
Arni Suka
Phone: 085290261642
Address: Pati - Jawa Tengah
Address: Pati - Jawa Tengah
less
Related Authors
Ahmad Shofiyuddin Ichsan
STIQ AN NUR YOGYAKARTA INDONESIA
edy saputra
STAIN GAJAH PUTIH TAKENGON, ACEH
Ayu Fitriah Sari
Universitas Singaperbangsa Karawang
Aguz Pu
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta
Sedana Suci
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa
Syafaat Ariful Huda
Stkip Kusuma Negara Jakarta
Nabilla L A Y Z A Nugroho
UNDIP SEMARANG
Dwi wulandari
STKIP SURYA
Uploads
Papers by Arni Suka
seperti perasaan susah, gelisah, dan cemas, hingga mereka mengalami sakit, depresi atau stres.
Berbagai cara ditempuh untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi agar hidup menjadi
tenang dan sehat. Salah satunya adalah mendatangi psikolog. Ternyata, banyak psikolog gagal
mengatasi masalah mereka. Makalah ini hadir untuk mengetahui penyebab kegagalan para
psikolog tersebut dalam mengatasi masalah kesehatan dan kejiwaan yang dialami manusia.
Dengan menggunakan studi analitis kritis terhadap konsep manusia, penulis menganalisis
metode penyembuhan yang dilakukan para psikolog. Dari situ, penulis menemukan bahwa
kegagalan para psikolog dalam penyembuhan bukan berasal dari metode yang mereka
gunakan, melainkan dari kesalahpahaman mereka akan konsep manusia. Menurut mereka,
manusia memiliki dua dimensi jismiyyah (fisik) dan nafsiyyah (emosional) saja tanpa adanya
aspek rûhiyyah (spiritual) sebagai esensinya. Konsep yang mereka pahami tersebut
berimplikasi pada konseling yang tidak menyentuh esensi masalah yang dihadapi. Karena itu,
kaum sufi melakukan pendekatan spiritual untuk mengobati “penyakit” yang dihadapi manusia
tersebut sampai ke akar-akarnya. Tidak hanya memulihkan kesehatan fisik, tetapi juga
memberikan kesehatan jiwa, ketenangan dan kebahagiaan hidup.
Sekilas buku ini terlihat sederhana yang hanya terdiri dari 6 bab dengan uraian materi dalam 4 bab dan dalam tiap babnya terdapat tema-tema sentral terkait dengan teologi Islam yang sangat menarik untuk dibaca yaitu mendiskusikan tentang aspek-aspek humanisme yang
ada dalam teologi Islam sebagai sebuah bentuk dialog antara teologi dan humanisme. Teologi adalah ibarat sebuah karpet, sedangkan segala sesuatu yang lain adalah benda-benda yang di atasnya, tentu posisi teologi menjadi amat fundamental. Inilah yang membedakan dengan buku-buku teologi Islam lainnya.
Buku ini memamparkan pemikiran penulisnya dalam terobosan baru yang memungkinkan pemikiran teologis melampaui batas-batas tradisionalnya agar lebih segar dan tak berkutat pada isu-isu transendental spekulatif, melainkan reflektif-sosiologis.
Sekilas buku ini terlihat sederhana yang hanya terdiri dari 6 bab dengan uraian materi dalam 4 bab dan dalam tiap babnya terdapat tema-tema sentral terkait dengan teologi Islam yang sangat menarik untuk dibaca yaitu mendiskusikan tentang aspek-aspek humanisme yang
ada dalam teologi Islam sebagai sebuah bentuk dialog antara teologi dan humanisme. Teologi adalah ibarat sebuah karpet, sedangkan segala sesuatu yang lain adalah benda-benda yang di atasnya, tentu posisi teologi menjadi amat fundamental. Inilah yang membedakan dengan buku-buku teologi Islam lainnya.
Buku ini memamparkan pemikiran penulisnya dalam terobosan baru yang memungkinkan pemikiran teologis melampaui batas-batas tradisionalnya agar lebih segar dan tak berkutat pada isu-isu transendental spekulatif, melainkan reflektif-sosiologis.
seperti perasaan susah, gelisah, dan cemas, hingga mereka mengalami sakit, depresi atau stres.
Berbagai cara ditempuh untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi agar hidup menjadi
tenang dan sehat. Salah satunya adalah mendatangi psikolog. Ternyata, banyak psikolog gagal
mengatasi masalah mereka. Makalah ini hadir untuk mengetahui penyebab kegagalan para
psikolog tersebut dalam mengatasi masalah kesehatan dan kejiwaan yang dialami manusia.
Dengan menggunakan studi analitis kritis terhadap konsep manusia, penulis menganalisis
metode penyembuhan yang dilakukan para psikolog. Dari situ, penulis menemukan bahwa
kegagalan para psikolog dalam penyembuhan bukan berasal dari metode yang mereka
gunakan, melainkan dari kesalahpahaman mereka akan konsep manusia. Menurut mereka,
manusia memiliki dua dimensi jismiyyah (fisik) dan nafsiyyah (emosional) saja tanpa adanya
aspek rûhiyyah (spiritual) sebagai esensinya. Konsep yang mereka pahami tersebut
berimplikasi pada konseling yang tidak menyentuh esensi masalah yang dihadapi. Karena itu,
kaum sufi melakukan pendekatan spiritual untuk mengobati “penyakit” yang dihadapi manusia
tersebut sampai ke akar-akarnya. Tidak hanya memulihkan kesehatan fisik, tetapi juga
memberikan kesehatan jiwa, ketenangan dan kebahagiaan hidup.
Sekilas buku ini terlihat sederhana yang hanya terdiri dari 6 bab dengan uraian materi dalam 4 bab dan dalam tiap babnya terdapat tema-tema sentral terkait dengan teologi Islam yang sangat menarik untuk dibaca yaitu mendiskusikan tentang aspek-aspek humanisme yang
ada dalam teologi Islam sebagai sebuah bentuk dialog antara teologi dan humanisme. Teologi adalah ibarat sebuah karpet, sedangkan segala sesuatu yang lain adalah benda-benda yang di atasnya, tentu posisi teologi menjadi amat fundamental. Inilah yang membedakan dengan buku-buku teologi Islam lainnya.
Buku ini memamparkan pemikiran penulisnya dalam terobosan baru yang memungkinkan pemikiran teologis melampaui batas-batas tradisionalnya agar lebih segar dan tak berkutat pada isu-isu transendental spekulatif, melainkan reflektif-sosiologis.
Sekilas buku ini terlihat sederhana yang hanya terdiri dari 6 bab dengan uraian materi dalam 4 bab dan dalam tiap babnya terdapat tema-tema sentral terkait dengan teologi Islam yang sangat menarik untuk dibaca yaitu mendiskusikan tentang aspek-aspek humanisme yang
ada dalam teologi Islam sebagai sebuah bentuk dialog antara teologi dan humanisme. Teologi adalah ibarat sebuah karpet, sedangkan segala sesuatu yang lain adalah benda-benda yang di atasnya, tentu posisi teologi menjadi amat fundamental. Inilah yang membedakan dengan buku-buku teologi Islam lainnya.
Buku ini memamparkan pemikiran penulisnya dalam terobosan baru yang memungkinkan pemikiran teologis melampaui batas-batas tradisionalnya agar lebih segar dan tak berkutat pada isu-isu transendental spekulatif, melainkan reflektif-sosiologis.