Videos by Ujang D Lasmana
Teaching Documents by Ujang D Lasmana
Rambu penyelamatan diri merupakan elemen pen ng dalam mi gasi bencana untuk memas kan keselamatan... more Rambu penyelamatan diri merupakan elemen pen ng dalam mi gasi bencana untuk memas kan keselamatan masyarakat dari ancaman. BNPB baru-baru ini memperkenalkan rambu k kumpul evakuasi tsunami yang berbeda dari standar nasional maupun internasional, seper SNI 7743:2011 dan ISO 7010. Rambu ini menampilkan gambar seseorang yang berlari menuju sebuah k hitam, yang berpotensi menimbulkan persepsi keliru sebagai lubang berbahaya. Studi literatur menunjukkan bahwa standar rambu evakuasi yang beragam dapat membingungkan masyarakat, terutama dalam situasi darurat. Oleh karena itu, disarankan agar BNPB mengiku standar yang telah berlaku dengan menggunakan simbol yang lebih umum, seper gambar sekelompok orang dengan tanda panah menuju mereka, serta mencantumkan teks "Ti k Kumpul" untuk meningkatkan pemahaman dan efek vitas rambu dalam situasi evakuasi.
Rambu penyelamatan diri merupakan elemen pen ng dalam mi gasi bencana untuk memas kan keselamatan... more Rambu penyelamatan diri merupakan elemen pen ng dalam mi gasi bencana untuk memas kan keselamatan masyarakat dari ancaman. BNPB baru-baru ini memperkenalkan rambu k kumpul evakuasi tsunami yang berbeda dari standar nasional maupun internasional, seper SNI 7743:2011 dan ISO 7010. Rambu ini menampilkan gambar seseorang yang berlari menuju sebuah k hitam, yang berpotensi menimbulkan persepsi keliru sebagai lubang berbahaya. Studi literatur menunjukkan bahwa standar rambu evakuasi yang beragam dapat membingungkan masyarakat, terutama dalam situasi darurat. Oleh karena itu, disarankan agar BNPB mengiku standar yang telah berlaku dengan menggunakan simbol yang lebih umum, seper gambar sekelompok orang dengan tanda panah menuju mereka, serta mencantumkan teks "Ti k Kumpul" untuk meningkatkan pemahaman dan efek vitas rambu dalam situasi evakuasi.

MANAJEMEN KERELAWANAN BAGI LEMBAGA KEMANUSIAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM Ujang Dede Lasmana Dikompil... more MANAJEMEN KERELAWANAN BAGI LEMBAGA KEMANUSIAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM Ujang Dede Lasmana Dikompilasi dari Status Facebook Ujang Dede Lasmana LASMANA Buku ini ditulis dengan bantuan AI. Abstrak Buku Manajemen Kerelawanan bagi Lembaga Kemanusiaan dalam Perspekf Islam karya Ujang Dede Lasmana menghadirkan wawasan mendalam mengenai manajemen relawan dalam ranah kebencanaan dan kedaruratan, dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam. Buku ini menyoro penngnya profesionalisme, keikhlasan, serta akhlak Islami dalam menjalankan tugas-tugas kemanusiaan, baik di masa pra-bencana, saat tanggap darurat, maupun pasca-bencana. Dalam buku ini, berbagai tema krusial dalam pengelolaan relawan dibahas secara sistemas, termasuk prinsip Do No Harm, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berdasarkan hadits Lā Dhororo wa Lā Dhirôro, serta penngnya keterbukaan dan akuntabilitas dalam pengelolaan bantuan donatur. Buku ini juga menekankan nilai-nilai utama dalam Islam, seper kejujuran, amanah, kerja sama, dan gotong royong, yang menjadi landasan bagi pengelolaan organisasi kemanusiaan yang berkelanjutan. Selain itu, buku ini menyoro bagaimana relawan harus terus belajar dan mengembangkan diri agar semakin profesional dan bermanfaat. Konsep ilmu yaqin dalam Islam (ilmul yaqin, ainul yaqin, dan haqqul yaqin) dipadukan dengan pendekatan Knowledge, A«tude, and Pracce (KAP) dalam membentuk relawan yang tangguh, kompeten, dan berorientasi pada keberlanjutan. Dengan pendekatan holisk dan berbasis nilai-nilai Islam serta kemanusiaan universal, buku ini diharapkan menjadi referensi bagi para relawan, manajer lembaga kemanusiaan, serta akademisi yang tertarik dalam pengelolaan relawan kebencanaan. Buku ini juga mengajak para pembaca untuk merenungkan kembali makna tugas kemanusiaan sebagai bagian dari ibadah dan perjuangan dalam membangun peradaban yang lebih baik. Kata Kunci: Manajemen Kerelawanan, Kemanusiaan, Islam, Akuntabilitas, Kejujuran, Profesionalisme, Ilmu Yaqin, KAP Model.

Cakrawala Ilmu Lasmana, 2025
This study analyzes public policy regarding the implementation of humanitarian activities in Indo... more This study analyzes public policy regarding the implementation of humanitarian activities in Indonesia following the enactment of Law No. 1 of 2018 and Government Regulation No. 7 of 2019, in relation to Indonesia's ratification of the 1949 Geneva Conventions. Despite existing regulations, implementation in the field still faces various challenges, such as the limited role of the Indonesian Red Cross (PMI) in the national emergency response system, lack of stable funding, unclear status of PMI as an auxiliary to the government, and misuse of the Red Cross emblem. Furthermore, inconsistencies between national law and international humanitarian law persist, particularly regarding legal protection for PMI volunteers in armed conflicts and disaster situations. Using a qualitative approach and policy analysis method, this research examines challenges in the implementation of humanitarian policies and provides recommendations such as regulatory reinforcement, enhanced inter-agency coordination, allocation of permanent funding, and harmonization of national law with international humanitarian law. The implementation of these recommendations is expected to improve the effectiveness and role of humanitarian efforts in Indonesia.

Cakrawala Ilmu Lasmana, 2025
Manajemen risiko adalah suatu proses sistema s yang bertujuan untuk mengiden fikasi, menganalisis... more Manajemen risiko adalah suatu proses sistema s yang bertujuan untuk mengiden fikasi, menganalisis, mengendalikan, dan memonitor risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan suatu organisasi. Dalam konteks tempat kerja, manajemen risiko dak hanya berfokus pada aspek finansial atau operasional, tetapi juga pada keselamatan dan kesehatan kerja. Se ap organisasi, baik itu perusahaan besar, instansi pemerintah, atau bahkan usaha kecil, memiliki potensi risiko yang dapat mempengaruhi keberlangsungan operasional, kesejahteraan karyawan, serta reputasi perusahaan. Di lingkungan perkantoran, meskipun risikonya berbeda dengan sektor industri atau konstruksi, namun tetap terdapat berbagai potensi bahaya yang perlu dikelola dengan baik. Risiko di perkantoran dapat muncul dalam berbagai bentuk, seper kecelakaan fisik, paparan bahan berbahaya, gangguan kesehatan akibat stres, atau risiko psikososial yang disebabkan oleh beban kerja yang berlebihan. Oleh karena itu, manajemen risiko di perkantoran menjadi sangat pen ng untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan produk f. Penerapan manajemen risiko yang efek f di tempat kerja memerlukan pemahaman yang mendalam mengenai iden fikasi bahaya, penilaian terhadap potensi dampaknya, serta pengendalian yang tepat. Manajemen risiko bukan hanya tanggung jawab departemen keselamatan kerja, tetapi merupakan bagian integral dari budaya organisasi. Seluruh pihak dalam perusahaan, mulai dari manajer hingga karyawan, memiliki peran pen ng dalam menjalankan strategi manajemen risiko. Dalam buku ini, kita akan membahas langkah-langkah pen ng dalam manajemen risiko yang dapat diterapkan di perkantoran, mulai dari proses iden fikasi risiko, analisis, hingga langkah-langkah pengendalian yang sesuai. Melalui pendekatan yang komprehensif, kita akan memahami bagaimana menciptakan sebuah sistem yang dak hanya melindungi keselamatan dan kesehatan karyawan, tetapi juga mendukung pencapaian tujuan organisasi secara lebih efisien dan berkelanjutan. Manajemen risiko yang efek f di tempat kerja bukan hanya tentang mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan, tetapi juga tentang menciptakan iklim kerja yang mendukung kesejahteraan pekerja dan meningkatkan produk vitas. Oleh karena itu, pen ng bagi se ap organisasi untuk memiliki kerangka kerja yang jelas dan prosedur yang sistema s untuk mengelola risiko yang ada. Dengan pendekatan yang tepat, organisasi dapat meminimalkan dampak nega f dari risiko, serta menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi seluruh anggota organisasi.

Kajian Kematian Pebilitangkis China Di AJC 2024, 2024
The sudden death of Zhang Zhi Jie, a young badminton player from China, during the 2024 Asia Juni... more The sudden death of Zhang Zhi Jie, a young badminton player from China, during the 2024 Asia Junior Championship in Yogyakarta (GOR Amongrogo) shocked and saddened the international sports community. Zhang collapsed during his match against Kazuma Kawano from Japan, received initial medical assistance, but tragically passed away after being referred to a hospital. This incident underscores the critical importance of timely emergency response in sports settings. This literature review aims to examine the death of Zhang Zhi Jie from a first aid perspective. The study identifies contributing factors to the tragic outcome, evaluates the effectiveness of initial first aid procedures, and provides recommendations for enhancing emergency medical management in sports venues. Key aspects explored include medical team preparedness, adherence to standard operating procedures (SOPs), and the need for policy revisions to prevent similar incidents in the future.
READY Indonesia , 2024
Perusahaan (pabrik, perkantoran, rumah sakit, lembaga pendidikan/pelatihan, dll.) di Indonesia te... more Perusahaan (pabrik, perkantoran, rumah sakit, lembaga pendidikan/pelatihan, dll.) di Indonesia terancam dampak gempa, buku ini memberikan panduan bagaimana memitigasi dampak gempa sehingga perusahaan menjadi aman, aset dan karyawan terlindungi.

Penanganan pertolongan pertama atau P3K yang tepat dan cepat sangat dibutuhkan untuk penyelamatan... more Penanganan pertolongan pertama atau P3K yang tepat dan cepat sangat dibutuhkan untuk penyelamatan dan pemulihan penderita akibat kecelakaan atau gangguan kesehatan. Salah satu faktor pendukung keberhasilan P3K adalah kecepatan penanganan, kecepatan penanganan ini dipengaruhi oleh kesediaan orang yang menemukan kondisi penderita pertama kali atau petugas P3K untuk memberikan pertolongan. Petugas P3K yang sudah terlatih terkadang tidak memiliki kepercayaan diri untuk bertindak, padahal mungkin ia menjadi lulusan pelatihan P3K dengan nilai yang bagus. Rasa kepercayaan diri untuk menolong bagi petugas P3K dikenal dengan self-efficacy. Self-efficacy inilah yang harus dicapai di dalam pelatihan selain meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan. Tujuan dari penelitian ini adalah guna mengetahui ketercapaian Self-efficacy peserta dari pelaksanaan pelatihan yang dilaksanakan oleh DMII ACT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Selfefficacy pada lulusan pelatihan P3K yang dilaksanakan oleh DMII ACT tercapai sehingga para lulusan pelatihan bersedia dan percaya diri untuk menerapkan ilmu P3K yang didapatnya disaat diperlukan, yaitu disaat kejadian sehari-hari dan bencana atau kedaruratan. Ketercapaian ini tercapai oleh penerapan metodologi ACT-Pramu dalam pelatihan P3K oleh DMII ACT.
Kata kunci: P3K, PHLS, K3, Kecelakaan
Berisikan tutorial sederhana untuk mengamankan rumah anda dari ancaman bencana
READY Indonesia , 2022
Berisikan tutorial sederhana untuk tindakan Pertolongan Pertama yang dapat dipelajari selama bula... more Berisikan tutorial sederhana untuk tindakan Pertolongan Pertama yang dapat dipelajari selama bulan ramadhan/30 hari atau sehari 1 materi P3K.

ABSTRAKSI
Bekerja di daerah bencana atau paska bencana (termasuk konflik bersenjata) bagi suka... more ABSTRAKSI
Bekerja di daerah bencana atau paska bencana (termasuk konflik bersenjata) bagi sukarelawan dan pekerja kemanusiaan merupakan kondisi yang penuh dengan ketidakamanan. Oleh karenanya perlu dipastikan oleh Lembaga Kemanusiaan tempat mereka berkhidmat dapat memastikan terjaminnya keamanan, keselamatan dan kesehatan para sukarelawan dan pekerja kemanusiaannya.
Membuat kondisi kerja yang aman, selamat dan sehat memerlukan sebuah manajemen pengelolaan risiko, manajemen pengelolaan risiko dapat menggunakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Manajemen ini dapat berjalan dengan baik dan membuahkan hasil zero accident bila seluruh komponen terlibat, mulai dari manjemen sampai sukarelawan dan pekerja kemanusiaan dan juga penyuplai, kontraktor dan donatur.
Dalam penerapan sistem manajemen K3 dalam operasi kemanusiaan diperlukan sebuah panduan yang kebetulan masih tergolong langka. Oleh karenanyalah buku ini hadir untuk membantu pengelola, sukarelawan dan pekerja kemanusiaan dalam menerapkan K3.
ABSTRACT
Working in disaster or post-disaster areas (including armed conflict) for volunteers and humanitarian workers is a condition full of insecurity. Therefore, it is necessary to ensure that the Humanitarian Institution where they serve can ensure the security, safety and health of the volunteers and humanitarian workers.
Creating safe, secure and healthy working conditions requires a risk management; risk management can use an occupational health and safety management system (K3/OSH). This management can run well and produce zero accident results if all components are involved, from management to volunteers and humanitarian workers as well as suppliers, contractors and donors.
In implementing the OHS management system in humanitarian operations, a guide is needed which incidentally is still relatively rare. Therefore, this book is here to assist managers, volunteers and humanitarian workers in implementing OSH.
Berisikan tutorial sederhana penyusunan rencana evakuasi banjir di desa
READY Indonesia, 2020
Berisikan tips bagaimana menjadi pelatih yang berhasil di bidang kebencanaan dan kedaruratan.
Papers by Ujang D Lasmana

Melas Journal of Education
A B S T R A C T The speed and accuracy of search and rescue (Search and Rescue) efforts with Coll... more A B S T R A C T The speed and accuracy of search and rescue (Search and Rescue) efforts with Collapsed Structure Search and Rescue (CSSR) skills is what is needed to save lives and prevent disability due to earthquakes. The speed of help can be obtained through the presence of a SAR team in earthquake-prone areas, and the accuracy of handling can be obtained through competency-based training. This study aims to determine the implementation of CSSR training for disaster management volunteers carried out by READY Indonesia and PMI Bekasi City. The research focus is on the aspects of knowledge, attitudes, skills and self-efficacy of the participants. The results showed that the knowledge, skills and self-efficacy of the participants had increased and the participants showed a good attitude of acceptance of the given CSSR theory and were willing to apply it in their work environment

International Journal of Integrative Sciences, 2024
Abstract
This study discusses the implementation strategy of the Disaster-Safe Education Unit Pro... more Abstract
This study discusses the implementation strategy of the Disaster-Safe Education Unit Program (Satuan Pendidikan Aman Bencana/SPAB) in the Bandung area after the M5.0 earthquake that occurred on September 18, 2024. This earthquake caused damage to various educational units in Bandung Regency, Garut Regency, and West Bandung Regency, and highlighted the importance of disaster preparedness in the school environment. This study aims to understand how SPAB is implemented and formulate appropriate strategies to improve the preparedness of educational units in disaster-prone areas. Qualitative analytical methods were used with data collection techniques in the form of observation, interviews, and literature studies. The results of the study indicate that SPAB requires a strategy that includes increasing school capacity, providing earthquake-resistant infrastructure, collaborating with related institutions, and regular disaster socialization and simulations. Risk analysis using the PESTLE tool and Hazards & Vulnerability Assessment (HVA) was also identified as an important method in risk scanning in educational units. Policy recommendations include increasing the mitigation budget, formulating SPAB standards, and developing inter-sectoral collaboration. This study emphasizes the importance of sustainable SPAB implementation to ensure the safety and sustainability of education in earthquake-prone areas
How to Cite
Lasmana, U. D. . (2024). Strategy for Implementing the Disaster-Safe Education Unit Program After the M5.0 Earthquake on September 18, 2024 in Bandung. International Journal of Integrative Sciences, 3(12), 1631–1640. https://doi.org/10.55927/ijis.v3i12.13067

Cakrawala Ilmu Lasmana, 2024
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) telah menjadi masalah serius di Provinsi Riau selama 12 tahu... more Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) telah menjadi masalah serius di Provinsi Riau selama 12 tahun terakhir, menimbulkan kerusakan ekosistem, dampak kesehatan, dan kerugian ekonomi yang besar. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan respons terhadap bencana ini, pada 15 Juni 2024, Provinsi Riau melaksanakan simulasi penanganan karhutla. Simulasi ini bertujuan untuk menguji rencana kontinjensi yang telah dirancang dan melibatkan berbagai stakeholder, termasuk pemerintah, TNI, Polri, Basarnas, masyarakat, akademisi, media massa, dan perusahaan. Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana (SKPDB) yang dipimpin oleh Gubernur Riau memainkan peran sentral dalam koordinasi upaya penanganan bencana. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif analitik melalui observasi, Focus Group Discussion (FGD), dan wawancara mendalam untuk mengevaluasi pelaksanaan simulasi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SKPDB efektif dalam mengkoordinasikan berbagai pihak, meskipun masih terdapat kendala komunikasi dan pemahaman peran. Kolaborasi antar stakeholder berjalan dengan baik, namun diperlukan peningkatan dalam aspek penegakan hukum dan penanganan kesehatan. Kendala utama yang dihadapi selama simulasi meliputi masalah teknis komunikasi dan keterbatasan sumber daya. Dampak positif dari simulasi ini termasuk peningkatan kesiapsiagaan dan pemahaman peran di antara stakeholder, meskipun evaluasi juga menunjukkan bahwa pelatihan berkelanjutan dan peningkatan fasilitas serta teknologi pendukung masih diperlukan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun terdapat beberapa kendala, simulasi karhutla di Provinsi Riau berhasil meningkatkan kesiapsiagaan dan respons stakeholder terhadap bencana karhutla. Saran yang diberikan mencakup pelatihan rutin, peningkatan sistem komunikasi, optimalisasi sumber daya, peningkatan koordinasi antarlembaga, dan evaluasi berkala untuk memastikan kesiapsiagaan yang optimal. Kata Kunci: Kebakaran hutan dan lahan, simulasi penanganan bencana, Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana, koordinasi multipihak, Provinsi Riau.
Uploads
Videos by Ujang D Lasmana
Teaching Documents by Ujang D Lasmana
Kata kunci: P3K, PHLS, K3, Kecelakaan
Bekerja di daerah bencana atau paska bencana (termasuk konflik bersenjata) bagi sukarelawan dan pekerja kemanusiaan merupakan kondisi yang penuh dengan ketidakamanan. Oleh karenanya perlu dipastikan oleh Lembaga Kemanusiaan tempat mereka berkhidmat dapat memastikan terjaminnya keamanan, keselamatan dan kesehatan para sukarelawan dan pekerja kemanusiaannya.
Membuat kondisi kerja yang aman, selamat dan sehat memerlukan sebuah manajemen pengelolaan risiko, manajemen pengelolaan risiko dapat menggunakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Manajemen ini dapat berjalan dengan baik dan membuahkan hasil zero accident bila seluruh komponen terlibat, mulai dari manjemen sampai sukarelawan dan pekerja kemanusiaan dan juga penyuplai, kontraktor dan donatur.
Dalam penerapan sistem manajemen K3 dalam operasi kemanusiaan diperlukan sebuah panduan yang kebetulan masih tergolong langka. Oleh karenanyalah buku ini hadir untuk membantu pengelola, sukarelawan dan pekerja kemanusiaan dalam menerapkan K3.
ABSTRACT
Working in disaster or post-disaster areas (including armed conflict) for volunteers and humanitarian workers is a condition full of insecurity. Therefore, it is necessary to ensure that the Humanitarian Institution where they serve can ensure the security, safety and health of the volunteers and humanitarian workers.
Creating safe, secure and healthy working conditions requires a risk management; risk management can use an occupational health and safety management system (K3/OSH). This management can run well and produce zero accident results if all components are involved, from management to volunteers and humanitarian workers as well as suppliers, contractors and donors.
In implementing the OHS management system in humanitarian operations, a guide is needed which incidentally is still relatively rare. Therefore, this book is here to assist managers, volunteers and humanitarian workers in implementing OSH.
Papers by Ujang D Lasmana
This study discusses the implementation strategy of the Disaster-Safe Education Unit Program (Satuan Pendidikan Aman Bencana/SPAB) in the Bandung area after the M5.0 earthquake that occurred on September 18, 2024. This earthquake caused damage to various educational units in Bandung Regency, Garut Regency, and West Bandung Regency, and highlighted the importance of disaster preparedness in the school environment. This study aims to understand how SPAB is implemented and formulate appropriate strategies to improve the preparedness of educational units in disaster-prone areas. Qualitative analytical methods were used with data collection techniques in the form of observation, interviews, and literature studies. The results of the study indicate that SPAB requires a strategy that includes increasing school capacity, providing earthquake-resistant infrastructure, collaborating with related institutions, and regular disaster socialization and simulations. Risk analysis using the PESTLE tool and Hazards & Vulnerability Assessment (HVA) was also identified as an important method in risk scanning in educational units. Policy recommendations include increasing the mitigation budget, formulating SPAB standards, and developing inter-sectoral collaboration. This study emphasizes the importance of sustainable SPAB implementation to ensure the safety and sustainability of education in earthquake-prone areas
How to Cite
Lasmana, U. D. . (2024). Strategy for Implementing the Disaster-Safe Education Unit Program After the M5.0 Earthquake on September 18, 2024 in Bandung. International Journal of Integrative Sciences, 3(12), 1631–1640. https://doi.org/10.55927/ijis.v3i12.13067
Kata kunci: P3K, PHLS, K3, Kecelakaan
Bekerja di daerah bencana atau paska bencana (termasuk konflik bersenjata) bagi sukarelawan dan pekerja kemanusiaan merupakan kondisi yang penuh dengan ketidakamanan. Oleh karenanya perlu dipastikan oleh Lembaga Kemanusiaan tempat mereka berkhidmat dapat memastikan terjaminnya keamanan, keselamatan dan kesehatan para sukarelawan dan pekerja kemanusiaannya.
Membuat kondisi kerja yang aman, selamat dan sehat memerlukan sebuah manajemen pengelolaan risiko, manajemen pengelolaan risiko dapat menggunakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Manajemen ini dapat berjalan dengan baik dan membuahkan hasil zero accident bila seluruh komponen terlibat, mulai dari manjemen sampai sukarelawan dan pekerja kemanusiaan dan juga penyuplai, kontraktor dan donatur.
Dalam penerapan sistem manajemen K3 dalam operasi kemanusiaan diperlukan sebuah panduan yang kebetulan masih tergolong langka. Oleh karenanyalah buku ini hadir untuk membantu pengelola, sukarelawan dan pekerja kemanusiaan dalam menerapkan K3.
ABSTRACT
Working in disaster or post-disaster areas (including armed conflict) for volunteers and humanitarian workers is a condition full of insecurity. Therefore, it is necessary to ensure that the Humanitarian Institution where they serve can ensure the security, safety and health of the volunteers and humanitarian workers.
Creating safe, secure and healthy working conditions requires a risk management; risk management can use an occupational health and safety management system (K3/OSH). This management can run well and produce zero accident results if all components are involved, from management to volunteers and humanitarian workers as well as suppliers, contractors and donors.
In implementing the OHS management system in humanitarian operations, a guide is needed which incidentally is still relatively rare. Therefore, this book is here to assist managers, volunteers and humanitarian workers in implementing OSH.
This study discusses the implementation strategy of the Disaster-Safe Education Unit Program (Satuan Pendidikan Aman Bencana/SPAB) in the Bandung area after the M5.0 earthquake that occurred on September 18, 2024. This earthquake caused damage to various educational units in Bandung Regency, Garut Regency, and West Bandung Regency, and highlighted the importance of disaster preparedness in the school environment. This study aims to understand how SPAB is implemented and formulate appropriate strategies to improve the preparedness of educational units in disaster-prone areas. Qualitative analytical methods were used with data collection techniques in the form of observation, interviews, and literature studies. The results of the study indicate that SPAB requires a strategy that includes increasing school capacity, providing earthquake-resistant infrastructure, collaborating with related institutions, and regular disaster socialization and simulations. Risk analysis using the PESTLE tool and Hazards & Vulnerability Assessment (HVA) was also identified as an important method in risk scanning in educational units. Policy recommendations include increasing the mitigation budget, formulating SPAB standards, and developing inter-sectoral collaboration. This study emphasizes the importance of sustainable SPAB implementation to ensure the safety and sustainability of education in earthquake-prone areas
How to Cite
Lasmana, U. D. . (2024). Strategy for Implementing the Disaster-Safe Education Unit Program After the M5.0 Earthquake on September 18, 2024 in Bandung. International Journal of Integrative Sciences, 3(12), 1631–1640. https://doi.org/10.55927/ijis.v3i12.13067
First Aid: Action and Management Guide.
Public kitchens in disaster-affected areas are an important factor in efforts to fulfill the basic needs of disaster survivors/displaced persons. A good public kitchen is organized systematically by using processes that are safe (food safety) for the beneficiaries, and do not threaten the safety and health of those involved (cooks/chefs, support for soup kitchen operations, suppliers and guests). In order to achieve a safe public kitchen (safety kitchen) for anyone, it is necessary to apply occupational health & safety (OHS) system approaches in the kitchen. This safety kitchen can be achieved through the creation of safe conditions and safe behavior in public kitchens, through systematic and comprehensive efforts for each process according to OHS rules. The application of safe public kitchen conditions even in times of disaster requires a guide, but these guidelines are still rarely found. That's why this book is here, because the health of the survivors, refugees & volunteers starts from a healthy and safe kitchen.
Bekerja di daerah bencana atau paska bencana (termasuk konflik bersenjata) bagi sukarelawan dan pekerja kemanusiaan merupakan kondisi yang penuh dengan ketidakamanan. Oleh karenanya perlu dipastikan oleh Lembaga Kemanusiaan tempat mereka berkhidmat dapat memastikan terjaminnya keamanan, keselamatan dan kesehatan para sukarelawan dan pekerja kemanusiaannya.
Membuat kondisi kerja yang aman, selamat dan sehat memerlukan sebuah manajemen pengelolaan risiko, manajemen pengelolaan risiko dapat menggunakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Manajemen ini dapat berjalan dengan baik dan membuahkan hasil zero accident bila seluruh komponen terlibat, mulai dari manjemen sampai sukarelawan dan pekerja kemanusiaan dan juga penyuplai, kontraktor dan donatur.
Dalam penerapan sistem manajemen K3 dalam operasi kemanusiaan diperlukan sebuah panduan yang kebetulan masih tergolong langka. Oleh karenanyalah buku ini hadir untuk membantu pengelola, sukarelawan dan pekerja kemanusiaan dalam menerapkan K3.
ABSTRACT
Working in disaster or post-disaster areas (including armed conflict) for volunteers and humanitarian workers is a condition full of insecurity. Therefore, it is necessary to ensure that the Humanitarian Institution where they serve can ensure the security, safety and health of the volunteers and humanitarian workers.
Creating safe, secure and healthy working conditions requires a risk management; risk management can use an occupational health and safety management system (K3/OSH). This management can run well and produce zero accident results if all components are involved, from management to volunteers and humanitarian workers as well as suppliers, contractors and donors.
In implementing the OHS management system in humanitarian operations, a guide is needed which incidentally is still relatively rare. Therefore, this book is here to assist managers, volunteers and humanitarian workers in implementing OSH.