Kreativitas merupakan salah satu ciri umum pembelajaran matematika yang humanistik, yaitu pembela... more Kreativitas merupakan salah satu ciri umum pembelajaran matematika yang humanistik, yaitu pembelajaran matematika yang memanusiakan manusia. Kreativitas tersebut diwujudkan dengan memberi ruang bagi siswa untuk memecahkan masalah dengan berbagai cara, menggunakan masalah yang menantang dan pertanyaan-pertanyaan yang terbuka, dan menempatkan siswa sebagai seorang penemu (inquirer), tidak hanya sebagai penerima fakta-fakta dan prosedur-prosedur. Ciri tersebut tampak nyata pada pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Terdapat beberapa ciri dan prinsip dari PMRI yang sejalan dengan konsep kreativitas atau berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika yang humanistik. Pada tulisan ini akan menguraikan ciri-ciri pembelajaran tersebut yang dapat mengembangkan kreativitas siswa. PENDAHULUAN Banyak pendapat yang mengatakan bahwa pengajaran matematika belum menekankan pada pengembangan daya nalar (reasoning), logika dan proses berpikir siswa. Pengajaran matematika umumnya didominasi oleh pengenalan rumus-rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada perhatian yang cukup terhadap pemahaman siswa. Selain itu, proses belajar mengajar hampir selalu berlangsung dengan metode ceramah yang mekanistik, dengan guru menjadi pusat dari seluruh kegiatan di kelas. Siswa mendengarkan, meniru atau mencontoh dengan persis sama cara yang diberikan guru tanpa inisiatif. Siswa tidak dibiarkan atau didorong mengoptimalkan potensi dirinya, mengembangkan penalaran maupun kreativitasnya. Pembelajaran matematika juga seolah-olah dianggap lepas untuk mengembangkan kepribadian siswa. Pembelajaran matematika dianggap hanya menekankan faktor kognitif saja, padahal pengembangan kepribadian sebagai bagian dari kecakapan hidup merupakan tugas semua mata pelajaran di sekolah. Pembelajaran yang demikian menjauhkan siswa dari sifat kemanusiaannya. Siswa seolah-olah dipandang sebagai robot atau benda/alat yang dipersiapkan untuk mengerjakan atau menghasilkan sesuatu. Guru melakukan demikian karena beberapa alasan, seperti diungkapkan Haglund (tanpa tahun), antara lain guru matematika tersebut tidak menyukai matematika dan sulit mengadaptasi strategi-strategi baru, guru memandang matematika sebagai hierarkhis yang harus diajarkan sesuai urutan kurikulum dan tidak perlu menambahkan tujuan lain, dan waktu yang digunakan dapat lebih cepat. Menghadapi kondisi itu, pembelajaran matematika harus mengubah citra dari pembelajaran yang mekanistis menjadi humanistik yang menyenangkan. Pembelajaran yang dulunya memasung kreativitas siswa menjadi yang membuka kran kreativitas. Pembelajaran yang dulu berkutat pada aspek kognitif menjadi yang berkubang pada semua aspek termasuk kepribadian
Kreativitas merupakan salah satu ciri umum pembelajaran matematika yang humanistik, yaitu pembela... more Kreativitas merupakan salah satu ciri umum pembelajaran matematika yang humanistik, yaitu pembelajaran matematika yang memanusiakan manusia. Kreativitas tersebut diwujudkan dengan memberi ruang bagi siswa untuk memecahkan masalah dengan berbagai cara, menggunakan masalah yang menantang dan pertanyaan-pertanyaan yang terbuka, dan menempatkan siswa sebagai seorang penemu (inquirer), tidak hanya sebagai penerima fakta-fakta dan prosedur-prosedur. Ciri tersebut tampak nyata pada pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Terdapat beberapa ciri dan prinsip dari PMRI yang sejalan dengan konsep kreativitas atau berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika yang humanistik. Pada tulisan ini akan menguraikan ciri-ciri pembelajaran tersebut yang dapat mengembangkan kreativitas siswa. PENDAHULUAN Banyak pendapat yang mengatakan bahwa pengajaran matematika belum menekankan pada pengembangan daya nalar (reasoning), logika dan proses berpikir siswa. Pengajaran matematika umumnya didominasi oleh pengenalan rumus-rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada perhatian yang cukup terhadap pemahaman siswa. Selain itu, proses belajar mengajar hampir selalu berlangsung dengan metode ceramah yang mekanistik, dengan guru menjadi pusat dari seluruh kegiatan di kelas. Siswa mendengarkan, meniru atau mencontoh dengan persis sama cara yang diberikan guru tanpa inisiatif. Siswa tidak dibiarkan atau didorong mengoptimalkan potensi dirinya, mengembangkan penalaran maupun kreativitasnya. Pembelajaran matematika juga seolah-olah dianggap lepas untuk mengembangkan kepribadian siswa. Pembelajaran matematika dianggap hanya menekankan faktor kognitif saja, padahal pengembangan kepribadian sebagai bagian dari kecakapan hidup merupakan tugas semua mata pelajaran di sekolah. Pembelajaran yang demikian menjauhkan siswa dari sifat kemanusiaannya. Siswa seolah-olah dipandang sebagai robot atau benda/alat yang dipersiapkan untuk mengerjakan atau menghasilkan sesuatu. Guru melakukan demikian karena beberapa alasan, seperti diungkapkan Haglund (tanpa tahun), antara lain guru matematika tersebut tidak menyukai matematika dan sulit mengadaptasi strategi-strategi baru, guru memandang matematika sebagai hierarkhis yang harus diajarkan sesuai urutan kurikulum dan tidak perlu menambahkan tujuan lain, dan waktu yang digunakan dapat lebih cepat. Menghadapi kondisi itu, pembelajaran matematika harus mengubah citra dari pembelajaran yang mekanistis menjadi humanistik yang menyenangkan. Pembelajaran yang dulunya memasung kreativitas siswa menjadi yang membuka kran kreativitas. Pembelajaran yang dulu berkutat pada aspek kognitif menjadi yang berkubang pada semua aspek termasuk kepribadian
Uploads
Papers by wida farida