Papers by Jimmy Saktian Rojak

Abstrak Tujuan penelitian adalah menentukan konsentrasi asam sulfat optimum pada proses hidrolisa... more Abstrak Tujuan penelitian adalah menentukan konsentrasi asam sulfat optimum pada proses hidrolisa asam, mengisolasi jamur penghasil amylase dan memformulasi inovasi starter dari jamur dan yeast serta menguji prototipe alat destilator yang telah dimodifikasi untuk menghasilkan bioetanol dengan rendemen tinggi. Metode penelitian terdiri dari 4 tahap, yaitu : (1) Hidrolisis asam, (2) isolasi jamur penghasil amylase, (3) optimasi fermentasi menggunakan starter inovatif, (4) Produksi Bioetanol dengan modifikasi desain destilator bersirip tiga dan penambahan regulator untuk control temperature dari motor servo. Inovasi starter diuji daya hidrolisis pati. Hasil Hidrolisis asam dan fermentasi diuji jod, gula reduksi, pH, asam tertitrasi, rendemen alcohol dan kadar etanol. Hasil menunjukkan bahwa Proses hidrolisis asam limbah kantin memerlukan konsentrasi asam sulfat optimum 0,1N sebesar 10 %. Diperoleh jamur Aspergillus sp yang terbukti dapat menghidrolisis pati. Fermentasi limbah kantin menggunakan inovasi starter ragi tape dapat menghasilkan rendemen tertinggi (5 ml) dengan kadar alcohol 3%. Inovasi pesangan sirip-sirip di evaporator pada proses destilasi bioetanol terbukti mempercepat pemanasan .Pemasangan regulator dengan kontrol temperature dan motor servo, sudah dapat mencapai suhu 70-80 derajat, namun belum stabil. Kata Kunci : destilator, bioetanol, hidrolisa asam, I. PENDAHULUAN Keterbatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) di dunia terjadi karena bahan baku berasal dari fosil yang sudah mulai habis. Indonesia mengalami krisis energi karena kebutuhan bahan bakar minyak mencapai 215 juta liter per hari, sedangkan produksi minyak Indonesia terus menurun menjadi 968,4 juta barel per hari (Anonim, 2008c). Hal ini membuat pemerintah terus mensubsidi bahan bakar minyak dengan cara mengimpor dari luar negeri. Disamping itu pemerintah juga melakukan penghematan energi dan mencari sumber-sumber energi baru untuk menggantikan minyak bumi. Pemerintah mengeluarkan Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, dimana pemanfaatan BBN (biofuel) ditargetkan 2% pada tahun 2010 dan 5% pada 2025. Untuk mengurangi konsumsi BBM jenis bensin, dapat dilakukan dengan menambahkan 10% bioetanol 95-99 % atau sering disebut E-10. Bioetanol dapat diproduksi dari bahan bergula, berpati dan berserat. Salah satu bahan berpati yang potensial untuk pembuatan etanol yaitu ubi kayu, yang pada tahun 2005 Indonesia mampu menghasilkan sebanyak 19.7 juta ton (sumber: BPS, 2006). Pembuatan bioetanol skala industri dengan bahan baku sebanyak 50 kg ubi kayu, cukup hanya dengan amilase sintetik inokulum Saccharomyces dapat menghasilkan rendemen 7 liter bioetanol kadar 90 % (Prihandana, 2007). Namun sekarang harga ubi kayu sebagai bahan baku melonjak dua kali lipat yaitu dari Rp 700,-menjadi Rp 1500,-per kg. Mengingat ubi kayu masih dimanfaatkan oleh beberapa daerah di Indonesia sebagai sumber bahan pangan alternatif maka perlu dicari bahan lain yang tidak begitu dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah dibandingkan Ubi Kayu, namun secara fungsional dapat dimanfaatkan sama halnya dengan Ubi Kayu. Akan tetapi umbi minor yang memiliki kandungan karbohidrat seperti umbi Suweg dan Uwi-pun juga belum maksimal. Hasil penelitian Yanuar_Saputro dkk (2009) membuktikan bahwa umbi Suweg dapat menghasilkan 18% etanol dengan kadar alkohol 60%, sedangkan dari umbi Uwi Putih hanya sebesar 3% etanol dengan kadar alkohol 45%. Salah satu alternatif yang dapat dikembangkan untuk pembuatan bioetanol adalah energi dari bahan organik yang berupa limbah yang berlimpah yaitu sisa makanan dari restoran, sampah rumah tangga bahkan dedaunan atau brangkasan sisa panen. Namun permasalahannya
Uploads
Papers by Jimmy Saktian Rojak