Papers by Diatioku Gultom

9905817017 Karman (990581700 PENDIDIKAN BAHASA PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2018 1 KA... more 9905817017 Karman (990581700 PENDIDIKAN BAHASA PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2018 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami sebagai penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, maka kami sebagai penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, yang merupakan tugas mata kuliah Teori, Apresiasi, dan Pengajaran Sastra pada program Pendidikan Bahasa, Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. Terselesaikannya penyusunan makalah ini, tentu saja tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Jakarta, 2 Mei 2018 Penulis 2 PENELITIAN CYBERSASTRA A. SELUK BELUK CYBERSASTRA Istilah cybersastra mulai populer memang baru belakang ini. Sejak tahun 2001 baru merebak istilah demikian yakni pada saat budaya internet mulai berkembang di Negara kita. Melalui internet tersebut, muncul cybersastra. Apapun yang terjadi, kehadiran cybersastra seakan-akan telah menabuh "gong besar" dunia sastra. Para peneliti pun mulai melirik ke arah itu, kritikus sastra mulai membidik, dan para esais sastra mulai curiga. Berarti, munculnya cybersastra mampu mengetuk pintu-pintu pemerhati sastra yang hampir terkunci. Dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi, cybersastra tampaknya akan semakin berkembang. Seiring dengan itu pula, perhatian peneliti sastra semakin kerepotan untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi dan akan terjadi melalui cybersastra. Apakah cybersastra memang telah memliki etos yang mapan,seperti halnya sastra koran dan buku? Kecuali itu,apakah sebenarnya yang melatarbelakangi cybersastra? Jangan-jangan terobosan imovatif sastra ini justru menimbulkan salah paham dan simpang siur. Hal ini patut dicatat, sebab ada yang berasumsi bahwa cybersastra sekedar karya orang yang kurang kerjaan. Asumsi ini memang menyakitkan, karena itu peneliti sastra memang terbebani tugas untuk mengkaji lebih jauh komunitas cybersastra itu sendiri. Istilah cybersastra, dapat dirunut dari asal katanya. Cyber, dalam bahasa inggris tidaklah berdiri sendiri, Melainkan terjalin dengan kata lain seperti cyberspace, cybernate, cybernetics. Cyberspace berarti ruang (berkomputer) yang saling terjalin membentuk budaya dikalangan mereka. Cybernate, berarti pengendalian proses menggunakan komputer. Cybernetics berarti mangacu pada sistem kendali otomatis, baik dalam sistem computer (elektronik) maupun jaringan syaraf. Dari pengertian ini dapat dikemukakan bahwa cybersastra adalah aktivitas sastra yang memanfaatkan komputer atau internet. Munculnya cybersastra telah menyuguhkan realitas tersendiri bagi pemiliti sastra. Paling tidak, peniliti akan tersedot pada tradisi para penulis. Oleh karena gerakan cybersastra sekaligus menghendaki keterampilan bermain internet, tentu saja tak semua penulis mampu menuju ke situ. Hanya penulis yang gigh dan mau mengikuti perkembangan arus globalisasi saja yang terpanggil ke cybersastra. Penulis yang masih mengandalkan tradisi lama, memanfaatkan mesin ketik manual, tulis tangan, dan komputer sederhana, tentu tidak bergegas bermain internet. Karena itu, karya yang dihasilkan pun bukan cybersastra, melainkan sastra cetak dan kopi. Jadi cybersastra tetap berkaitan dengan skill dan kemajuan 3 teknologi komunikasi. Dari sini, akan muncul pula sebuah komunitas baru dalam sastra, yaitu komunitas cybersastra. Penulis tertarik terjun ke cybersastra dengan ada beberapa alasan. Pertama, mungkin mereka ingin mencari model baru, kreativitas, dan ingin meninggalkan tradisi lama yang menjenuhkan. Mereka menganggap bahwa cybersastra adalah ladang baru yang menjanjikan. Cybersastra akan lebih mewakili keinginan dan daya juang kreativitas karena masih terbatas yang berminat ke situ. Daya saing mereka pun masih terbatas, sehingga karya seperti apa saja,akan semakin diakui eksisstensinya. Kedua, mereka ada yang segera ingin mencari popularitas. Lewat cybersastra yang terbatas komunitasnya, sebaliknya diri pengarang dapat mudah tersebar keseluruh penjuru dunia. Nama mereka tak perlu harus melewati wisuda khusus. Nama penulis akan terangkat dan segera terkenal keseluruh jaringan cyber. Ketiga,ada di antara mereka yang sekadar iseng bermain internet dan ingin meloloskan diri dari penjara sastra koran. Mereka beranggapan bahwa sastra koran dan buku, terlalu hegemonik. masing-masing penerbit memiliki strategi, ada model "KKN" (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) di dalamnya, sehingga tak semua karya tulis pemulat tercakupnya. Itulah sebabnya, cybersastra menjadi tawaran yang menarik. Berarti Cybersastra menjadi ladang menjebol sistem sastra yang pernah ada,yaitu sistem yang tak kondusif. Dari beberapa alasan diatas,peneliti sastra dapat menggali lebih jauh alasan-alasan penulis cyber, pengayom cybersastra, dan sebagainya. Kajian semacam ini memerlukan model-model penelitian sastra khusus. Boleh saja, ketika peneliti tertarik pada masalah latar belakang penulis Cybersastra, lalu meminjam model kajian sosiologi sastra dan psikologi sastra. Jika peneliti tertarik pada pemanfaatan arus komunikasi, dapat saja peneliti menggunakan kajian postkolinial. Pada saat peneliti mabuk dengan teks-teks aneh Cybersastra, yang sulit didekati dengan model tradisional, peneliti dapat menggunakan dekonstruksi dan seterusnya. Pendek kata,kajian Cybersastra masih terbuka luas bagi peneliti. Hal ini tergantung apa yang dimaui peneliti sendiri. Jadi,tegasnya cybersastra bukan model kajian ,melainkan sebuah "wilayah kajian" cybersastra menjadi bahan kajian, bukan sebagai"cara pandang". Sebagai bahan kajian, cybersastra telah menyuguhkan fenomena unik, kreatif, dan menantang peneliti sastra. Oleh karena wilayah garap ini tergolong mutakhir, seyogyanya pemanfaatan modal penelitian terbarupun lebih signifikan jika dimanfaatkan.
Uploads
Papers by Diatioku Gultom