Expansion Factors for Estimating Biomass of Logged Over Tropical Rain Forest in Central Kalimanta... more Expansion Factors for Estimating Biomass of Logged Over Tropical Rain Forest in Central Kalimantan Baroroh Wista Anggraeni1, Ris Hadi Purwanto2 and Ronggo Sadono3 'FACULTY OF FORESTRY, MUHAMMADIYAH UNIVERSITY JI. PASIR KANDANG NO.4 PADANG, WEST SUMATERA, INDONESIA CORRESPONDING EMAIL: [email protected] 2'3FACULTY OF FORESTRY, GADJAH MADA UNIVERSITY JL. AGRO-BULAKSUMUR, YOGYAKARTA 55281, INDONESIA ABSTRACT Stem and merchantable wood volume are common variables in forestry. Furthermore, The information of total biomass in tropical rainforests is an important variable for ecologists, biogeochemists, foresters and policymakers. To make better inferences on long-term changes in total biomass, it is essential to know the model associated with total biomass estimation. In this research, we develop model for predicting total biomass of forests in PT Sari Bumi Kusuma (PT SBK), Central Kalimantan, called scaling factors. Scaling factors consist of Brushwood Factor (Ebr)' Leaf...
Russian Journal of Agricultural and Socio-Economic Sciences, 2018
This study aims to determine decision-making regarding tourist visit, preferences and average tim... more This study aims to determine decision-making regarding tourist visit, preferences and average time of visit. The study was conducted using quantitative approach. The results exhibit travelers' characteristics are dominated by males within 15-30 age range. The average income is generally less than IDR 2,000,000 with monthly travel budget up to IDR 500,000 due to visiting motivation, that is, quiet and natural environment. Most tourists were originally from Central Java region, so transportation used in general is a private motorcycle and travel cars. Tourists' visitation is for recreation purposes with friends which generally last for two days with about 2 to 5 times annualy. Lastly, travel activity most favored by tourists is camping.
Diindikasikan bahwa tingginya laju kerusakan hutan di Indonesia ada kaitannya dengan tingkat koru... more Diindikasikan bahwa tingginya laju kerusakan hutan di Indonesia ada kaitannya dengan tingkat korupsi yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tipologi dan kerawanan korupsi sektor kehutanan di Indonesia. Sejak tahun 2001 sampai dengan 2015, sebanyak 39 pelaku korupsi sektor kehutanan yang terdiri dari anggota DPR, pejabat Kementerian Kehutanan, Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Kepala Dinas) serta pengusaha, telah diproses hukum dan mendapatkan vonis dari pengadilan. Terdapat 6 (enam) tipologi korupsi sektor kehutanan di Indonesia yaitu: 1) korupsi transaksional, 2) pemerasan, 3) investasi untuk korupsi, 4) nepotisme, 5) korupsi untuk bertahan, dan 6) korupsi untuk mendapatkan dukungan. Penelitian ini menemukan 4 bentuk kerawanan korupsi sektor kehutanan yaitu: 1) proses perijinan, 2) pengawasan 3) proses tata ruang kehutanan, dan 4) pengadaan barang dan jasa kehutanan.Kata kunci: deforestasi; kehutanan Indonesia; kerawanan korupsi; korupsi; tipologi korupsi The Typ...
Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Provinsi Lampung sudah berjalan sejak 14 tahun yang lalu dengan seg... more Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Provinsi Lampung sudah berjalan sejak 14 tahun yang lalu dengan segala dinamika dalam implementasinya. Penelitian terhadap perkembangan HKm sangat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan HKm di Provinsi Lampung yang dibatasi pada sebaran, permasalahan dan kondisi yang diharapkan. Penelitian dilakukan pada bulan September-Desember 2014. Data dikumpulkan melalui wawancara terbuka dan semi struktur menggunakan kuesioner dan pengamatan langsung. Informasi penyebaran HKm diperoleh melalui kegiatan survai dan identifikasi terhadap semua kabupaten yang ada di Provinsi Lampung. Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi HKm dan kondisi yang diharapkan dikumpulkan melalui wawancara dengan kelompok tani dan pertemuan/sosialisasi tentang HKm yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten/Provinsi. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan diagram tulang ikan (Fishbone Diagram) dan diuraikan secara deskriprif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa HKm di Provinsi Lampung merupakan solusi terhadap permasalahan konflik pengelolaan hutan dengan tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hutan yang telah mendorong kegiatan penggarapan kawasan hutan. HKm di Provinsi Lampung tersebar di 9 kabupaten dari 15 kabupaten/kota yang ada baik yang sudah mendapatkan Izin Usaha Pemanfaatan HKm (IUPHKm), mendapatkan Penetapan Areal Kerja (PAK), maupun sedang mengusulkan PAK. Permasalahan utama dalam implementasi HKm adalah dukungan anggaran yang kurang memadai akibat HKm belum menjadi program prioritas sehingga pembinaan dan pendampingan yang dilakukan kurang maksimal. Pengembangan kelembagaan kelompok tani, lahan, dan kewirausahaan merupakan tiga kunci penting untuk mencapai tujuan HKm yakni untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian hutan. Kata kunci: hutan kemasyarakatan, kondisi yang diharapkan, konflik, pengelolaan, permasalahan, sebaran.
Tenaga kerja pada usaha hutan rakyat belum diperhitungkan sebagai faktor produksi yang penting se... more Tenaga kerja pada usaha hutan rakyat belum diperhitungkan sebagai faktor produksi yang penting sehingga menyebabkan pendapatan dari hutan rakyat kurang optimal. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pendapatan dan alokasi tenaga kerja pada pengelolaan hutan rakyat serta hubungannya dengan karakter petani. Data dikumpulkan selama bulan Mei sampai Juli 2010 di Desa Ciomas, Desa Kalijaya, dan Desa Kertaharja melalui wawancara pada 60 petani yang dipilih secara sengaja. Data yang terkumpul kemudian dianalisa menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan rata-rata luas pemilikan hutan, usaha hutan rakyat menyumbangkan pendapatan pada petani di Desa Ciomas, Kalijaya, dan Kertaharja Kabupaten Ciamis berturut-turut sebesar Rp 6.641.783,-/th; Rp 8.029.358,-/th, dan Rp 6.302.431,-/th. Mayoritas tenaga kerja di Desa Kalijaya dan Desa Ciomas Kabupaten Ciamis dialokasikan untuk mengelola hutan rakyat yaitu sebesar 104,77 HKP/ha/...
Smallholder tree plantation, now on the increase in Indonesia, has long been practiced by rural f... more Smallholder tree plantation, now on the increase in Indonesia, has long been practiced by rural farmers as a strategy to optimize the expected utility of land, labor and other constraints. Increasing demand for timber has driven a shift toward commercialization of smallholder forestry. However, smallholders face huge challenges when they seek for commercial markets in the form of complex regulatory frameworks applied to smallholder plantations. This paper discusses the case of smallholder plantations in Gunungkidul District (Indonesia), considered one of the most commercialized timber marketing hubs for local, national and international markets. It analyzes how opportunities and challenges, resulted from different regulatory frameworks, affect the competitiveness of smallholder forestry practices. In this paper, regulatory frameworks are defined as not only regulations issued by public administrators at the domestic (local and national) level, but also cover the emerging market-based regulatory frameworks, i.e. voluntary certification of sustainable forestry and mandatory timber legality verification.
inventore volume, biomassa dan karbon bambu petung {Dendrocalamus asper Backer) DI HUTAN RAKYAT (... more inventore volume, biomassa dan karbon bambu petung {Dendrocalamus asper Backer) DI HUTAN RAKYAT (Kasus di Dusun Ngandong, Desa Giri Kerto, Kec. Turi, Kab. Sleman, DIY) Rezky Lasekti Wicaksono1, Ris Hadi Purwanto2, Djoko Soeprijadi2 1 Alumni Fakultas Kehutanan UGM, 2Dosen FaMtas Kehutanan UGM Jl. Agro No.l Bulaksumur, Yogyakarta Email: [email protected] ABSTRACT Bamboo has a high carbondioxide absorption, - but quantitively this ability of bamboo petung (Dendrocalamus asper) has not much known. The purpose of this research are: (1) build the models to estimate the volume, biomass and carbon, (2) estimate the volume, biomass & carbon as well as the amount of C02. bambu petung absorbtions in the community forest of Ngandong hamlet Girikerto village, Turi district, Sleman regency DIY.Ten Bamboo petung with varying diameter are used as samples for building models of volume, biomass & carbon. The volume was determinated by measure the difference between the volume of solid and th...
Changes in land cover will always occur in forest areas either naturally or due to human interven... more Changes in land cover will always occur in forest areas either naturally or due to human intervention, changes for the better or damage. The Protected Forest Group Mount Sirimauis part of the Ambon City Protected Forest which was established in 1996, but there are still changes in land cover. The purpose of this study was to determine changes in the land cover before and after the establishment of the Protected Forest Group Mount Sirimau. The research method used is a descriptive research method that explains the results of the map overlay of land cover changes. Changes in the land cover before designation as protected forest (1990-1996) contained 4 (four) land cover classes of Primary Dryland Forest, Secondary Dryland Forest, Shrub Bush, and Shrub Dryland Agriculture. There are 7 (seven) land cover changes after designation as protected forest (2000-2019), namely Primary Dryland Forest, Secondary Dryland Forest, Shrub Bush, Savana, Dryland Agriculture Mixed with Shrubs, Dryland Agr...
The life of humankind has a close relationship with its surrounding forests. The interaction /rel... more The life of humankind has a close relationship with its surrounding forests. The interaction /relationship is often in a lame and brings a negative impact on the forest. The impacts of these unbalanced relationships are the destruction of all production, conservation and protection areas of forests. This study aimed to identify the anthropogenic damages in Mutis Timau protected forest areas. This research was a qualitative research with a descriptive approach using a purposive sampling and a snowball sampling technique. The purposive sampling was used to select resource persons of the FMU chiefs, forest police staff, retired FMU employees and village heads where the samples were undertaken. While the snowball sampling technique was set according to a snowball pattern that began with the village leaders (village heads) and then progressed to other resource persons to obtain accurate information related to anthropogenic activities that caused forest destruction. The number of sour...
Commercial s are ed providing for forest plantation development bank not interest in fund communi... more Commercial s are ed providing for forest plantation development bank not interest in fund community based . Therefore, in this case, non bank institutions such Forest Development Funding Center (pusat pembiayaan pembangunan hutan, PPPH) private forest are highly required. This paper is aimed to find out the effectiveness of revolving fund and factors affecting its repayment distribution . The research was conducted during September–December 2014 in Private Forest Farmer Groups in Katibung Sub-District South Lampung District 3 , , Lampung Province. The data was collected through household surveys and in-depth interviews. The household surveys were done using structured questionnaires that included questions related to: characteristics of the borrowers, characteristics of private forest, characteristics of loan, and household perceptions on private forest revolving fund Household perceptions on private forest revolving fund are
The mangrove ecosystem in Kutai National Park (KNP) has an essential and strategic role. Maintain... more The mangrove ecosystem in Kutai National Park (KNP) has an essential and strategic role. Maintaining mangroves’ integrity as a conservation area needs to be improved, one of which is by recognizing floristic potential. The study was carried out on TNK mangrove forests in the East Kutai Regency to find the composition, importance value, and diversity index. Measurements were made on trees with a diameter of ≥ 10 cm and a plot size of 10 x 10 m as many as 168 plots. KNP mangroves have high species richness, founded 17 species and every 12 species in Lombok Bay, 13 species in Kaba Bay, and ten species in Pandan Bay Estuary. The species comes from 6 families with a density of 122202 trees ha -1 , and the highest density was found in Pandan Bay Estuary. Species dominanted, i.e. Bruguiera gymnorrhysa, B sexangular, Ceriops tagal, Rhizophora apiculata, R mucronata, Sonneratia alba, and S caseolaris. The highest Important Values Index (IVI), i.e., B sexangular, B. gymnorrhysa, R mucronata, ...
INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS DAN BIOMASSA TUMBUHAN BAWAH PADA EKOSISTEM HUTAN RAKYAT JENIS ... more INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS DAN BIOMASSA TUMBUHAN BAWAH PADA EKOSISTEM HUTAN RAKYAT JENIS SENGON DI DESA BATEH, KABUPATEN MAGELANG Ris Hadi Purwanto1, Lila Tintri Cahyani2 1STAFF PENGAJAR FAKULTAS KEHUTANAN UGM, 2ALUMNI MAHASISWA BAGIAN MANJEMEN HUTAN, FAKULTAS KEHUTANAN UGM INFORMAS1 ARTIKEL Makalah pendamping Seminar Nasional dengan tema "Menata Ulang Arah Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya bagi Kesejahteraan Rakyat Secara Berkelanjutan".Dies dan Reuni ke-49 Fakultas Kehutanan UGM, 19 Oktober 2012, Yogyakarta. INTISARI Peran tumbuhan bawah di dalam ekosistem hutan sangat banyak, antara lain mampu menciptakan iklim mikro, tempat bersarangnya beberapa satwa, bahan obat-obatan, sumber pakan ternak, pencegah erosi menjaga siklus hara hutan, dan sebagai penyimpan karbon (carbon sink).Peran tumbuhan bawah yang sangat banyak tersebut nampaknya kurang disadari oleh sebagian besar masyarakat, sehingga sering dijumpai tumbuhan bawah sengaja dibakar pada saat ...
ABSTRAK Kajian Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat tel... more ABSTRAK Kajian Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat telah dilakukan dengan berdasarkan kearifan lokal Suku Moile dan Suku Meyah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis–jenis tanaman lokal, indentifikasi kearifan lokal masyarakat Suku Moile dan Suku Meyah dan merumuskan strategi RHL berdasarkan kearifan lokal masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Kampung Sub Sai Distrik Warmare dan Kampung Lebau Distrik Manokwari Utara Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat. Teknik pengambilan data adalah pendekatan metode kombinasi data primer dan sekunder yang diperoleh melalui observasi lapangan, wawancara dengan teknik Snowball sampling dan penelusuran dokumen. Metode deskriptif dengan analisis Miles dan Huberman digunakan untuk mengidentifikasi kearifan lokal Suku Moile dan Suku Meyah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis tanaman lokal yang berpotensi digunakan dalam kegiatan RHL di Kabupaten Manokwari adalah: tanaman yang mempunya...
ABSTRAK Pendekatan strategi pembangunan hutan rakyat sebagai bagian pemanfaatan lahan sangat rele... more ABSTRAK Pendekatan strategi pembangunan hutan rakyat sebagai bagian pemanfaatan lahan sangat relevan seiring dengan semakin lajunya degradasi dan deforestasi Sumber Daya Alam (SDA) di Sub DAS Logawa di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah.Tujuan penelitian untuk menggali potensi dan problematika hutan rakyat dari aspek lingkungan, aspek ekonomi, dan aspek sosial serta menemukan rumusan strategi pembangunan hutan rakyat untuk keberlanjutan pengelolaan di bagian hulu Sub DAS Logawa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai dan analisis deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang memusatkan perhatian pada pemecahan masalah yang terjadi pada masa sekarang, sedangkan masalah yang dipecahkan adalah masalah yang faktual. Pendekatan partisipasi petani dilakukan melalui kegiatan PRA dengan metode FGD dan dilanjutkan analisis hirarki menggunakan analisis hirarki proses (AHP). Hasil penyusunan hirarki dengan pembobotan tertinggi atau penentuan skala kepentingan terhadap kriteria peni...
The potential of merchantable timber and firewood of Sengon ( Paraserienthes falcataria ) in Desa... more The potential of merchantable timber and firewood of Sengon ( Paraserienthes falcataria ) in Desa Bateh community forest were estimated by developing allometric equations method. To establish the allometric equations 400 sample trees were measured to determine the relationships between tree heightt (H) and diameter at breast height (D). Twenty trees of various sizes were cut to measure the merchantable timber and firewood volume. The raw merchantable timber volume of sengon ( Paraserienthess falcataria ) in the community forest was defined as the ligneous material contained in the bole and branches which both a diameters of at least 10 cm. The results showed that D (taken at about 1.3 m above the ground) was a good predictor of H with r 2 value over 0.9141. When D was combined with H, r 2 was improved somewhat for the merchantable timber and firewood volume, suggesting the growth pattern of tree dimensiions were closely interdependent. A standing stock of the merchantable timber and...
Hutan tanaman jati yang dikelola oleh Perum Perhutani, dalam berbagai keadaan termasuk kondisi ya... more Hutan tanaman jati yang dikelola oleh Perum Perhutani, dalam berbagai keadaan termasuk kondisi yang relatif aman, selalu memiliki resiko kerusakan yang menyebabkan menurunnya kualitas kelas hutan produktif ke arah tidak produktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui standar kenormalan hutan tanaman jati yang mempertimbangkan resiko kerusakan sebagai dasar pengaturan kelestarian hasil. Penelitian ini dilaksanakan di KPH Randublatung Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah. Resiko kerusakan (casualty per cent) didekati dari angka kerusakan tegakan berdasarkan data seri selama 4 jangka perencanaan mulai jangka 1983/1992 sampai jangka 2013/2022. Normalitas tegakan didekati dari luas tegakan yang harus dibangun, sedemikian sehingga diperoleh hasil tahunan yang realtif sama dengan mempertimbangkan casualty per cent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas hutan normal ideal tanpa mempertimbangkan resiko kerusakan di KPH Randublatung dengan luas untuk produksi 27.359,4 ha dan dau...
Expansion Factors for Estimating Biomass of Logged Over Tropical Rain Forest in Central Kalimanta... more Expansion Factors for Estimating Biomass of Logged Over Tropical Rain Forest in Central Kalimantan Baroroh Wista Anggraeni1, Ris Hadi Purwanto2 and Ronggo Sadono3 'FACULTY OF FORESTRY, MUHAMMADIYAH UNIVERSITY JI. PASIR KANDANG NO.4 PADANG, WEST SUMATERA, INDONESIA CORRESPONDING EMAIL: [email protected] 2'3FACULTY OF FORESTRY, GADJAH MADA UNIVERSITY JL. AGRO-BULAKSUMUR, YOGYAKARTA 55281, INDONESIA ABSTRACT Stem and merchantable wood volume are common variables in forestry. Furthermore, The information of total biomass in tropical rainforests is an important variable for ecologists, biogeochemists, foresters and policymakers. To make better inferences on long-term changes in total biomass, it is essential to know the model associated with total biomass estimation. In this research, we develop model for predicting total biomass of forests in PT Sari Bumi Kusuma (PT SBK), Central Kalimantan, called scaling factors. Scaling factors consist of Brushwood Factor (Ebr)' Leaf...
Russian Journal of Agricultural and Socio-Economic Sciences, 2018
This study aims to determine decision-making regarding tourist visit, preferences and average tim... more This study aims to determine decision-making regarding tourist visit, preferences and average time of visit. The study was conducted using quantitative approach. The results exhibit travelers' characteristics are dominated by males within 15-30 age range. The average income is generally less than IDR 2,000,000 with monthly travel budget up to IDR 500,000 due to visiting motivation, that is, quiet and natural environment. Most tourists were originally from Central Java region, so transportation used in general is a private motorcycle and travel cars. Tourists' visitation is for recreation purposes with friends which generally last for two days with about 2 to 5 times annualy. Lastly, travel activity most favored by tourists is camping.
Diindikasikan bahwa tingginya laju kerusakan hutan di Indonesia ada kaitannya dengan tingkat koru... more Diindikasikan bahwa tingginya laju kerusakan hutan di Indonesia ada kaitannya dengan tingkat korupsi yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tipologi dan kerawanan korupsi sektor kehutanan di Indonesia. Sejak tahun 2001 sampai dengan 2015, sebanyak 39 pelaku korupsi sektor kehutanan yang terdiri dari anggota DPR, pejabat Kementerian Kehutanan, Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Kepala Dinas) serta pengusaha, telah diproses hukum dan mendapatkan vonis dari pengadilan. Terdapat 6 (enam) tipologi korupsi sektor kehutanan di Indonesia yaitu: 1) korupsi transaksional, 2) pemerasan, 3) investasi untuk korupsi, 4) nepotisme, 5) korupsi untuk bertahan, dan 6) korupsi untuk mendapatkan dukungan. Penelitian ini menemukan 4 bentuk kerawanan korupsi sektor kehutanan yaitu: 1) proses perijinan, 2) pengawasan 3) proses tata ruang kehutanan, dan 4) pengadaan barang dan jasa kehutanan.Kata kunci: deforestasi; kehutanan Indonesia; kerawanan korupsi; korupsi; tipologi korupsi The Typ...
Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Provinsi Lampung sudah berjalan sejak 14 tahun yang lalu dengan seg... more Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Provinsi Lampung sudah berjalan sejak 14 tahun yang lalu dengan segala dinamika dalam implementasinya. Penelitian terhadap perkembangan HKm sangat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan HKm di Provinsi Lampung yang dibatasi pada sebaran, permasalahan dan kondisi yang diharapkan. Penelitian dilakukan pada bulan September-Desember 2014. Data dikumpulkan melalui wawancara terbuka dan semi struktur menggunakan kuesioner dan pengamatan langsung. Informasi penyebaran HKm diperoleh melalui kegiatan survai dan identifikasi terhadap semua kabupaten yang ada di Provinsi Lampung. Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi HKm dan kondisi yang diharapkan dikumpulkan melalui wawancara dengan kelompok tani dan pertemuan/sosialisasi tentang HKm yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten/Provinsi. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan diagram tulang ikan (Fishbone Diagram) dan diuraikan secara deskriprif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa HKm di Provinsi Lampung merupakan solusi terhadap permasalahan konflik pengelolaan hutan dengan tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hutan yang telah mendorong kegiatan penggarapan kawasan hutan. HKm di Provinsi Lampung tersebar di 9 kabupaten dari 15 kabupaten/kota yang ada baik yang sudah mendapatkan Izin Usaha Pemanfaatan HKm (IUPHKm), mendapatkan Penetapan Areal Kerja (PAK), maupun sedang mengusulkan PAK. Permasalahan utama dalam implementasi HKm adalah dukungan anggaran yang kurang memadai akibat HKm belum menjadi program prioritas sehingga pembinaan dan pendampingan yang dilakukan kurang maksimal. Pengembangan kelembagaan kelompok tani, lahan, dan kewirausahaan merupakan tiga kunci penting untuk mencapai tujuan HKm yakni untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian hutan. Kata kunci: hutan kemasyarakatan, kondisi yang diharapkan, konflik, pengelolaan, permasalahan, sebaran.
Tenaga kerja pada usaha hutan rakyat belum diperhitungkan sebagai faktor produksi yang penting se... more Tenaga kerja pada usaha hutan rakyat belum diperhitungkan sebagai faktor produksi yang penting sehingga menyebabkan pendapatan dari hutan rakyat kurang optimal. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pendapatan dan alokasi tenaga kerja pada pengelolaan hutan rakyat serta hubungannya dengan karakter petani. Data dikumpulkan selama bulan Mei sampai Juli 2010 di Desa Ciomas, Desa Kalijaya, dan Desa Kertaharja melalui wawancara pada 60 petani yang dipilih secara sengaja. Data yang terkumpul kemudian dianalisa menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan rata-rata luas pemilikan hutan, usaha hutan rakyat menyumbangkan pendapatan pada petani di Desa Ciomas, Kalijaya, dan Kertaharja Kabupaten Ciamis berturut-turut sebesar Rp 6.641.783,-/th; Rp 8.029.358,-/th, dan Rp 6.302.431,-/th. Mayoritas tenaga kerja di Desa Kalijaya dan Desa Ciomas Kabupaten Ciamis dialokasikan untuk mengelola hutan rakyat yaitu sebesar 104,77 HKP/ha/...
Smallholder tree plantation, now on the increase in Indonesia, has long been practiced by rural f... more Smallholder tree plantation, now on the increase in Indonesia, has long been practiced by rural farmers as a strategy to optimize the expected utility of land, labor and other constraints. Increasing demand for timber has driven a shift toward commercialization of smallholder forestry. However, smallholders face huge challenges when they seek for commercial markets in the form of complex regulatory frameworks applied to smallholder plantations. This paper discusses the case of smallholder plantations in Gunungkidul District (Indonesia), considered one of the most commercialized timber marketing hubs for local, national and international markets. It analyzes how opportunities and challenges, resulted from different regulatory frameworks, affect the competitiveness of smallholder forestry practices. In this paper, regulatory frameworks are defined as not only regulations issued by public administrators at the domestic (local and national) level, but also cover the emerging market-based regulatory frameworks, i.e. voluntary certification of sustainable forestry and mandatory timber legality verification.
inventore volume, biomassa dan karbon bambu petung {Dendrocalamus asper Backer) DI HUTAN RAKYAT (... more inventore volume, biomassa dan karbon bambu petung {Dendrocalamus asper Backer) DI HUTAN RAKYAT (Kasus di Dusun Ngandong, Desa Giri Kerto, Kec. Turi, Kab. Sleman, DIY) Rezky Lasekti Wicaksono1, Ris Hadi Purwanto2, Djoko Soeprijadi2 1 Alumni Fakultas Kehutanan UGM, 2Dosen FaMtas Kehutanan UGM Jl. Agro No.l Bulaksumur, Yogyakarta Email: [email protected] ABSTRACT Bamboo has a high carbondioxide absorption, - but quantitively this ability of bamboo petung (Dendrocalamus asper) has not much known. The purpose of this research are: (1) build the models to estimate the volume, biomass and carbon, (2) estimate the volume, biomass & carbon as well as the amount of C02. bambu petung absorbtions in the community forest of Ngandong hamlet Girikerto village, Turi district, Sleman regency DIY.Ten Bamboo petung with varying diameter are used as samples for building models of volume, biomass & carbon. The volume was determinated by measure the difference between the volume of solid and th...
Changes in land cover will always occur in forest areas either naturally or due to human interven... more Changes in land cover will always occur in forest areas either naturally or due to human intervention, changes for the better or damage. The Protected Forest Group Mount Sirimauis part of the Ambon City Protected Forest which was established in 1996, but there are still changes in land cover. The purpose of this study was to determine changes in the land cover before and after the establishment of the Protected Forest Group Mount Sirimau. The research method used is a descriptive research method that explains the results of the map overlay of land cover changes. Changes in the land cover before designation as protected forest (1990-1996) contained 4 (four) land cover classes of Primary Dryland Forest, Secondary Dryland Forest, Shrub Bush, and Shrub Dryland Agriculture. There are 7 (seven) land cover changes after designation as protected forest (2000-2019), namely Primary Dryland Forest, Secondary Dryland Forest, Shrub Bush, Savana, Dryland Agriculture Mixed with Shrubs, Dryland Agr...
The life of humankind has a close relationship with its surrounding forests. The interaction /rel... more The life of humankind has a close relationship with its surrounding forests. The interaction /relationship is often in a lame and brings a negative impact on the forest. The impacts of these unbalanced relationships are the destruction of all production, conservation and protection areas of forests. This study aimed to identify the anthropogenic damages in Mutis Timau protected forest areas. This research was a qualitative research with a descriptive approach using a purposive sampling and a snowball sampling technique. The purposive sampling was used to select resource persons of the FMU chiefs, forest police staff, retired FMU employees and village heads where the samples were undertaken. While the snowball sampling technique was set according to a snowball pattern that began with the village leaders (village heads) and then progressed to other resource persons to obtain accurate information related to anthropogenic activities that caused forest destruction. The number of sour...
Commercial s are ed providing for forest plantation development bank not interest in fund communi... more Commercial s are ed providing for forest plantation development bank not interest in fund community based . Therefore, in this case, non bank institutions such Forest Development Funding Center (pusat pembiayaan pembangunan hutan, PPPH) private forest are highly required. This paper is aimed to find out the effectiveness of revolving fund and factors affecting its repayment distribution . The research was conducted during September–December 2014 in Private Forest Farmer Groups in Katibung Sub-District South Lampung District 3 , , Lampung Province. The data was collected through household surveys and in-depth interviews. The household surveys were done using structured questionnaires that included questions related to: characteristics of the borrowers, characteristics of private forest, characteristics of loan, and household perceptions on private forest revolving fund Household perceptions on private forest revolving fund are
The mangrove ecosystem in Kutai National Park (KNP) has an essential and strategic role. Maintain... more The mangrove ecosystem in Kutai National Park (KNP) has an essential and strategic role. Maintaining mangroves’ integrity as a conservation area needs to be improved, one of which is by recognizing floristic potential. The study was carried out on TNK mangrove forests in the East Kutai Regency to find the composition, importance value, and diversity index. Measurements were made on trees with a diameter of ≥ 10 cm and a plot size of 10 x 10 m as many as 168 plots. KNP mangroves have high species richness, founded 17 species and every 12 species in Lombok Bay, 13 species in Kaba Bay, and ten species in Pandan Bay Estuary. The species comes from 6 families with a density of 122202 trees ha -1 , and the highest density was found in Pandan Bay Estuary. Species dominanted, i.e. Bruguiera gymnorrhysa, B sexangular, Ceriops tagal, Rhizophora apiculata, R mucronata, Sonneratia alba, and S caseolaris. The highest Important Values Index (IVI), i.e., B sexangular, B. gymnorrhysa, R mucronata, ...
INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS DAN BIOMASSA TUMBUHAN BAWAH PADA EKOSISTEM HUTAN RAKYAT JENIS ... more INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS DAN BIOMASSA TUMBUHAN BAWAH PADA EKOSISTEM HUTAN RAKYAT JENIS SENGON DI DESA BATEH, KABUPATEN MAGELANG Ris Hadi Purwanto1, Lila Tintri Cahyani2 1STAFF PENGAJAR FAKULTAS KEHUTANAN UGM, 2ALUMNI MAHASISWA BAGIAN MANJEMEN HUTAN, FAKULTAS KEHUTANAN UGM INFORMAS1 ARTIKEL Makalah pendamping Seminar Nasional dengan tema "Menata Ulang Arah Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya bagi Kesejahteraan Rakyat Secara Berkelanjutan".Dies dan Reuni ke-49 Fakultas Kehutanan UGM, 19 Oktober 2012, Yogyakarta. INTISARI Peran tumbuhan bawah di dalam ekosistem hutan sangat banyak, antara lain mampu menciptakan iklim mikro, tempat bersarangnya beberapa satwa, bahan obat-obatan, sumber pakan ternak, pencegah erosi menjaga siklus hara hutan, dan sebagai penyimpan karbon (carbon sink).Peran tumbuhan bawah yang sangat banyak tersebut nampaknya kurang disadari oleh sebagian besar masyarakat, sehingga sering dijumpai tumbuhan bawah sengaja dibakar pada saat ...
ABSTRAK Kajian Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat tel... more ABSTRAK Kajian Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat telah dilakukan dengan berdasarkan kearifan lokal Suku Moile dan Suku Meyah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis–jenis tanaman lokal, indentifikasi kearifan lokal masyarakat Suku Moile dan Suku Meyah dan merumuskan strategi RHL berdasarkan kearifan lokal masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Kampung Sub Sai Distrik Warmare dan Kampung Lebau Distrik Manokwari Utara Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat. Teknik pengambilan data adalah pendekatan metode kombinasi data primer dan sekunder yang diperoleh melalui observasi lapangan, wawancara dengan teknik Snowball sampling dan penelusuran dokumen. Metode deskriptif dengan analisis Miles dan Huberman digunakan untuk mengidentifikasi kearifan lokal Suku Moile dan Suku Meyah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis tanaman lokal yang berpotensi digunakan dalam kegiatan RHL di Kabupaten Manokwari adalah: tanaman yang mempunya...
ABSTRAK Pendekatan strategi pembangunan hutan rakyat sebagai bagian pemanfaatan lahan sangat rele... more ABSTRAK Pendekatan strategi pembangunan hutan rakyat sebagai bagian pemanfaatan lahan sangat relevan seiring dengan semakin lajunya degradasi dan deforestasi Sumber Daya Alam (SDA) di Sub DAS Logawa di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah.Tujuan penelitian untuk menggali potensi dan problematika hutan rakyat dari aspek lingkungan, aspek ekonomi, dan aspek sosial serta menemukan rumusan strategi pembangunan hutan rakyat untuk keberlanjutan pengelolaan di bagian hulu Sub DAS Logawa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai dan analisis deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang memusatkan perhatian pada pemecahan masalah yang terjadi pada masa sekarang, sedangkan masalah yang dipecahkan adalah masalah yang faktual. Pendekatan partisipasi petani dilakukan melalui kegiatan PRA dengan metode FGD dan dilanjutkan analisis hirarki menggunakan analisis hirarki proses (AHP). Hasil penyusunan hirarki dengan pembobotan tertinggi atau penentuan skala kepentingan terhadap kriteria peni...
The potential of merchantable timber and firewood of Sengon ( Paraserienthes falcataria ) in Desa... more The potential of merchantable timber and firewood of Sengon ( Paraserienthes falcataria ) in Desa Bateh community forest were estimated by developing allometric equations method. To establish the allometric equations 400 sample trees were measured to determine the relationships between tree heightt (H) and diameter at breast height (D). Twenty trees of various sizes were cut to measure the merchantable timber and firewood volume. The raw merchantable timber volume of sengon ( Paraserienthess falcataria ) in the community forest was defined as the ligneous material contained in the bole and branches which both a diameters of at least 10 cm. The results showed that D (taken at about 1.3 m above the ground) was a good predictor of H with r 2 value over 0.9141. When D was combined with H, r 2 was improved somewhat for the merchantable timber and firewood volume, suggesting the growth pattern of tree dimensiions were closely interdependent. A standing stock of the merchantable timber and...
Hutan tanaman jati yang dikelola oleh Perum Perhutani, dalam berbagai keadaan termasuk kondisi ya... more Hutan tanaman jati yang dikelola oleh Perum Perhutani, dalam berbagai keadaan termasuk kondisi yang relatif aman, selalu memiliki resiko kerusakan yang menyebabkan menurunnya kualitas kelas hutan produktif ke arah tidak produktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui standar kenormalan hutan tanaman jati yang mempertimbangkan resiko kerusakan sebagai dasar pengaturan kelestarian hasil. Penelitian ini dilaksanakan di KPH Randublatung Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah. Resiko kerusakan (casualty per cent) didekati dari angka kerusakan tegakan berdasarkan data seri selama 4 jangka perencanaan mulai jangka 1983/1992 sampai jangka 2013/2022. Normalitas tegakan didekati dari luas tegakan yang harus dibangun, sedemikian sehingga diperoleh hasil tahunan yang realtif sama dengan mempertimbangkan casualty per cent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas hutan normal ideal tanpa mempertimbangkan resiko kerusakan di KPH Randublatung dengan luas untuk produksi 27.359,4 ha dan dau...
Uploads
Papers by Ris Purwanto