The challenges of business competition, requires companies choose a competent manager to manage t... more The challenges of business competition, requires companies choose a competent manager to manage the business, because a competent manager will show superior performance. This study aimed to obtain a model of the relationship and the influence of managerial competence to organizational performance at creative industries of West Sumatra. Results of this study will be useful for the creative industries or policy makers, as a guideline for determining the managerial competencies needed to improve performance at the Creative Industries of West Sumatra. Managerial Kompetetensi indicator refers to the theory of Spencer and Spencer (1993), while the Organizational Performance refers to the results of research Minh Hien (1999). The sampling technique is stratified random sampling with a sample size of 157 managers in the business of woven crafts, needlepoint and embroidery are allocated proportionally to the six cities in West Sumatra : Padang, Padang Pariaman, Bukittinggi, Payakumbuh, Solok and Padang Panjang. Data analysis method used is simple regression. The results showed that of the significant influence of the Managerial Competence Creative Industry Performance West Sumatra. 1. PENDAHULUAN Industri kreatif dipandang semakin penting dalam mendukung kesejahteraan perekonomian, karena 6,3% GDP disumbangkan oleh Industri kreatif (Deperindag RI, 2008). Pondasi utama dalam industri kreatif adalah " people " , yang akan melahirkan kreatifitas melalui ide dan intelektual yang tidak akan pernah habis bahkan selalu berkembang dari masa kemasa.Industri kreatif melakukan transformasi struktur perekonomian dari berbasis Sumber Daya Alam kepada Sumber Daya Manusia. Populasi penduduk Indonesia yang besar yang didukung oleh keragaman budaya serta keindahan alam dan pariwisata yang andalkan semakin mendorong majunya sektor Industri Kreatif. Pengelolan yang baik serta dukungan dari pemerintah (Goverment), industri (Business) dan cendikiawan (Intelectual) yang dikenal juga dengan Triple Helix, akan mempercepat perkembangan industri kreatif serta memperbesar kontribusi Industri kreatif terhadap perekomian Indonesia, seperti halnya di negara maju: Australia, Inggris, Singapura dan lain-lain. Di Sumatera Barat salah satu sektor industri kreatif yang berkembang adalah kerajinan, seperti Bordir, Sulaman dan Tenunan yang merupakan salah satu ciri khas budaya yang dibuat secara turun temurun dan memiliki nilai histori yang berkaitan dengan adat istiadat Sumatera Barat. Bentuknya yang unik, khas dan memiliki nilai seni yang tinggi mengakibatkan kerajinan ini semakin hari semakin berkembang, tidak hanya di pasarkan di wilayah Sumatera Barat akan tetapi ke seluruh Indonesia bahkan negara lain seperti Malaysia, Singapura, Belanda dan lain-lain. Hampir di setiap kabupaten di Sumatera Barat memiliki kerajinan bordir dan sulaman, ataupun tenunan, namun sebarannya berbeda-beda tergantung dari potensi daerah dan ketersediaan SDM. Ada daerah yang menjadikan komoditi ini sebagai produk unggulan ada yang tidak. Kerajinan bordir dan sulam berkembang di Kodya Bukittinggi, Payakumbuh, Padang Panjang, dan Pariaman. Sementara kerajinan pertenunan berkembang di Tanah Datar, Sawah Lunto dan Limapuluh Kota. Produk ini juga memiliki ciri khas tersendiri, sesuai daerah asalnya. Sulaman Bukittinggi, berbeda dengan sulaman Pesisir Selatan, Padang ataupun Pariaman.
The challenges of business competition, requires companies choose a competent manager to manage t... more The challenges of business competition, requires companies choose a competent manager to manage the business, because a competent manager will show superior performance. This study aimed to obtain a model of the relationship and the influence of managerial competence to organizational performance at creative industries of West Sumatra. Results of this study will be useful for the creative industries or policy makers, as a guideline for determining the managerial competencies needed to improve performance at the Creative Industries of West Sumatra. Managerial Kompetetensi indicator refers to the theory of Spencer and Spencer (1993), while the Organizational Performance refers to the results of research Minh Hien (1999). The sampling technique is stratified random sampling with a sample size of 157 managers in the business of woven crafts, needlepoint and embroidery are allocated proportionally to the six cities in West Sumatra : Padang, Padang Pariaman, Bukittinggi, Payakumbuh, Solok and Padang Panjang. Data analysis method used is simple regression. The results showed that of the significant influence of the Managerial Competence Creative Industry Performance West Sumatra. 1. PENDAHULUAN Industri kreatif dipandang semakin penting dalam mendukung kesejahteraan perekonomian, karena 6,3% GDP disumbangkan oleh Industri kreatif (Deperindag RI, 2008). Pondasi utama dalam industri kreatif adalah " people " , yang akan melahirkan kreatifitas melalui ide dan intelektual yang tidak akan pernah habis bahkan selalu berkembang dari masa kemasa.Industri kreatif melakukan transformasi struktur perekonomian dari berbasis Sumber Daya Alam kepada Sumber Daya Manusia. Populasi penduduk Indonesia yang besar yang didukung oleh keragaman budaya serta keindahan alam dan pariwisata yang andalkan semakin mendorong majunya sektor Industri Kreatif. Pengelolan yang baik serta dukungan dari pemerintah (Goverment), industri (Business) dan cendikiawan (Intelectual) yang dikenal juga dengan Triple Helix, akan mempercepat perkembangan industri kreatif serta memperbesar kontribusi Industri kreatif terhadap perekomian Indonesia, seperti halnya di negara maju: Australia, Inggris, Singapura dan lain-lain. Di Sumatera Barat salah satu sektor industri kreatif yang berkembang adalah kerajinan, seperti Bordir, Sulaman dan Tenunan yang merupakan salah satu ciri khas budaya yang dibuat secara turun temurun dan memiliki nilai histori yang berkaitan dengan adat istiadat Sumatera Barat. Bentuknya yang unik, khas dan memiliki nilai seni yang tinggi mengakibatkan kerajinan ini semakin hari semakin berkembang, tidak hanya di pasarkan di wilayah Sumatera Barat akan tetapi ke seluruh Indonesia bahkan negara lain seperti Malaysia, Singapura, Belanda dan lain-lain. Hampir di setiap kabupaten di Sumatera Barat memiliki kerajinan bordir dan sulaman, ataupun tenunan, namun sebarannya berbeda-beda tergantung dari potensi daerah dan ketersediaan SDM. Ada daerah yang menjadikan komoditi ini sebagai produk unggulan ada yang tidak. Kerajinan bordir dan sulam berkembang di Kodya Bukittinggi, Payakumbuh, Padang Panjang, dan Pariaman. Sementara kerajinan pertenunan berkembang di Tanah Datar, Sawah Lunto dan Limapuluh Kota. Produk ini juga memiliki ciri khas tersendiri, sesuai daerah asalnya. Sulaman Bukittinggi, berbeda dengan sulaman Pesisir Selatan, Padang ataupun Pariaman.
Uploads
Papers by Ijenk Putra