Mardian Andriani, Mirham Nurul Hairunis, Nurul Qamarya, Erni Faturahmah, Windaz Juniarti, 2022
UNICEF menjelaskan jika masalah gizi tidak tertangani dengan tepat selama pandemi Covid... more UNICEF menjelaskan jika masalah gizi tidak tertangani dengan tepat selama pandemi Covid-19, akan terjadi peningkatan sebesar 15% jumlah anak<5 tahun yang mengalami kekurangan gizi akut yang dapat meningkatkan resiko stunting. Data stunting di NTB (2020) sebesar 20, 9%, dimana data stunting tertinggi ada di Kabupaten Lombok Barat (29,3%) dan terendah ada di Kota Bima (7,9%). Kabupaten Dompu sendiri diurutan ke-5 sebesar 25%, dimana Kecamatan Woja merupakan wilayah dengan kejadian stunting tertinggi pada tahun 2020 yaitu sebesar 54,98%. Berdasarkan data e-PPGBM (2020) di Kecamatan Woja terdapat 3 desa/kelurahan dengan angka stunting paling tinggi yaitu Desa Matua 82,04%, Keluarahan Monta Baru 61,9% dan Desa Rababaka 60,71%. Penelitian ini bertujuan menganalisis manfaat gizi dari pemberian makanan tambahan granola moringa pada anak dengan gizi kurang; mengukur dan menganalisis perubahan status gizi dan perkembangan anak; menyusun rekomendasi keberlanjutan program makanan tambahan granola moringa dengan Puskesmas Dompu Barat. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan Quasi Eksperimental dengan kontrol group. Instrumen pengumpulan data adalah pedoman wawancara dan lembar observasi. Analisis data menggunakan uji sample pairet t-test. Hasil uji dengan sample paired t-test diperoleh nilai sig. (2-tailled) adalah 0,001 < 0,05 dengan nilai t -10,456 > nilai t tabel 2 yang berarti bahwa ada perbedaan rata-rata berat badan anak setelah diberikan granola moringa, yang berarti ada pengaruh pemberian pangan lokal (granola moringa) sebagai makanan tambahan pencegah stunting pada balita gizi kurang dan keefektivan pemberian granola moringa sebesar 0,4 (efektitivitas dengan kategori sedang).
Uploads
Papers by Intan Jamrud
Perilaku pacaran remaja sejumlah 30% remaja pria dan 6% remaja wanita melakukan aktivitas meraba/merangsang bagian tubuh yang sensitif pada saat pacaran. Berdasarkan Survey Kesehatan Reproduksi Remaja tahun 2012, secara nasional terjadi peningkatan angka remaja yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah yaitu sebesar 2,3%. Dampak dari perilaku seks berisiko pada remaja terhadap kesehatan reproduksi adalah tertular PMS termasuk HIV/AIDS. penderita atau kasus HIV/AIDS 53% berusia antara 15-29 tahun. Tujuan peneitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja SMA. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional, Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua remaja (siswa/siswi) di 5 SMA Negeri (SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4, SMAN 5) di Kota Bima Tahun 2017 sejumlah 400 orang. Pengumpulan data secara langsung menggunakan angket kuesioner. Tehnik analisis yang digunakan yaitu analisis univariat, bivariat (Uji Chi Square). Diperoleh bahwa remaja yang berperilaku seksual ringan yaitu 93,8% dan yang berperilaku seksual berat 6,3%. variabel pengetahuan (p=0,025) secara signifikan berhubungan dengan perilaku seksual remaja kelas XI di 5 SMA Kota Bima Tahun 2017. Diharapkan untuk memberikan pendidikan dan penyuluhan tentang kespro remaja yang terfokus pada pornografi dan pergaulan dengan teman sebaya dengan sasaran utama yaitu Orangtua.
Kata Kunci : peran orang tua, perilaku seksual remaja.
menetapkan kebijakan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Sistem Kesehatan
Nasional adalah suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai
perwujudan kesejahteraan umum. Primary Health Care (PHC) merupakan suatu strategi
yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk mencapai kesehatan semua masyarakat.
Salah satu unsur penting dalam Primary Health Care (PHC) adalah penerapan teknologi
tepat guna dan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat dalam menunjang
pembangunan kesehatan berdasarkan Primary Health Care (PHC) adalah berbentuk upaya
pengobatan tradisional. Diabetes Mellitus jangan dijadikan hal yang menakutkan
tapi dikendalikandengan cara olahraga teratur, diet sehat danseimbang dan hidup
bersahaja selain dengan carafarmakologis, pengobatan diabetes mellitus dapat
dilakukan secara non farmakologis. Adapunalternatif yang lebih baik, alamiah,
murah, mudahdidapat dengan efek minimal untuk menurunkankadar gula darah dengan
memanfaatkan tanaman obat seperti dau sirih, buah pinang, dan jahe. Berdasarkan studi
pendahuluan yang telah dilakukan pada 4 orang pasien DM tipe 2, terdapat penurunan kadar
gula darah setelah pemberian rebusan herbal (daun sirih, buah pinang, dan jahe) sebesar 37
%. Rebusan herbal diberikan 2 kali sehari pagi dan sore setelah makan dengan komposisi
herbal daun siri 1 kepal, 2 buah buah pinang, dan 1 ruas jahe. Selain menurunkan kadar gula
darah rebusan tersebut juga dapat menurunkan tekanan darah.
Tujuan : untuk mengetahui pengaruh pemberian rebusan herbal (daun sirih, buah pinang dan
jahe) sebagai terapi maintenance pasien diabetes mellitus tipe 2
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dilakukan pada
pasien DM tipe 2 yang diberikan air rebusan herbal sampel terdiri dari 10 orang penderita
DM tipe 2 yang diberikan terapi dengan rebusan herbal. Pemriksaan kadar gula darah
dilakukan pada hari ke 0, 1, 3, 7,14, dan hari ke 30 . analiss data dilakukan dengan pired T tes
untuk melihat pengaruh pemberian air rebusan herbal. Hasil Penelitian : berdasarkan hasil
analisis didapatkan hasil nilai korelasi antara 2 perlakuan sebelum dan sesudah pemberian
rebusan herbal adalah 0,940 artinya hubungan kuat dan positif. Sedangkan tingkat
signifikansi hubungan yaitu 0,000 artinya signifikan pada level 0,01. Berdasarkan hasil
analisis Piret T tes pemberian rebusan herbal menunjukkan bahwa hasil t hitung sebesar
5,660 dengan nilai df 77 dengan signifikansi 0,000. Sesuai dengan syarat uji Pired T tes nilai
signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada masing – masing perlakuan yaitu sebelum dan sesudah pemberian rebusan herbal. Kesimpulan :
pemberian rebusan herbal mempengaruhi penurunan kadar kadar pasien DM tipe 2
Kata kunci : rebusan herbal, diabetes mellitus tipe 2, daun sirih, buah pinang, jahe
Perilaku pacaran remaja sejumlah 30% remaja pria dan 6% remaja wanita melakukan aktivitas meraba/merangsang bagian tubuh yang sensitif pada saat pacaran. Berdasarkan Survey Kesehatan Reproduksi Remaja tahun 2012, secara nasional terjadi peningkatan angka remaja yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah yaitu sebesar 2,3%. Dampak dari perilaku seks berisiko pada remaja terhadap kesehatan reproduksi adalah tertular PMS termasuk HIV/AIDS. penderita atau kasus HIV/AIDS 53% berusia antara 15-29 tahun. Tujuan peneitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja SMA. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional, Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua remaja (siswa/siswi) di 5 SMA Negeri (SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4, SMAN 5) di Kota Bima Tahun 2017 sejumlah 400 orang. Pengumpulan data secara langsung menggunakan angket kuesioner. Tehnik analisis yang digunakan yaitu analisis univariat, bivariat (Uji Chi Square). Diperoleh bahwa remaja yang berperilaku seksual ringan yaitu 93,8% dan yang berperilaku seksual berat 6,3%. variabel pengetahuan (p=0,025) secara signifikan berhubungan dengan perilaku seksual remaja kelas XI di 5 SMA Kota Bima Tahun 2017. Diharapkan untuk memberikan pendidikan dan penyuluhan tentang kespro remaja yang terfokus pada pornografi dan pergaulan dengan teman sebaya dengan sasaran utama yaitu Orangtua.
Kata Kunci : peran orang tua, perilaku seksual remaja.
menetapkan kebijakan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Sistem Kesehatan
Nasional adalah suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai
perwujudan kesejahteraan umum. Primary Health Care (PHC) merupakan suatu strategi
yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk mencapai kesehatan semua masyarakat.
Salah satu unsur penting dalam Primary Health Care (PHC) adalah penerapan teknologi
tepat guna dan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat dalam menunjang
pembangunan kesehatan berdasarkan Primary Health Care (PHC) adalah berbentuk upaya
pengobatan tradisional. Diabetes Mellitus jangan dijadikan hal yang menakutkan
tapi dikendalikandengan cara olahraga teratur, diet sehat danseimbang dan hidup
bersahaja selain dengan carafarmakologis, pengobatan diabetes mellitus dapat
dilakukan secara non farmakologis. Adapunalternatif yang lebih baik, alamiah,
murah, mudahdidapat dengan efek minimal untuk menurunkankadar gula darah dengan
memanfaatkan tanaman obat seperti dau sirih, buah pinang, dan jahe. Berdasarkan studi
pendahuluan yang telah dilakukan pada 4 orang pasien DM tipe 2, terdapat penurunan kadar
gula darah setelah pemberian rebusan herbal (daun sirih, buah pinang, dan jahe) sebesar 37
%. Rebusan herbal diberikan 2 kali sehari pagi dan sore setelah makan dengan komposisi
herbal daun siri 1 kepal, 2 buah buah pinang, dan 1 ruas jahe. Selain menurunkan kadar gula
darah rebusan tersebut juga dapat menurunkan tekanan darah.
Tujuan : untuk mengetahui pengaruh pemberian rebusan herbal (daun sirih, buah pinang dan
jahe) sebagai terapi maintenance pasien diabetes mellitus tipe 2
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dilakukan pada
pasien DM tipe 2 yang diberikan air rebusan herbal sampel terdiri dari 10 orang penderita
DM tipe 2 yang diberikan terapi dengan rebusan herbal. Pemriksaan kadar gula darah
dilakukan pada hari ke 0, 1, 3, 7,14, dan hari ke 30 . analiss data dilakukan dengan pired T tes
untuk melihat pengaruh pemberian air rebusan herbal. Hasil Penelitian : berdasarkan hasil
analisis didapatkan hasil nilai korelasi antara 2 perlakuan sebelum dan sesudah pemberian
rebusan herbal adalah 0,940 artinya hubungan kuat dan positif. Sedangkan tingkat
signifikansi hubungan yaitu 0,000 artinya signifikan pada level 0,01. Berdasarkan hasil
analisis Piret T tes pemberian rebusan herbal menunjukkan bahwa hasil t hitung sebesar
5,660 dengan nilai df 77 dengan signifikansi 0,000. Sesuai dengan syarat uji Pired T tes nilai
signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada masing – masing perlakuan yaitu sebelum dan sesudah pemberian rebusan herbal. Kesimpulan :
pemberian rebusan herbal mempengaruhi penurunan kadar kadar pasien DM tipe 2
Kata kunci : rebusan herbal, diabetes mellitus tipe 2, daun sirih, buah pinang, jahe