Papers by fatimah fatmawati

Poros Onim, Dec 30, 2022
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna ḥukmullah (hukum Allah) yang ada dalam QS. Al-M... more Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna ḥukmullah (hukum Allah) yang ada dalam QS. Al-Maidah 49-50. Kajian ini penting mengingat banyaknya upaya yang dilakukan oleh kelompok Islam-Fundamentalis untuk membenturkan hukum Pancasila dengan hukum Allah. Penelitian ini menjawab dua hal penting: Pertama, apa yang dimaksud dengan hukum Allah dan hukum jahiliyyah dalam QS. Al-Maidah 49-50, dan Kedua, bagaimana relevansi QS. Al-Maidah 49-50 dengan hukum yang ada di Indonesia saat ini. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka digunakan Tafsir Kontekstual Abdullah Saeed. Hasilnya adalah bahwa hukum Jahiliyyah yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah hukum yang diskriminatif berdasarkan hawa nafsu dan status sosial, sedangkan hukum Allah adalah hukum yang berasaskan keadilan dan egaliter. Dengan demikian, dengan meminjam bahasa Abdullah Saeed, maka ayat tersebut bernilai instruksional, yaitu nilai yang pesannya bersifat universal. Bukan perintah spesifik yang mewajibkan penggunaan hukum Islam secara formal dalam suatu sistem kenegaraan. Jika dikontekstualisasikan pada era sekarang, maka hukum yang ada di Indonesia telah berasaskan pada prinsip keadilan. Asas keadilan ini menjadi salah satu butir dalam ideologi bangsa Indonesia yang disepakati sejak awal berdirinya. Sila itu berbunyi: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Adapun penelitian ini terbatas pada makna ḥukmullah dalam QS. Al-Maidah 49-50. Sehingga penelitian ini bisa dikembangkan lebih lanjut untuk mencari makna ḥukmullah di surah lain dalam al-Qur'an.

POROS ONIM: Jurnal Sosial Keagamaan
This study aims to analyze the meaning of Hukmullah (God's law) in the QS. Al-Maidah 49-50. T... more This study aims to analyze the meaning of Hukmullah (God's law) in the QS. Al-Maidah 49-50. This study is important considering the many efforts made by Islamic-Fundamentalist group to clash Pancasila’s law with God's law. This research answers two question: First, what is the meaning of God’s law and jahiliyyah’s law in the QS. Al-Maidah 49-50. And Second, how is the relevance of QS. Al-Maidah 49-50 with the current law in Indonesia. To answer this question, Abdullah Saeed's Contextual Tafsir is used. The result is that the Jahiliyyah law refers to discriminatory law based on lust and social status, while Allah's law refers to justice and egalitarianism. Thus, by using Abdullah Saeed's term, the verse has an instructional value, with universal message. It is not a specific command that obliges formal Islamic Law in the state system. In the current era, the existing law in Indonesia has been based on the principle of justice. This principle of justice is one of t...

Al-Qur‟an dan Terjemahnya Depag RI digunakan secara masif dan memiliki fungsi yang signifikan bag... more Al-Qur‟an dan Terjemahnya Depag RI digunakan secara masif dan memiliki fungsi yang signifikan bagi petunjuk hidup masyarakat muslim Indonesia. Namun, karena diproduksi oleh lembaga pemerintah maka pengaruh negara pasti turut andil dalam penerjemahan tersebut. Al-Qur‟an adalah sakral namun terjemahnya tidak luput dari kepentingan manusia. Oleh karena itu, analisis ihwal intervernsi negara dalam terjemah Al-Qur‟an penting dilakukan. Adapun poinpoin yang diulas dalam penelitian adalah karakteristik terjemah, pola intervensi negara dalam terjemah, serta analisis kuasa dibalik penerjemahan Al-Qur‟an. Eksistensi tiga poin tersebut dianalisis dari Al-Qur‟an dan Terjemahnya Depag RI edisi I-III. Penelitian menggunakan teori relasi kuasa Foucault yang memandang bahasa bukan hanya dari segi gramatikalnya namun sebgaia sebuah fungsi. Bahasa yang dimaksud di sini dikenal sebagai wacana. Untuk menganalisis eksistensi dan persebaran wacana dalam terjemah, langkah metodis yang ditempuh antara lain...

Satya Widya: Jurnal Studi Agama
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gerakan Indonesia Tanpa Pacaran dalam perspe... more Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gerakan Indonesia Tanpa Pacaran dalam perspektif resepsi al-Qur’an hadits dan Konstruksi Sosial Berger dan Luckman. Secara lebih rinci, penelitian ini menjawab tiga pertanyaan, yaitu bagaimana konsep Gerakan ITP, bagaimana resepsi al-Qur’an dan Hadis pendiri Gerakan ITP, dan bagaiman kontruksi pengetahuan atas gerakan tersebut. Sebagai sebuah gerakan, ITP memiliki lima elemen penting, elemen tersebut adalah people dan participant, goals dan agendas, serta targets. Sedangkan dalam kacamata konstruksi sosial, suatu realitas sosial mengalami tiga momen eksternalisasi-objektivasi-internalisasi yang berjalan secara simultan. Ayat larangan berzina dan hadis mengenai larangan berdua-duaan dengan yang bukan mahram diresepsi oleh La Ode sebagai larangan pacaran. Dialektika antara teks dan realita sekitar(di mana La Ode memiliki pandangan bahwa pacaran menimbulkan kerusakan yang besar bagi generasi muslim) menyebabkan terbentuknya gerakan I...
AL-TADABBUR, Jun 18, 2020

Jurnal Ilmiah Ilmu Ushuluddin, 2019
This paper found that there is intertextuality in Ibn Kathir's Work, Al-Qur’an Al-Azim. When ... more This paper found that there is intertextuality in Ibn Kathir's Work, Al-Qur’an Al-Azim. When Ibn Katsir interpret Sab 'samawat in seven surahs, Qs. Al-Baqarah: 29, al-Isra ': 44, al-Mu'minun: 86, Fussilat: 12, at -Talaq: 12, al-Mulk: 3, and N h: 15, his interpretation has a correlation with previous texts. Related interpretations contained in the Al-Jami 'Li Ahkam al-Qur'an by Qurthubi, Jami' al bayan an ta'wil ay al-Quran by Thabari , and Ibn Mas'ud's exegesis. Furthermore, Al-Qur'an's Al-Azim's work, as a phenotext, has a lot of similarity with The Book of Enoch, as its genotext. The similarity is found in three points. First, the sky consists of seven layers, some of which are above the others. Second, every sky inhabit by the angels. Third, the angels in first sky give an honour to second sky habitant, the angels in second sky give an honour to third sky habitant, and so on. So, this paper attest Kristeva's theory that the...

Banyak upaya telah dilakukan untuk memahami makna sab’ samāwāt yang dimaksud dalam al-Qur’an. Nam... more Banyak upaya telah dilakukan untuk memahami makna sab’ samāwāt yang dimaksud dalam al-Qur’an. Namun, beberapa di antaranya justru terkesan memaksakan gagasan sang penafsir untuk masuk ke dalam teks. Teks dipaksakan tunduk kepada gagasan penafsir dengan mengabaikan aspek sosio-historis saat teks tersebut diturunkan. Sehingga, tafsir yang dihasilkan bersifat ahistoris. Misalnya, menafsirkan sab’ samāwāt dengan tujuh lapisan atmosfer. Untuk mengatasi problematika penafsiran yang demikian ini, Jorge J. E. Gracia menuliskan pentingnya memahami historical meaning dari suatu teks dalam bukunya A Theory Of Textuality. Signifikansi menemukan historical meaning tersebut tertuang dalam teori Gracia yaitu historical function. Maka, tujuh ayat tentang sab’ samāwāt penting untuk dianalisis menggunakan teori ini. Tujuh ayat tersebut adalah Qs. Al-Baqarah: 29, al-Isra’: 44, al- Mu’minun: 86, Fusilat: 12, at-Talaq: 12, al-Mulk:3, dan Nuh: 15. Menurut Gracia, menemukan historical meaning merupakan la...
Uploads
Papers by fatimah fatmawati