Increasing number of complaints of bureaucracy concerning its performance in carrying out service... more Increasing number of complaints of bureaucracy concerning its performance in carrying out service duties has caused public reluctance to deal with it. This has often forced the public taking a short cut in gaining their wanted service done. Lack of bureaucracy's ability in permeating truthful information occurs at the time when there is an increasing public wish to have a good se rvice from the government. Therefore, the government urgently needs to change its overall bureaucratic performance. Jika dilihat dari keluhan masyarakat tentang kinerja birokrasi pemerintahan, kenyataan tersebut telah lama ada sejak pemerintahan itu sendiri ada, dan jika dilihat dari kurun waktu dalam upaya mem-perbaiki kinerja birokrasi, kenyataan terse-but usianya juga sudah sangat tua. Meski-pun demikian, masalah kinerja birokrasi sampai den gan dewasa ini, masih saja tetap hangat dipersoalkan oleh banyak pihak. Mengapa kinerja birokrasi diperma-salahkan? Sebab, birokrasi kalau dilihat dari sudut pandang administrasi sebagai suatu sosok organisasi pelayanan, di mana kriteria utama untuk menilai organisasi yang tidak menghasilkan keluaran fisik tersebut adalah dengan performance atau penampilan organisasi itu (Stogdill, 1971:33). Sedangkan konsep penampilan sendiri mengarah pada pelaksanaan operasi, kegiatan, program atau misi suatu organisasi (Interplan, 1969:15) sehingga, Jenegreen mengartikan penampilan organisasi adalah seberapa jauh tingkat kemampuan pelaksanaan tugas-tugas organisasi dari suatu sistem yang telah ditentukan berdasar faktor situasional pada proses pelaksanaan dalam organisas i (Thompson, 1971:33). Atas dasar asumsi-asumsi tersebut di atas, maka penampilan sebuah organisasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: faktor internal organisasi dan faktor eksternal yang berupa lingkungan (Interplan, 1969:8) yang erat kaitannya dengan karakteristik atau jenis organisasi tersebut dalam mencerminkan misinya (Bennis, 1967:23). Adapun misi yang diemban oleh birokrasi dapat dilihat dari kegiatan pelayanannya, dimana keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas birokrasi dalam memberikan pelayanan tidak terlepas pada suatu pola interaksi antara dua pihak yang saling berhubungan, yaitu organisasi birokrasi yang menyediakan jasa pelayanan di satu pihak, dan masyarakat (klien) sebagai pemanfaat jasa pelayanan di lain pihak. Oleh karenanya keberhasilan pelayanan se-perti ini sangat ditentukan oleh hubungan kedua pihak tersebut, yang menurut Syahrir ada dua cara dalam melihatnya. Pertama, kualitas pelayanan seperti: apa-kah yang diberikan sudah memuaskan atau belum bagi masyarakat, dan apakah pelayanan yang dilaksanakan sudah efisien atau belum. Dan kedua, kuantitas pelayan-an, dalam bentuk angka apakah masya-rakat yang dilayani meningkat atau tidak, apakah hasil yang diperoleh mengalami kenaikan atau tidak (Syahrir, 1986:5). Mengacu pada uraian tersebut di atas, maka tampak determinan utama keberha-silan pelayanan dari sebuah organisasi adalah bagaimana menciptakan delivery mechanism yang tepat pada masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan sebagai kemampuan organisasi di dalam mendistribusikan jasa pelayan an pada konsumen (Bennis, 1967:3). Namun, pada realitanya menentukan suatu distribusi pelayanan yang adil dan merata bagi masyarakat adalah pekerjaan yang sulit dilakukan. Karena kesulitan inilah maka masalah pemerataan pelayanan pada masyarakat merupakan
Increasing number of complaints of bureaucracy concerning its performance in carrying out service... more Increasing number of complaints of bureaucracy concerning its performance in carrying out service duties has caused public reluctance to deal with it. This has often forced the public taking a short cut in gaining their wanted service done. Lack of bureaucracy's ability in permeating truthful information occurs at the time when there is an increasing public wish to have a good se rvice from the government. Therefore, the government urgently needs to change its overall bureaucratic performance. Jika dilihat dari keluhan masyarakat tentang kinerja birokrasi pemerintahan, kenyataan tersebut telah lama ada sejak pemerintahan itu sendiri ada, dan jika dilihat dari kurun waktu dalam upaya mem-perbaiki kinerja birokrasi, kenyataan terse-but usianya juga sudah sangat tua. Meski-pun demikian, masalah kinerja birokrasi sampai den gan dewasa ini, masih saja tetap hangat dipersoalkan oleh banyak pihak. Mengapa kinerja birokrasi diperma-salahkan? Sebab, birokrasi kalau dilihat dari sudut pandang administrasi sebagai suatu sosok organisasi pelayanan, di mana kriteria utama untuk menilai organisasi yang tidak menghasilkan keluaran fisik tersebut adalah dengan performance atau penampilan organisasi itu (Stogdill, 1971:33). Sedangkan konsep penampilan sendiri mengarah pada pelaksanaan operasi, kegiatan, program atau misi suatu organisasi (Interplan, 1969:15) sehingga, Jenegreen mengartikan penampilan organisasi adalah seberapa jauh tingkat kemampuan pelaksanaan tugas-tugas organisasi dari suatu sistem yang telah ditentukan berdasar faktor situasional pada proses pelaksanaan dalam organisas i (Thompson, 1971:33). Atas dasar asumsi-asumsi tersebut di atas, maka penampilan sebuah organisasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: faktor internal organisasi dan faktor eksternal yang berupa lingkungan (Interplan, 1969:8) yang erat kaitannya dengan karakteristik atau jenis organisasi tersebut dalam mencerminkan misinya (Bennis, 1967:23). Adapun misi yang diemban oleh birokrasi dapat dilihat dari kegiatan pelayanannya, dimana keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas birokrasi dalam memberikan pelayanan tidak terlepas pada suatu pola interaksi antara dua pihak yang saling berhubungan, yaitu organisasi birokrasi yang menyediakan jasa pelayanan di satu pihak, dan masyarakat (klien) sebagai pemanfaat jasa pelayanan di lain pihak. Oleh karenanya keberhasilan pelayanan se-perti ini sangat ditentukan oleh hubungan kedua pihak tersebut, yang menurut Syahrir ada dua cara dalam melihatnya. Pertama, kualitas pelayanan seperti: apa-kah yang diberikan sudah memuaskan atau belum bagi masyarakat, dan apakah pelayanan yang dilaksanakan sudah efisien atau belum. Dan kedua, kuantitas pelayan-an, dalam bentuk angka apakah masya-rakat yang dilayani meningkat atau tidak, apakah hasil yang diperoleh mengalami kenaikan atau tidak (Syahrir, 1986:5). Mengacu pada uraian tersebut di atas, maka tampak determinan utama keberha-silan pelayanan dari sebuah organisasi adalah bagaimana menciptakan delivery mechanism yang tepat pada masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan sebagai kemampuan organisasi di dalam mendistribusikan jasa pelayan an pada konsumen (Bennis, 1967:3). Namun, pada realitanya menentukan suatu distribusi pelayanan yang adil dan merata bagi masyarakat adalah pekerjaan yang sulit dilakukan. Karena kesulitan inilah maka masalah pemerataan pelayanan pada masyarakat merupakan
Uploads
Papers by Jemi D'vigo