Papers by Niniek Widyorini

Management of Aquatic Resources Journal, Apr 29, 2014
Jawa Tengah -50275, Telp/Fax. +6224 7474698 ABSTRAK Jumlah penduduk Indonesia yang besar tidak se... more Jawa Tengah -50275, Telp/Fax. +6224 7474698 ABSTRAK Jumlah penduduk Indonesia yang besar tidak seimbang dengan luas lahan yang tersedia untuk berbagai kegiatan penduduk, membuat pemerintah menerapkan kebijakan untuk melakukan reklamasi pantai agar kebutuhan lahan penduduk terpenuhi. Reklamasi merupakan proses pembentukan lahan baru di daerah pesisir dengan tujuan menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kegiatan reklamasi memiliki dampak positif dan negatif bagi ekosistem perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: kelimpahan hewan makrobenthos pada daerah yang terkena reklamasi (A) dan daerah yang tidak terkena reklamasi (B) dan dampak reklamasi terhadap kelimpahan hewan makrobenthos di Pantai Marina Semarang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2013 di Pantai Marina Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi. Metode sampling yang digunakan adalah metode sistematik sampling. Pengambilan sampel dilakukan di 2 lokasi, dimana pada masing-masing lokasi ditentukan 7 titik sampling dan setiap titik sampling dilakukan 3 kali ulangan. Jarak antara satu titik sampling ke titik sampling lainnya adalah 5 meter. Kelimpahan hewan makrobenthos yang diperoleh di lokasi A adalah 54 ind/m 3 dan terdiri dari 10 genera dengan nilai indeks keanekaragaman (H') sebesar 1,06 dan nilai indeks keseragaman (e) 0,65. Kelimpahan hewan makrobenthos di lokasi B adalah 125 ind/m 3 terdiri dari 14 genera dengan nilai indeks keanekaragaman (H') sebesar 2,55 dan nilai indeks keseragaman (e) 0,96. Kesimpulan dari penelitian ini adalah daerah yang tidak terkena reklamasi memiliki kelimpahan jenis, indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman yang lebih tinggi daripada daerah yang terkena reklamasi.

Management of Aquatic Resources Journal, Oct 29, 2013
Salah satu hasil laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi setelah ikan dan udang adalah cumi-cumi... more Salah satu hasil laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi setelah ikan dan udang adalah cumi-cumi. Cumi-cumi merupakan salah satu jenis sumberdaya perikanan yang berperan nyata dalam sektor perikanan laut dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi melalui kegiatan penangkapan sudah saatnya disertai dengan upaya pengaturan penangkapan. Upaya ini dapat memperbaiki kerusakan sumberdaya cumi-cumi, karena stok dapat diperkaya untuk memperbaiki dan mempertahankan kelestarian sumberdaya cumi-cumi. Studi mengenai morfometri dari cumi-cumi sangat diperlukan guna selektivitas ukuran bagi kegiatan penangkapan. Selektivitas alat tangkap sangat penting dilakukan untuk menghindari terjadinya overfishing. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik morfometri dan faktor kondisi dari cumi-cumi P.chinensis dan P. duvaucelii yang didaratkan di TPI sekitar Pantai Utara Jawa Tengah. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif yang dalam pelaksanaannya dilakukan melalui teknik survei yaitu melakukan kegiatan pengamatan secara langsung dilapangan dengan bertanya terhadap nelayan sebagai data primer dan pengambilan sampel menggunakan metode random sampling yaitu bahwa semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dimasukkan sebagai anggota sampel. Hasil penelitian ini adalah mengidentifikasi 2 jenis cumi-cumi yaitu P.chinensis dan P. duvaucelii. Ukuran yang mendominasi untuk P. duvaucelii yaitu berkisar antara 25 -40 mm dan P. chinensis yaitu antara ukuran 55 -70 mm. Hubungan panjang berat P.chinensis dan P. duvaucelii mempunyai persamaan W = 0,0024 L 2,055 dan W = 0,00129 L 2,213 . Karakteristik alometri pada cumi-cumi P.chinensis dan P.duvaucelii mempunyai sifat pertumbuhan alometrik positif, alometrik negatif dan isometrik. Nilai faktor kondisi dari P.chinensis dan P. duvaucelii dengan rumus K= W/ aL b masing-masing adalah 1,007 dan 1,082. Hal tersebut menunjukkan bahwa tubuh dari kedua cumi-cumi yaitu kurang pipih. Berdasarkan penelitian ini, diketahui bahwa pertumbuhan panjang mantel kedua spesies tumbuh lebih cepat dibanding organ tubuh lain dan pertumbuhan panjang mata P. chinensis lebih cepat dibanding tinggi mata, sedangkan panjang mata P. duvaucelii tumbuh seimbang terhadap tinggi mata.

Management of Aquatic Resources Journal, Oct 29, 2014
Waduk Malahayu memiliki luas 620 Ha, terletak di Kabupaten Brebes. Waduk yang memiliki jenis ikan... more Waduk Malahayu memiliki luas 620 Ha, terletak di Kabupaten Brebes. Waduk yang memiliki jenis ikan dari ikan domestik dan introduksi, berpotensi untuk dimanfaatkan salah satunya dibidang perikanan seperti kegiatan penangkapan dan budidaya ikan. Ikan Mendo adalah salah satu ikan domestik yang masih jarang di kenal masyarakat luas, ikan yang memiliki potensi sebagai salah satu komuditas penangkapan. Belum banyak informasi tentang ikan Mendo dan menurunnya populasi di alam menjadi permasalahan untuk populasinya, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dan pengelolaan lebih lanjut. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui aspek biologi (aspek pertumbuhan dan aspek reproduksi) dan melihat perkembangan produksinya. Penelitian dilakukan pada bulan Juni hingga bulan Juli 2014. Metode yang digunakan yaitu metode simple random sampling. Dalam penelitian ini diperlukan data primer dan sekunder. Data primer merupakan 10% dari total tangkapan, sedangkan data sekunder meliputi data produksi ikan Mendo tahun 2006 sampai 2011. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada ikan Mendo sebanyak 822 ekor, pertumbuhan ikan Mendo bersifat allometrik negatif dengan nilai b sebesar 2,202. Faktor kondisi yang diperoleh sebesar 1,088 yang tergolong dalam ikan yang pipih atau tidak gemuk. Ukuran ikan Mendo yang tertangkap sudah layak untuk ditangkap, karena Lc 50% > ½ L∞ dan ikan sudah pernah melakukan pemijahan, karena Lm 50% < Lc 50%. Tingkat kematangan gonad ikan Mendo menurut Holden dan Raitt (1974) didominasi oleh TKG III dan IV yaitu fase matang. IKG tertinggi pada ikan Mendo selama penelitian yaitu 22,50%. Fekunditas tertinggi sebesar 8250 butir dengan panjang tubuh 28 mm dan berat tubuh 0,7 gram. Pada perkembangan produksi ikan Mendo terjadi penurunan pada tahun 2009 hingga sekarang.

Management of Aquatic Resources Journal, Aug 29, 2013
Perairan Pantai Bandengan Jepara terletak di daerah utara Pulau Jawa. Jenis biota yang ada beraga... more Perairan Pantai Bandengan Jepara terletak di daerah utara Pulau Jawa. Jenis biota yang ada beragam dengan populasi masing-masing jenis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan rumput laut, nilai laju sedimentasi pada daerah rumput laut serta mengetahui hubungan perbedaan kerapatan rumput laut dengan laju sedimentasi di perairan bandengan Jepara. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunitas rumput laut yang dibagi menjadi 3 pengambilan, pengambilan dilakukan secara tegak lurus ke arah laut dan penghitungan laju sedimentasi dengan menggunakan sedimen trap yang di pasang pada lokasi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survey. Metode penentuan kerapatan rumput laut dilakukan dengan frame kuadran ukuran 1x1 m dengan cara menghitung jumlah tegakan rumput laut dalam setiap meter persegi sepanjang 100 m. Kerapatan rumput laut di perairan Bandengan Jepara di dapat 431 individu/300m 2 yang terdapat 9 jenis dari 2 filum yaitu Filum Chlorophyta : Halimeda opuntia sebanyak 157 individu/300m 2 , Halimeda descoides sebanyak 58 individu/300m 2 , Halimeda makroloba sebanyak 74 individu/300m 2 , filum Phaeophyta : Chordoria flagelliformis sebanyak 31 individu/300m 2 , Padina crassa sebanyak 83 individu/300m 2 , Sargassum yendoi sebanyak 15 individu/300m 2 , Sargassum piluliferum sebanyak 3 individu/300m 2 , Sargassum confusum sebanyak 5 individu/300m 2 , dan Sargassum duplicatum sebanyak 5 individu/300m 2 . Hasil penghitungan laju sedimentasi diketahui rata-rata laju sedimentasi pada lokasi penelitian adalah 0,85 mg/cm3/hari. Nilai korelasi antara laju sedimentasi dengan kerapatan rumput laut sebesar 0,85, hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang erat antara laju sedimentasi dengan kerapatan rumput laut di perairan Bandengan, Jepara.

Management of Aquatic Resources Journal, Aug 29, 2014
Bioflok merupakan salah satu teknologi yang mampu mengatasi permasalahan limbah akuakultur, sebab... more Bioflok merupakan salah satu teknologi yang mampu mengatasi permasalahan limbah akuakultur, sebab dengan penambahan materi heterotrof mampu mengubah nitrogen anorganik yang berasal dari feses maupun sisa pakan menjadi protein sel tunggal yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ikan atau udang. Penguraian bahan organik oleh bakteri menjadi sangat komplek di perairan, mengingat banyak faktor lingkungan yang berperan. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam penelitian ini akan dilakukan penelitian tentang analisis pengaruh bahan organik terhadap total bakteri di tambak dengan melihat hubungan dan pengaruh dari faktor lingkungan terhadap total bakteri. Tujuan dari penelitian ini, untuk mengetahui hubungan bahan organik dengan total bakteri pada tambak udang intensif sistem semibioflok. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2014. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air yang berasal dari tambak intensif di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif adalah metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deksripsi tentang suatu keadaan. Metode pengambilan sampel yaitu metode purposive sampling dimana teknik pengambilan sampel mempunyai pertimbangan tertentu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, kandungan bahan organik pada tambak udang intensif sistem semibioflok yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar antara 41,14 -162,45 mg/l. Jumlah total bakteri pada tambak udang intensif sistem semibioflok yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar antara 2,0 x10 3 _ 2,4 x10 5 (CFU/ml). Berdasarkan hasil Uji Pearson correlation bahwa hubungan bahan organik dengan total bakteri pada tambak udang intensif sistem semibioflok menunjukkan arah korelasi yang linier positif yaitu semakin besar nilai bahan organik semakin besar juga nilai total bakterinya.

Management of Aquatic Resources Journal, Aug 29, 2013
Lamun merupakan salah satu sumberdaya laut yang sangat potensial dan dapat dimanfaatkan. Organism... more Lamun merupakan salah satu sumberdaya laut yang sangat potensial dan dapat dimanfaatkan. Organisme benthos seperti meiofauna menepati posisi yang sangat penting dalam proses biodegradasi di ekosistem pantai. Meiofauna bersifat relatif menetap pada dasar perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan meiofauna pada kerapatan lamun yang berbeda di Pantai Pulau Panjang, Jepara dan mengetahui hubungan antara kerapatan lamun yang berbeda dengan kelimpahan meiofauna. Metode pengambilan sampel dan pengamatan meiofauna adalah sampel diambil 7 titik dari setiap stasiun, pengambilan sampel meiofauna dengan menggunakan pralon 20 cm, sampel kemudian disaring dengan menggunakan saringan sampel 0,5 mm dan diberi formalin sebanyak 4% ,larutan rose bengale ™ dan larutan ludox. Jenis lamun yang ditemukan di lokasi penelitian ini didapatkan 5 genera lamun yaitu Thalassia sp, Cymodocea sp, Enhalus sp, Syringodium sp dan Halodule sp. Jumlah spesies individu meiofauna pada stasiun A yaitu 34.666 individu/m 3 dari 22 spesies, pada stasiun B yaitu 42.666 individu/m 3 dari 22 spesies dan pada stasiun C yaitu 54.000 individu/m 3 dari 22 spesies. Uji korelasi pearson didapatkan nilai sebesar 0,565 ( ≥ 0,05 ) dengan kesimpulan H 0 diterima dan H 1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara meiofauna dengan kerapatan lamun yang berbeda di Pulau Panjang Jepara. Nilai korelasi antara meiofauna dengan kerapatan lamun sebesar -0,632, hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang erat antara meiofauna dengan kerapatan lamun di Pulau Panjang, Jepara. Abstract Seagrass is one of the marine resources that very potential and can be exploited. The benthos organisms such as meiofauna occupies a very important position in the process of biodegradation in coastal ecosystems. This study aims to determine the abundance of meiofauna on different seagrass density in the Beach of Panjang Island, Jepara and to determine the relationship between different seagrass densities to meiofauna abundance. While the sampling method and observations of meiofauna are drawn as samples from 7 points on each station. Meiofauna sampling used pralon that measuring 20 cm in depth, then the samples were filtered using a sample sieve 0.5 mm and added as much as 4% formalin, a solution of rose bengale TM and ludox solution. Pearson correlation test is obtained a value of 0.565 (≥0.05) with the conclusion H 0 is accepted and H 1 is rejected. This shows that there is no relationship between meiofauna and different seagrass densities in Panjang Island, Jepara. The correlation value between meiofauna and the seagrass density is 0.632. This indicate that there is no close relationship between meiofauna and seagrass density in the Panjang Island, Jepara.

Management of Aquatic Resources Journal, Aug 29, 2013
Perifiton merupakan jasadjasad yang dapat hidup melekat pada permukaan daun lamundengan demikian ... more Perifiton merupakan jasadjasad yang dapat hidup melekat pada permukaan daun lamundengan demikian penelitian ini ditekankan untuk mengetahui struktur komunitas perifiton pada komunitas lamun serta membedakannya pada setiap jenis lamun. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang keberadaan perifiton pada komunitas lamun dalam menunjang fungsifungsinya di perairan Pulau Panjang, Jepara sebagai areal konservasi. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada antara bulan Juni -Juli 2012 selama 1 bulan di pantai perairan Pulau Panjang, Jepara, Jawa tengah. Proses mengidentifikasi diadakan di laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan. Metode yang digunakan adalah pengambilan sampel lamun dan perifiton dengan menentukkan tiga titik pengambilan sampel lamun dengan kepadatan jarang, sedang dan padat serta pengukuran . Jenis Perifiton yang paling banyak ditemui di pada perairan Pulau Panjang pada ratarata kerapatan berasal dari kelas Bacillariophyceae yaitu berkisar antara 63.134-98.910 ind/cm 2 , perifiton dengan kelimpahan relatif tertinggi adalah Nizchia sp berkisar 32,26-34,18 % Persen penutupannya pada kerapatan sedang yaitu 39,08%, pada kerapatan padat yaitu 45,01% dan pada kerapatan jarang yaitu 15,89%. Pada sampel daun lamun yang diambil secara acak, ditemukan 16 spesies dengan indeks keanekaragaman (H') perifiton pada kerapatan jarang mempunyai nilai indekskeanekaragaman sebesar 2,35 dengani keseragamannya sebesar 0,84 kerapatan sedang sebesar 2,39 dan keseragaman (e) sebesar 0,86 dan perifiton pada kerapatan padat mempunyai nilai indeks keanekaragaman 2,45 dan keseragaman 0,87.

Management of Aquatic Resources Journal, Jan 29, 2014
Kerang darah (A. granosa) merupakan komoditas laut yang dihasilkan dari perairan Tanjung Emas Sem... more Kerang darah (A. granosa) merupakan komoditas laut yang dihasilkan dari perairan Tanjung Emas Semarang dan Wedung Demak. Melihat dari keadaan fisik kedua lokasi tersebut, diperkirakan perairan Tanjung Emas relatif lebih banyak menerima berbagai cemaran industri maupun limbah kota daripada di perairan Wedung Demak. Oleh karena itu, pada penelitian ini ingin diketahui kandungan natrium (Na) dan logam berat timbal (Pb) jaringan lunak kerang darah dari kedua perairan tersebut ditinjau dari kelayakan baku mutu standar aman konsumsi oleh WHO tahun 2004 dan BPOM No. HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 untuk penetapan batas-maksimal-aman-konsumsi-mingguan kerang A. granosa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2012. Lokasi sampling ditetapkan secara purposive, kandungan natrium dan timbal dianalisis menggunakan AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometry), sedangkan penetapan batasmaksimal-aman-konsumsi-mingguan dihitung menggunakan rumus MTI (Maximum Tolerable Intake). Kandungan natrium pada daging kerang darah dari Tanjung Emas Semarang adalah 36,12-47,32 gr/kg berat basah. Bila kerang dari perairan Wedung Demak adalah berkisar 41,32-43,03 gr/kg berat basah. Kandungan timbal pada daging kerang darah dari Tanjung Emas Semarang adalah 0,268-0,401 gr/kg berat basah. Bila kerang dari perairan Wedung Demak adalah berkisar 0,067-0,183 gr/kg berat basah. Untuk orang dengan rerata berat badan 60 kg, batas aman konsumsi natrium dan timbal dari kerang darah yang dianjurkan bila dari Tanjung Emas Semarang adalah hanya 3,6 gram berat basah/minggu/orang. Namun, bila kerang berasal dari Wedung Demak angka maksimum tersebut dapat sedikit lebih tinggi yaitu 7,2 gram berat basah/minggu/orang.
Management of Aquatic Resources Journal, Oct 29, 2014

Jurnal Saintek Perikanan, 2009
Pengamatan tentang transport larva ikan pada saat pasang dan surut di Pelawangan Timur Segara Ana... more Pengamatan tentang transport larva ikan pada saat pasang dan surut di Pelawangan Timur Segara Anakan telah dilakukan dari bulan Juli sampai dengan September 2003. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Plankton net diameter 60 cm dan ukuran mata jaring 200 , sebanyak 5 kali pada waktu pasang purnama, baik pada saat air pasang maupun air surut. Penarikan jaring dilakukan selama 10 menit dengan kecepatan 2 knot Selama penelitian telah tertangkap 904 individu yang terdiri dari 11 famili yaitu Clupeidae, Engraulididae, Belonidae, Hemiramphidae, Atherinidae, Mugillidae, Ambassidae, Apogonidae, Gerreidae, Pomacentridae, Gobiidae. Sebagian besar larva ikan yang tertangkap merupakan larva dari ikan-ikan yang pada fase dewasa berada di laut. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pasang surut mempengaruhi keluar masuknya larva ikan di Pelawangan Timur. Dimana pada saat pasang tertangkap 472 individu (52,21 %) dan pada saat surut tertangkap 432 individu (47,79 %).

Management of Aquatic Resources Journal, Apr 29, 2013
Teluk Jakarta sebagai pintu gerbang masuk ibukota telah mengalami pencemaran yang telah melewati ... more Teluk Jakarta sebagai pintu gerbang masuk ibukota telah mengalami pencemaran yang telah melewati ambang batas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kadar konsentrasi timbal (Pb) dalam substrat terhadap kelimpahan dan keanekaragaman makrozoobenthos di pesisir Teluk Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, sedangkan metode yang digunakan untuk pengambilan sampel metode purposive sampling. Adapun lokasi sampling sebagai berikut :Stasiun I (Muara Cengkareng), Stasiun II (Muara Marina), Stasiun III (Muara Merunda).Hasil perhitungan pada Stasiun I diperoleh nilai kelimpahan individu sebesar 100 ind/0,027m 3 , indeks keanekaragaman sebesar 1,88, indeks keseragaman sebesar 0,76 dengan nilai konsentrasi timbal dalam substrat sebesar 50,02 ppm. Hasil perhitungan pada Stasiun II diperoleh nilai kelimpahan individu sebesar 893 ind/0,027m 3 , indeks keanekaragaman sebesar 0,32, indeks keseragaman sebesar 0,15 dengan nilai konsentrasi timbal dalam substrat sebesar 7,145 ppm. Hasil perhitungan pada Stasiun III diperoleh nilai kelimpahan individu sebesar 18 ind/0,027m 3 , indeks keanekaragaman sebesar 1,2, indeks keseragaman sebesar 0,75 dengan nilai konsentrasi timbal dalam substrat sebesar 35,73 ppm.

Management of Aquatic Resources Journal, Aug 29, 2014
Pulau Panjang merupakan salah satu wilayah di perairan Kabupaten Jepara yang memiliki keanekaraga... more Pulau Panjang merupakan salah satu wilayah di perairan Kabupaten Jepara yang memiliki keanekaragamanan ekosistem perairan, antara lain adalah ekosistem lamun yang merupakan habitat bagi biotabiota perairan. Secara ekologi, padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting di daerah pesisir yang salah satunya berfungsi untuk menstabilkan dasar-dasar lunak dimana kebanyakan spesies tumbuh, terutama dengan sistem akar yang padat dan saling menyilang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju sedimentasi di daerah padang lamun dengan tingkat kerapatan berbeda dan mengetahui hubungan antara kerapatan lamun dengan laju sedimentasi di Pulau Panjang. Metoda penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan pencarian fakta di interpretasikan dengan tepat. Metode sampling dengan metode transek, sebaran lamun ditentukan 3 stasiun yaitu jarang, sedang, padat dan luasan yang sama (10 m x 10 m). Kuadran transect berukuran 1 m x 1 m digunakan untuk menghitung tegakan lamun dalam setiap meter persegi. Hasil penelitian menunjukkan 5 spesies lamun pada ketiga stasiun yaitu jenis Thalassia sp (65,292%), Cymodocea sp (18,539%), Enhallus sp (6,099%), Halodule sp (4,557%) dan Syringodium sp (5,512%). Laju sedimentasi di stasiun lamun jarang lebih besar dibanding pada stasiun lamun sedang dan padat. Laju sedimentasi sangat dipengaruhi oleh parameter kualitas air terutama kecepatan arus dan kedalaman. Hasil analisa uji Korelasi Pearson sebesar menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara Laju sedimentasi pada kerapatan lamun yang berbeda di pulau Panjang Jepara.
Management of Aquatic Resources Journal, Jan 29, 2014
Pantai Bandengan adalah salah satu pantai pesisir utara Jawa yang terletak di Kabupaten Jepara, J... more Pantai Bandengan adalah salah satu pantai pesisir utara Jawa yang terletak di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Kabupaten Jepara memiliki potensi sumberdaya pesisir yang besar ditinjau dari keberadaan garis pantainya lebih dari 72 Km. Pantai Bandengan ini juga sebagai habitat rumput lautyang merupakan tumbuhan laut dasar perairan (fitobentos), makroalga, dan termasuk Thallophyta. Rumput laut tergolong tanaman yang hidupnya melekat pada substrat, seperti karang, lumpur, pasir, batu, dan benda keras lainnya atau bahkan melekat pada tumbuhan lain secara epifitik.

Management of Aquatic Resources Journal, Apr 29, 2014
Jawa Tengah -50275, Telp/Fax. +6224 7474698 ABSTRAK Rumput laut merupakan tanaman air yang umumny... more Jawa Tengah -50275, Telp/Fax. +6224 7474698 ABSTRAK Rumput laut merupakan tanaman air yang umumnya tumbuh melekat pada substrat pasir, karang, pecahan karang dan karang mati, tidak mempunyai akar, batang dan daun yang sejati, keseluruhan tanaman ini adalah batang, akar dan daun yang semu disebut thallus. Kedalaman merupakan salah satu parameter lingkungan yang berpengaruh tehadap kecerahan atau tingkat batas kemampuan cahaya matahari yang mampu masuk ke dalam suatu perairan. Cahaya matahari merupakan salah satu unsur yang penting dalam terjadinya proses fotosintesis di perairan. Rumput laut merupakan salah satu tumbuhan air yang hidupnya tergantung antara lain pada intensitas cahaya matahari. Oleh sebab itu semakin dalam suatu perairan maka semakin kecil pula intensitas cahaya matahari yang masuk, sehingga rumput laut yang tumbuh juga sedikit akibat kurangnya cahaya matahari yang digunakan untuk fotosintesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kerapatan rumput laut pada kedalaman 1, 2 dan 3 meter serta untuk mengetahui hubungan antar kedalaman dengan kerapatan rumput laut. Penelitian ini dilakukan di Pantai Bandengan pada bulan April 2013. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskiptif adalah metode penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok ataupun suatu daerah kemudian melakukan analisa lebih lanjut mengenai kebenaran tersebut. Sampling dilakukan menggunakan line transek dengan panjang 100 m dan kuadran transek ukuran 1x1 m yang dibagi menjadi 16 kotak kecil, kemudian menghitung kerapatan serta penutupan rumput laut serta melakukan identifikasi rumput laut yang ditemukan. Hasil penelitian didapatkan kerapatan tertinggi pada kedalaman 1 meter dengan jumlah total 412 individu/300m². Pada kedalaman 2 dan 3 meter jumlah kerapatannya lebih kecil yaitu masing-masing 326 dan 162 individu/300m² . Hal ini karena pada kedalaman 2 dan 3 meter tingkat kecerahannya cukup rendah, sehingga mempengaruhi pertumbuhan rumput laut. Substrat dasar pasir pada kedalaman 1 meter juga mempengaruhi kerapatan rumput laut. Dari pengujian korelasi antara kedalaman dengan kerapatan didapatkan nilai sebesar -0,984. Hal ini berarti terdapat hubungan antara kedalaman dengan kerapatan rumput laut.
Management of Aquatic Resources Journal, Jan 29, 2014
Sebagian besar masyarakat Tanjung Mas, Semarang dan Wedung, Demak menjadikan kerang, terutama ker... more Sebagian besar masyarakat Tanjung Mas, Semarang dan Wedung, Demak menjadikan kerang, terutama kerang darah (Anadara granosa (L.)) sebagai salah satu produk perikanan yang bernilai ekonomis tinggi. Peningkatan jumlah industri akan selalu diikuti oleh pertambahan jumlah limbah. Limbah yang dihasilkan diantaranya adalah limbah logam berat Fe dan Zn. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang kandungan logam berat Fe dan Zn pada kerang darah (A. granosa (L.)) di perairan Tanjung Mas, Semarang dan perairan Wedung, Demak guna memberikan informasi tentang kandungan logam Fe dan Zn di dalam kerang darah (A. granosa (L.)) yang umumnya dikonsumsi oleh masyarakat setempat.
Jurnal Saintek Perikanan, 2008
Pengaruh air tawar pada zona pasang surut di Bandengan dan Pulau Panjang dapat dilihat dengan mas... more Pengaruh air tawar pada zona pasang surut di Bandengan dan Pulau Panjang dapat dilihat dengan masih ditemukannya cukup banyak spesies plankton air tawar seperti Anabaena, Nitzschia, Oscillatoria, Tolypothrix, Surirella, Euglena, Volvox, dan Spirogyra. Secara parsial, salinitas di perairan Bandengan (30-33 o / oo ) dan di Pulau Panjang (30-31 o / oo ), pH yang berkisar antara 8-9, dan nitrit yang nihil masih memenuhi kriteria baku mutu air laut (Kep-02/MENKLH/I/88). Kisaran kandungan SiO2 yang tinggi di perairan Bandengan (1.20-3.29 mg/l) dan Pulau Panjang (1.58-3.30 mg/l) menjelaskan dominasi jumlah jenis Chrysophyceae, khususnya Diatomeae, di kedua perairan yang diamati.
Management of Aquatic Resources Journal, Aug 29, 2013
Pulau Panjang is an area of tourism in jepara that has the potential one of them is an ecosystem ... more Pulau Panjang is an area of tourism in jepara that has the potential one of them is an ecosystem coral reefs. A coral reef ecosystems has ecological functions, namely as the habitat to breed, search for food and shelter for the other biologic. Coral reefs also have a function protect the coast from lacing of waves and of the ocean currents. Besides natural beauty of the sea and coral reefs own can improve the living standards of people as a nautical tourism.

Management of Aquatic Resources Journal, Oct 29, 2014
Perairan Rowo Jombor dimanfaatkan masyarakat untuk keperluan pengairan maupun kegiatan penangkapa... more Perairan Rowo Jombor dimanfaatkan masyarakat untuk keperluan pengairan maupun kegiatan penangkapan dan budidaya ikan. Selain itu adanya warung apung yang ada di atas rawa ini juga menambah daya tarik wisatawan. Banyaknya aktivitas yang membuang limbah langsung ke perairan, menyebabkan produktivitas rawa ini berkurang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: kandungan Total Bakteri di perairan Rowo Jombor dan kandungan TOM, Nitrat dan Fosfat di perairan Rowo Jombor. Penelitian dilakukan pada bulan Mei -Juni 2014 menggunakan metode deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga stasiun yaitu Stasiun 1 kawasan warung apung, stasiun 2 Karamba Jaring Apung, dan stasiun 3 perairan terbuka. Sampel bakteri disimpan menggunakan botol kaca 500 ml yang sudah di sterilisasi, sedangkan sampel TOM, Nitrat, dan Fosfat disimpan dalam botol sampel 600 ml. Media yang digunakan untuk penumbuhan bakteri adalah agar PCA. Setelah inkubasi 48 jam, koloni bakteri dihitung dengan colony counter. Hasil penelitian menunjukkan kandungan bakteri antara 340 -16.000 CFU/ml, TOM 17,55 -21,70 mg/l, Nitrat 0,03 -1,22 mg/l, Fosfat 0,5043 -10, 8425 mg/l. Berdasarkan hasil tersebut, kandungan total bakteri masih dapat ditoleransi karena tidak lebih dari 10 6 CFU/ml.

Management of Aquatic Resources Journal, Aug 29, 2014
Jawa Tengah -50275, Telp/Fax. +6224 7474698 ABSTRAK Paruh Cephalopoda terus tumbuh sepanjang hidu... more Jawa Tengah -50275, Telp/Fax. +6224 7474698 ABSTRAK Paruh Cephalopoda terus tumbuh sepanjang hidupnya. Paruh ini terbuat dari kitin dan terletak didalam buccal mas. Paruh Cephalopoda yang berbentuk seperti paruh burung Beo ini tumbuh secara horizontal, vertikal dan diagonal. Oleh karena itu, pertumbuhan salah satu dimensi akan mempengaruhi ukuran dan bentuk dimensi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik deskriptif dan karakteristik pertumbuhan paruh P. duvaucelli dan P. chinensis. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2012 hingga Februari 2013 di TPI sekitar Semarang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan mengekstrak paruh dari dalam mulut Cephalopoda kemudian 7 variabel dari kedua spesies diukur yaitu hood length, rostral length, crest length, wing length, jaw angle distance, baseline lateral dan wall amplitude. Data pengukuran morfometri kemudian diolah menggunakan analisis regresi untuk mengetahui tipe pertumbuhan. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa paruh atas dan paruh bawah P. duvaucelli memiliki tipe pertumbuhan alometrik negatif terhadap panjang mantel dan bobot tubuh. Paruh bawah P. chinensis menunjukkan tipe pertumbuhan isometrik pada tudung paruh bawah, sayap paruh bawah dan diagonal paruh bawah terhadap panjang mantel. Selain itu, perbandingan antar variabel yang sama pada paruh bawah dan paruh atas memperlihatkan bahwa tudung paruh bawah sangat berperan penting bagi P. duvaucelli untuk bekerja lebih dominan dalam merobek jaringan, karena tumbuh isometrik terhadap rostrum paruh bawah dan sayap paruh bawah. Semakin panjang tudung, bentuknya akan semakin melengkung seperti kurvatur dan tajam. Pada P. chinensis, terlihat pertumbuhan yang isometrik antara rostrum paruh bawah, sayap paruh bawah serta diagonal paruh bawah. Fakta ini mengindikasikan bahwa P. chinensis membutuhkan kecepatan pertumbuhan yang sama pada diagonal paruh untuk tumbuh secara horizontal dan sayap paruh bawah untuk tumbuh secara vertikal di dalam buccal mass untuk mencegahnya mudah terlepas ketika menggigit/mengoyak. Kedua spesies menunjukkan bahwa semua variabel yang diukur pada paruh bekerja secara koordinatif untuk memotong dan mengoyak daging mangsa menjadi bagian yang lebih kecil sebelum ditelan.
Management of Aquatic Resources Journal, Jan 29, 2015
Uploads
Papers by Niniek Widyorini