Hutan mangrove memegang peranan krusial dalam mendukung kehidupan biota laut di ekosistem pesisir... more Hutan mangrove memegang peranan krusial dalam mendukung kehidupan biota laut di ekosistem pesisir. Sayangnya, keberadaan hutan mangrove di Kabupaten Kepulauan Meranti mengalami degradasi yang berdampak negatif pada fungsi ekologis, sosial, dan ekonomi masyarakat setempat. Pemerintah daerah dan komunitas lokal telah berupaya secara berkelanjutan untuk meminimalisir kerusakan hutan mangrove. Salah satu langkah yang diambil adalah melalui budidaya kepiting bakau dengan sistem sylvofishery. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan melalui jurnaljurnal di internet yang membahas mengenai budidaya kepiting bakau dengan sistem silvofishery. Data dan informasi diperoleh dari penelusuran, analisis data, serta tinjauan terhadap hasil penelitian dan laporan kegiatan yang terkait dengan budidaya kepiting bakau menggunakan sistem silvofishery. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi pengembangan budidaya laut di Kabupaten Kepulauan Meranti tersebar di beberapa pulau seperti Pulau Padang, Tebing Tinggi, dan Pulau Rangsang, dengan luas lahan mencapai 438 ha. Lokasi budidaya yang luas didukung oleh kualitas perairan yang baik, membuatnya cocok untuk pengembangan budidaya kepiting dengan sistem sylvofishery. Pemeliharaan kepiting bakau dengan sistem sylvofishery ini memiliki siklus budidaya yang singkat, namun dapat memberikan keuntungan yang besar perbulannya. Selain memberikan manfaat ekonomi, praktik silvofishery juga dapat menjaga kelestarian hutan mangrove dari potensi kerusakan oleh aktivitas usaha manusia Kata Kunci: Kepiting Bakau; Silvofishery dan Kabupaten Kepulauan Meranti
Hutan mangrove memegang peranan krusial dalam mendukung kehidupan biota laut di ekosistem pesisir... more Hutan mangrove memegang peranan krusial dalam mendukung kehidupan biota laut di ekosistem pesisir. Sayangnya, keberadaan hutan mangrove di Kabupaten Kepulauan Meranti mengalami degradasi yang berdampak negatif pada fungsi ekologis, sosial, dan ekonomi masyarakat setempat. Pemerintah daerah dan komunitas lokal telah berupaya secara berkelanjutan untuk meminimalisir kerusakan hutan mangrove. Salah satu langkah yang diambil adalah melalui budidaya kepiting bakau dengan sistem sylvofishery. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan melalui jurnaljurnal di internet yang membahas mengenai budidaya kepiting bakau dengan sistem silvofishery. Data dan informasi diperoleh dari penelusuran, analisis data, serta tinjauan terhadap hasil penelitian dan laporan kegiatan yang terkait dengan budidaya kepiting bakau menggunakan sistem silvofishery. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi pengembangan budidaya laut di Kabupaten Kepulauan Meranti tersebar di beberapa pulau seperti Pulau Padang, Tebing Tinggi, dan Pulau Rangsang, dengan luas lahan mencapai 438 ha. Lokasi budidaya yang luas didukung oleh kualitas perairan yang baik, membuatnya cocok untuk pengembangan budidaya kepiting dengan sistem sylvofishery. Pemeliharaan kepiting bakau dengan sistem sylvofishery ini memiliki siklus budidaya yang singkat, namun dapat memberikan keuntungan yang besar perbulannya. Selain memberikan manfaat ekonomi, praktik silvofishery juga dapat menjaga kelestarian hutan mangrove dari potensi kerusakan oleh aktivitas usaha manusia Kata Kunci: Kepiting Bakau; Silvofishery dan Kabupaten Kepulauan Meranti
Uploads
Papers by Aditya Rahman