Guru Besar Tokoh Muhammadiyah, (Jakarta: Pusan Studi Agama dan Peradaban , 2005), hlm. 5. 3 H.M Atho' Mudzhar, "Pendekatan Sosiologi dalam Studi Hukum Islam", dalam Amin Abdullah dkk., Mencari Islam; Studi Islam dengan Berbagai Pendekatan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2000), hlm. 27. 4 Kata turas dalam pengertian tradisi tidak dikenal dalam Al-Qur'an, kecuali dalam arti peninggalan orang yang telah meninggal. Karenanya, yang dimaksud turas (tradisi) adalah sesuatu yang lahir pada masa lalu, baik masa lalu
This paper attempts to discuss two things. First, the history of family law reform in the Muslim ... more This paper attempts to discuss two things. First, the history of family law reform in the Muslim world. Second, Qasim Amin thoughtful contributions to the process of family law reform happening in the Muslim world. Apart from the two abovementioned problems, the authors conducted a literature study by tracing the history of literature to review family law reform in the Muslim world, and the work of Qasim Amin himself, Tah}ri>r al-mar'ah. These studies come to the conclusion that the process of family law reform happening in the Muslim world is not born out naturally. The reform was born due to the fact that the conventional family law is not in accordance with the challenges of the times. Being the fundamental purpose of Islamic family law reform is to raise the status of women, in which the conventional family law, women tend to be placed as a subordinate. Even so, the contribution of Qasim Amin in the process of family law reform happening in the Muslim world can be traced from his idea of social reform project (al-Is}la>h} al-ijtima>i). For Amin, the process of social reform would only be successful if there is a family law has been updated and brought in line with the demands of the times. The ideas of family law reform, primarily on three crucial themes, marriage, polygamy, and divorce, have been said in Amin's first work, Tah}ri>r al-mar'ah (1899).
Women's liberation movement (feminism) rose up when the practice of marginalization and subordina... more Women's liberation movement (feminism) rose up when the practice of marginalization and subordination occurs. They were Qasim Amin and Jamal al-Banna, the two Muslim feminist from different generations, who tried to decipher the discourse of liberation against women. This paper concerns to discuss the idea of the two figures. To analyze this problem, the authors conducted a literature study to assess the work of both of which relate to the problems of women, Tahrir al-Mar'ah by Qasim Amin and Al-Mar'ah al-Muslimah bayna Tahrir Al-Qur'an wa Taqyid al-Fuqaha' by Jamal al-Banna. These studies lead to the conclusion that the discourse of women's liberation initiated by Amin and Jamal cannot be separated from the paradigm of feminism owned by each figure. Both Amin and Jamal stated that the practice of marginalization and subordination of women is not from the nature of religion, but it was from the culture and misunderstanding on religious teachings.
This paper attempts to discuss Najmuddīn al-Ṭūfī's thought on maslahah, as well as see the extent... more This paper attempts to discuss Najmuddīn al-Ṭūfī's thought on maslahah, as well as see the extent of his liberal idea. In order to unravel this problem, the author conducted a literature review to examine al-Ṭūfī's work, Risālah fī Ri'āyah al-Maṣlaḥaḥ. This study resulted in two conclusions. First, al-Ṭūfī's thought on maslahah is quite controversial because it is delivered with provocative words. Al-Ṭūfī states that in case of confl ict between naṣ and masalahah, the precedence is maslahah using Takhṣīs and Tabyīn mechanisms. Second, al-Ṭūfī's thought can't be put into the category of liberal thought. Since, although al-Ṭūfī states the permissibility displacing the position of naṣ with maslahah, the process must be carried out with the Takhṣīṣ and Tabyīn mechanisms which are already popular practiced in Islamic Legal thoughts.
In human life, the position of marriage is very fundamental. The meaning of marriage, in history,... more In human life, the position of marriage is very fundamental. The meaning of marriage, in history, can differ from one era to another era. This papper attemps to examine the meaning of marriage in UU No.
Abstrak Tulisan ini mencoba untuk melihat prinsip-prinsip pembacaan kontemporer yang dirumuskan o... more Abstrak Tulisan ini mencoba untuk melihat prinsip-prinsip pembacaan kontemporer yang dirumuskan oleh al-Jabiri, sekaligus melihat kritik beliau terhadap cara baca lainnya. Pun demikian, tulisan ini juga mencoba untuk melihat signifikansi prinsip-prinsip pembacaan kontemporer tersebut terhadap pemikiran dan kajian keislaman. Untuk mengurai masalah ini, penulis melakukan studi kepustakaan dengan meneliti salah satu karya dari al-Jabiri, Nahnu wal al-Turats; Qira'ah Mu'ashirah fi Turatsina al-Falsafi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ketertinggalan pemikiran Islam dan kegagalan umat Islam mewujudkan kebangkitan disebabkan oleh kesalahan mereka dalam memperlakukan dan membaca turats yang ada di hadapan mereka. Untuk itu, perlu dilakukan pembacaan baru yang oleh al-Jabiri diistilahkan dengan pembacaan kontemporer (Qira'ah Mu'ashirah). Selain itu, cara baca baru yang dirumuskan al-Jabiri sangat relevan dan signifikan untuk dijadikan pilihan dalam melakukan pembacaan terhadap teks-teks yang ada di hadapan umat Islam.
Tulisan ini mencoba untuk mengkaji dan menjelaskan bagaimana cara pembacaan yang ideal terhadap w... more Tulisan ini mencoba untuk mengkaji dan menjelaskan bagaimana cara pembacaan yang ideal terhadap warisan intelektual (turas) Islam. Turas, dalam kehidupan masyarakat Muslim, tak hanya dijadikan obyek yang dibaca, namun juga menjadi salah satu pembentuk sistem pengetahuan mereka. Untuk menjawab permasalahan ini, penulis melakukan studi kepustakaan dengan mengkaji pelbagai literatur yang membahas masalah turas, khususnya karya Abed al-Jabiri, Nahnu wa al-Turas Qira'ah Mu'ashirah fi turasina al-Falsafi. Kajian menghasilkan kesimpulan bahwa teori pembacaan kontemporer (al-Qira'ah al-Mu'ashirah) yang digagas al-Jabiri dapat dijadikan salah satu metode pembacaan ideal terhadap turas. Pun demikian, pembacaan terhadap turas seharusnya tidak hanya mencari arti, namun juga signifikansi. Kata kunci: Turas, Pembacaan Kontemporer, Arti, Signifikansi A. Pendahuluan Dewasa ini, kajian keislaman (Islamic studies) dapat dikatakan mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Islam 1 tidak lagi dipahami hanya sebagai dogma normatif yang tidak boleh dikaji dan dikembangkan menggunakan perspektif baru. 2 Dalam kajian keislaman modern, Islam tidak lagi diposisikan sebagai subjek, melainkan sebagai objek yang dapat dikaji menggunakan berbagai macam pendekatan (approachs). Pendekatan, dalam satu kajian keilmuan mempunyai peran yang sangat signifikan. Hasil dan kualitas dari sebuah kajian dapat dilihat dari pendekatan yang digunakan. 3 Islam termasuk agama dengan tradisi keilmuan yang patut dibanggakan. Tradisi keilmuan Islam yang termanifestasi dalam banyak karya menjadi salah satu bukti bahwa tradisi keilmuan Islam mempunyai akar yang sangat kuat. Berbagai karya dengan ragam disiplin, dari masa klasik hingga kontemporer, dengan mudah dapat kita temukan. Khazanah-khazanah klasik, yang dalam kajian keislaman diistilahkan dengan turas 4 , tetap 1 Kata Islam sendiri merujuk pada tiga makna: (1) Islam pada level teks asli (the original text); (2) Islam pada level pemahama; dan (3) Islam pada level praktek. Lihat Khoiruddin Nasution, Pengantar dan Pemikiran Hukum Keluarga (Perdata) Islam Indonesia, (Yogyakarta: Tazzafa, 2007), hlm. 109-110. 2 Agama, termasuk dalam Islam, dalam diskursus kontemporer tak lagi diperlihatkan dengan satu wajah; berisi masalah ketuhanan, ritus-ritus, akidah, kredo, dan hal-hal normatif lainnya. Dalam kajian kontemporer, agama diposisikan sebagai fenomena budaya dan sosial yang dapat dikaji dengan pelbagai pendekatan. Lihan Amin Abdullah, "Rekonstruksi Metodologi Studi Agama dalam Masyarakat Multikultural dan Multirelegius", dalam Pramono U. Tanthowi (ed.), Begawan Muhammadiyah; Bunga Rampai Pidato Pengukuhan Guru Besar Tokoh Muhammadiyah, (Jakarta: Pusan Studi Agama dan Peradaban , 2005), hlm. 5. 3 H.M Atho' Mudzhar, "Pendekatan Sosiologi dalam Studi Hukum Islam", dalam Amin Abdullah dkk., Mencari Islam; Studi Islam dengan Berbagai Pendekatan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2000), hlm. 27. 4 Kata turas dalam pengertian tradisi tidak dikenal dalam Al-Qur'an, kecuali dalam arti peninggalan orang yang telah meninggal. Karenanya, yang dimaksud turas (tradisi) adalah sesuatu yang lahir pada masa lalu, baik masa lalu
This paper attempts to discuss two things. First, the history of family law reform in the Muslim ... more This paper attempts to discuss two things. First, the history of family law reform in the Muslim world. Second, Qasim Amin thoughtful contributions to the process of family law reform happening in the Muslim world. Apart from the two abovementioned problems, the authors conducted a literature study by tracing the history of literature to review family law reform in the Muslim world, and the work of Qasim Amin himself, Tah}ri>r al-mar'ah. These studies come to the conclusion that the process of family law reform happening in the Muslim world is not born out naturally. The reform was born due to the fact that the conventional family law is not in accordance with the challenges of the times. Being the fundamental purpose of Islamic family law reform is to raise the status of women, in which the conventional family law, women tend to be placed as a subordinate. Even so, the contribution of Qasim Amin in the process of family law reform happening in the Muslim world can be traced from his idea of social reform project (al-Is}la>h} al-ijtima>i). For Amin, the process of social reform would only be successful if there is a family law has been updated and brought in line with the demands of the times. The ideas of family law reform, primarily on three crucial themes, marriage, polygamy, and divorce, have been said in Amin's first work, Tah}ri>r al-mar'ah (1899).
Women's liberation movement (feminism) rose up when the practice of marginalization and subordina... more Women's liberation movement (feminism) rose up when the practice of marginalization and subordination occurs. They were Qasim Amin and Jamal al-Banna, the two Muslim feminist from different generations, who tried to decipher the discourse of liberation against women. This paper concerns to discuss the idea of the two figures. To analyze this problem, the authors conducted a literature study to assess the work of both of which relate to the problems of women, Tahrir al-Mar'ah by Qasim Amin and Al-Mar'ah al-Muslimah bayna Tahrir Al-Qur'an wa Taqyid al-Fuqaha' by Jamal al-Banna. These studies lead to the conclusion that the discourse of women's liberation initiated by Amin and Jamal cannot be separated from the paradigm of feminism owned by each figure. Both Amin and Jamal stated that the practice of marginalization and subordination of women is not from the nature of religion, but it was from the culture and misunderstanding on religious teachings.
This paper attempts to discuss Najmuddīn al-Ṭūfī's thought on maslahah, as well as see the extent... more This paper attempts to discuss Najmuddīn al-Ṭūfī's thought on maslahah, as well as see the extent of his liberal idea. In order to unravel this problem, the author conducted a literature review to examine al-Ṭūfī's work, Risālah fī Ri'āyah al-Maṣlaḥaḥ. This study resulted in two conclusions. First, al-Ṭūfī's thought on maslahah is quite controversial because it is delivered with provocative words. Al-Ṭūfī states that in case of confl ict between naṣ and masalahah, the precedence is maslahah using Takhṣīs and Tabyīn mechanisms. Second, al-Ṭūfī's thought can't be put into the category of liberal thought. Since, although al-Ṭūfī states the permissibility displacing the position of naṣ with maslahah, the process must be carried out with the Takhṣīṣ and Tabyīn mechanisms which are already popular practiced in Islamic Legal thoughts.
Uploads
Papers by Syaiful Bahri