Papers by Pilipus Jeraman
Seminar UHO, 2021
Arsitektur vernakular NTT

Timex, 2021
Kesadaran akan pentingnya identitas lokalitas dalam arsitektur di Indonesia sesungguhnya bukan ha... more Kesadaran akan pentingnya identitas lokalitas dalam arsitektur di Indonesia sesungguhnya bukan hal baru karena sudah sejak lama dipraktekkan arsitek dalam berarsitektur, termasuk di kota Kupang dan di Nusa Tenggara Timur pada umumnya. Akan tetapi persoalannya; apakah penghadiran identitas lokalitas tersebut sudah sesuai dengan kaidah-kaidah perancangan yang benar serta didukung oleh teknik dan metoda yang tepat guna ? Dalam kasus yang diintrodusir dalam tulisan ini menunjukkan bahwa penghadiran identitas lokalitas tersebut ternyata tidak didukung oleh teknik dan metoda transformasi yang memadai. Dampaknya arsitektur yang ditransformasi tersebut pada akhirnya kehilangan identitas lokalitasnya.
Tulisan ini utamanya ditujukan sebagai bagian dari tanggapan positif terhadap potensi lokal dalam mengembangkan arsitektur di Nusa Tenggara Timur yang secara spesifik menyoroti pentingnya pemahaman arsitek atau pemerhati arsitektur pada umumnya mengenai genius loci dan identitas lokalitas pada karya arsitektur tersebut.

Seminar Regional Jelajah Arsitektur Negeri “Merangkai Mozaik Arsitektur Tradisional Meretas Kearifan Lokal” , 2021
Propinsi Nusa Tenggara Timur merupakan sebuah propinsi kepulauan karena sebagian besar wilayahnya... more Propinsi Nusa Tenggara Timur merupakan sebuah propinsi kepulauan karena sebagian besar wilayahnya terdiri dari beberapa pulau besar dan kecil yang didiami oleh berbagai kelompok suku bangsa. Kelompok suku bangsa yang mendiami pulau-pulau tersebut diantaranya adalah suku Helong, Atoni, Wehali (Belu), Alor, Lamaholot, Sikka, Ende – Lio, Ngada, Manggarai, Sumba, Sabu dan Rote. Masing-masing suku tersebut mengembangkan dan mewariskan kebudayaannya sendiri, termasuk dalam hal ini seni arsitekturnya. Dengan demikian, Nusa Tenggara Timur sangat kaya dibidang seni arsitektur yang memiliki sedikitnya 10 (sepuluh) ragam arsitektur yang berkaitan langsung dengan seni budaya tradisional dan adat setempat (Kelompok Kerja Arsitektur Vernakular Unwira, 1992: 2). Kesepuluh ragam arsitektur dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Arsitektur tradisional Atoni.
2. Arsitektur tradisional Belu.
3. Arsitektur tradisional Alor.
4. Arsitektur tradisional Lamaholot.
5. Arsitektur tradisional Ende – Lio.
6. Arsitektur tradisional Ngada.
7. Arsitektur tradisional Manggarai.
8. Arsitektur tradisional Sumba.
9. Arsitektur tradisional Sabu.
10. Arsitektur tradisional Rote.

Penelitian Mandiri Laboratorium Ars. Vernakular, 2021
Makalah ini merupakan sebuah penjelajahan atas arsitektur vernakular yang masih hidup dan berkemb... more Makalah ini merupakan sebuah penjelajahan atas arsitektur vernakular yang masih hidup dan berkembang di Nusa Tenggara Timur yang secara garis besar mencoba untuk memberikan suatu gambaran deskriptif mengenai karakteristik arsitektur dan lingkungannya. Penjelajahan atas arsitektur vernakular ini juga menyinggung sejauhmana dinamika perkembangan arsitekturnya hingga masa kini.
Hasil kajian menunjukkan bahwa karakteristik arsitektur vernakular di Nusa Tenggara Timur sangat khas dan beraneka ragam yang selaras dengan latar belakang kebudayaan masyarakatnya. Sedangkan mengenai dinamika perkembangan arsitektur dan lingkungannya ditemui adanya dua faktor yang dominan mempengaruhi perubahannya, yakni faktor internal dan ekstrnal. Secara internal arsitektur vernakular memiliki vitalitas untuk berkembang. Sementara secara eksternal perubahan arsitektur dipengaruhi antara lain oleh pergeseran/perubahan kebudayaan, perkembangan IPTEKS, dan penemuan material baru, perubahan jaman dan lain sebagainya.
Di sisi lain, arsitektur vernakular telah pula ditransfomasikan pada arsitektur modern, akan tetapi belum didukung oleh metoda dan teknik transformasi yang memadai.
Uploads
Papers by Pilipus Jeraman
Tulisan ini utamanya ditujukan sebagai bagian dari tanggapan positif terhadap potensi lokal dalam mengembangkan arsitektur di Nusa Tenggara Timur yang secara spesifik menyoroti pentingnya pemahaman arsitek atau pemerhati arsitektur pada umumnya mengenai genius loci dan identitas lokalitas pada karya arsitektur tersebut.
1. Arsitektur tradisional Atoni.
2. Arsitektur tradisional Belu.
3. Arsitektur tradisional Alor.
4. Arsitektur tradisional Lamaholot.
5. Arsitektur tradisional Ende – Lio.
6. Arsitektur tradisional Ngada.
7. Arsitektur tradisional Manggarai.
8. Arsitektur tradisional Sumba.
9. Arsitektur tradisional Sabu.
10. Arsitektur tradisional Rote.
Hasil kajian menunjukkan bahwa karakteristik arsitektur vernakular di Nusa Tenggara Timur sangat khas dan beraneka ragam yang selaras dengan latar belakang kebudayaan masyarakatnya. Sedangkan mengenai dinamika perkembangan arsitektur dan lingkungannya ditemui adanya dua faktor yang dominan mempengaruhi perubahannya, yakni faktor internal dan ekstrnal. Secara internal arsitektur vernakular memiliki vitalitas untuk berkembang. Sementara secara eksternal perubahan arsitektur dipengaruhi antara lain oleh pergeseran/perubahan kebudayaan, perkembangan IPTEKS, dan penemuan material baru, perubahan jaman dan lain sebagainya.
Di sisi lain, arsitektur vernakular telah pula ditransfomasikan pada arsitektur modern, akan tetapi belum didukung oleh metoda dan teknik transformasi yang memadai.
Tulisan ini utamanya ditujukan sebagai bagian dari tanggapan positif terhadap potensi lokal dalam mengembangkan arsitektur di Nusa Tenggara Timur yang secara spesifik menyoroti pentingnya pemahaman arsitek atau pemerhati arsitektur pada umumnya mengenai genius loci dan identitas lokalitas pada karya arsitektur tersebut.
1. Arsitektur tradisional Atoni.
2. Arsitektur tradisional Belu.
3. Arsitektur tradisional Alor.
4. Arsitektur tradisional Lamaholot.
5. Arsitektur tradisional Ende – Lio.
6. Arsitektur tradisional Ngada.
7. Arsitektur tradisional Manggarai.
8. Arsitektur tradisional Sumba.
9. Arsitektur tradisional Sabu.
10. Arsitektur tradisional Rote.
Hasil kajian menunjukkan bahwa karakteristik arsitektur vernakular di Nusa Tenggara Timur sangat khas dan beraneka ragam yang selaras dengan latar belakang kebudayaan masyarakatnya. Sedangkan mengenai dinamika perkembangan arsitektur dan lingkungannya ditemui adanya dua faktor yang dominan mempengaruhi perubahannya, yakni faktor internal dan ekstrnal. Secara internal arsitektur vernakular memiliki vitalitas untuk berkembang. Sementara secara eksternal perubahan arsitektur dipengaruhi antara lain oleh pergeseran/perubahan kebudayaan, perkembangan IPTEKS, dan penemuan material baru, perubahan jaman dan lain sebagainya.
Di sisi lain, arsitektur vernakular telah pula ditransfomasikan pada arsitektur modern, akan tetapi belum didukung oleh metoda dan teknik transformasi yang memadai.