Papers by Haryadi Permana

PROSIDING GEOTEKNOLOGI LIPI, May 10, 2017
Di Kompleks Gunungkasih tersingkap batuan Sekis tremolit dicirikan oleh kumpulan mineral tremolit... more Di Kompleks Gunungkasih tersingkap batuan Sekis tremolit dicirikan oleh kumpulan mineral tremolit, plagioklas, dan kuarsa (Fasies Sekishijau; P: 6-8 kbar; T berkisar 400o-500oC). Proses retromorfisme batuan dicirikan oleh kumpulan mineral serisit, plagioklas, kalsit/dolomit dan kuarsa. Singkapan batuan tufit sangat kompak, tidak terdeformasi tetapi telah mengalami malihan sampai Fasies Sekishijau. Penyusun batuan adalah fragmen tuf terubah, felspar/plagioklas, epidot, klorit, serisit/klorit, mineral opak, glas volkanik dan fragmen batuan. Batuan dasar di Teluk Ratai didominasi oleh sekis mika, sekis klorit dan kuarsit. Batuan sekis mika disusun oleh muskovit, plagioklas, kuarsa, mineral opak, zirkon, sfen sebagai inklusi (Fasies Sekishijau; P berkisar 8kbar dan maksimum 500oC). Proses retromorfisme batuan dicirikan mineral muskovit, klorit, plagioklas, kuarsa 1, kalsit, dan dolomit. Batuan kuarsit disusun oleh kuarsa dan biotit dengan jejak deformasi berupa pemadaman bergelombang pada kuarsa. Batuan malihan Kompleks Gunungkasih mengalami retromorfisme dengan penurunan tekanan pada suhu relatif tinggi pada kondisi kaya air ( Fasies sub sekishijau; 3Kb-250℃). Berdasarkan kumpulan mineralnya dapat disimpulkan bahwa batuan malihan Kompleks Gunungkasih berasal dari batuan busur volkanik atau bagian dari kerak samudera sedangkan batuan malihan dari kawasan Teluk Ratai bersumber dari batuan sedimen palung yang mengalami pemalihan pada zona konvergensi lempeng dan pengangkatan tektonik pada suhu relatif tinggi. Kata kunci Kompleks Gunungkasih; Teluk Ratai; sekishijau; kumpulan mineral; retromorfisme, P, T
... Umur komponen kelompok batuan ini sekitar 117 tahun lalu, berdasarkan analisa K-Ar pada batua... more ... Umur komponen kelompok batuan ini sekitar 117 tahun lalu, berdasarkan analisa K-Ar pada batuan Sekis Mika berbutir kasar. ... 1992) "Studi Patemi Batumulia dan Balwn Bangunan di Wilayah Karangsambung", Laporan Penelitian Puslitbaxig Geoteknologi-LIPI, Bandung, tidak ...

PROSIDING GEOTEKNOLOGI LIPI, May 10, 2017
Batas struktur geologi antara Komplek Batuan Dasar Gunungkasih berumur Paleosoikum (Pzg) dengan F... more Batas struktur geologi antara Komplek Batuan Dasar Gunungkasih berumur Paleosoikum (Pzg) dengan Formasi Menanga (Km) berumur Kapur hingga saat ini ditafsirkan berupa sesar naik berarah baratlaut-tenggara. Sesar ini diinterpretasikan naik pada blok sebelah utara. Orientasi baratlaut-tenggara dengan bagian bagian utara yang naik boleh jadi merupakan interpretasi berdasarkan asumsi jejak subduksi yang ada pada saat ini, akan tetapi pada pengamatan di lapangan bisa berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap keberadaan struktur tersebut yang juga menjadi jejak subduksi purba di daerah Lampung. Interpretasi citra SRTM dengan resolusi 30 meter dilakukan untuk mengungkap adanya bidang kelurusan sesar purba tersebut. Penelitian lapangan dilakukan di daerah Tanjung Kemala dan Teluk Ratai untuk mengukur bidang-bidang sesar yang di daerah penelitian. Analisis kinematika yaitu restorasi data struktur dilakukan untuk mengetahui pola struktur di daerah penelitian. Dari hasil penelitian di lapangan, bidang batas struktur antara batuan Komplek Gunungkasih dan Formasi Menanga tersebut tidak nampak jelas. Di lokasi penelitian ditemukan bidang-bidang struktur yang berarah baratlaut-tenggara. Hasil pengukuran bidang-bidang struktur dan bidang perlapisan diketahui bahwa batas struktur di daerah Tanjung Kemala, Gunungkasih adalah berarah relatif barat-timur sedangkan di daerah Menanga, Teluk Ratai relatif baratdaya-timurlaut. Hal tersebut mengungkapkan adanya variasi dari orientasi jejak struktur purba di daerah penelitian. Kata kunci : Sesar naik, Komplek Gunungkasih, Menanga, kinematika

IOP conference series, Feb 1, 2018
The Luk Ulo Mélange Complex (LUMC) is composed of tectonic slices of rocks that surrounded by sca... more The Luk Ulo Mélange Complex (LUMC) is composed of tectonic slices of rocks that surrounded by scaly clay matrix. These rocks consist of serpentinite, gabbro, diabase, and basalt, eclogite, blueschist, amphibolite, schist, gneiss, phylite and slate, granite, chert, red limestone, claystone and sandstone. The LUMC was formed since Paleocene to Eocene, gradually uplifted of HP-UHP metabasic-metapelite (P: 20-27kbar; T: 410-628°C) to near surface mixed with hemipelagic sedimentary rocks. The metamorphic rocks were formed during 101-125 Ma (Early Cretaceous) within 70 to 100 km depth and ∼6°C/km thermal gradient. It took about 50-57 Myr for these rocks to reach the near surface during Paleocene-Eocene, with an uplift rate at ∼1.4-1.8 km/year to form the mélange complex. The low thermal gradient was due to subduction of old and cold oceanic crust. The subducted oceanic crust (MORB) as protolith of Cretaceous metabasic rocks must be older than Cretaceous. The data show that the basalt of oceanic crust is Cretaceous (130-81 Ma) comparable to the age of the cherts (Early to Late Cretaceous). Therefore, we consider that neither oceanic crust exposed in LUMC nor all of part of the old oceanic crust is the protolith of LUMC metabasic subducted beneath the Eurasian Plate. These oceanic rocks possibly originated or part of the edge of micro-continental that merged as a part of the LUMC during the collision with the Eurasian margin.

Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, 2020
Gold mining in Cihara and its surroundings which has been done by local community is interesting ... more Gold mining in Cihara and its surroundings which has been done by local community is interesting to be reseached due to this precious metal decreased in quantity, especially in granodioritic rock, when it is deeper mined. The purpose of this study is identifying the characteristics of alteration, mineralization, and deposit type by using geological mapping in detail and laboratory analysis, namely petrography, mineragraphy and AAS methods. The results show that the alteration in the study area was divided into 3 (three) zones; (1) sericite-chlorite-epidote-quartz-carbonate zone (2) quartz-carbonate-chlorite-sericite-biotite zone (3) chlorite-carbonate-quartz-sericite zone. Furthermore, mineralization in this area dominated pyrite, sphalerite, galena, and a small portion of chalcopyrite, covellite and gold. Base metals are common in quartz veins along with gold; while those are on the host rock (disseminated), they show the opposite. This is proved by assay data showing high grade base metal dan gold in quartz vein, meanwhile in disseminated texture showing the opposite. Based on all the data, the type of deposits in this area is similar porphyry deposit related to carbonate-base metal deposits.

DOAJ (DOAJ: Directory of Open Access Journals), Jul 1, 2017
The new bathymetry and seismic data were acquired during the PreTI-Gap marine survey (February 15... more The new bathymetry and seismic data were acquired during the PreTI-Gap marine survey (February 15 to March 6, 2008). The survey was carried out along the NE margin of Mentawai Island using multi-beam swath bathymetry equipment, and 28-channels seismic streamer and four-airgun source. The first target was the Mega Island region near the epicenter of the 2007 great earthquake. The shallow bathymetry is characterized as a flat coral platform suggesting that 200 km elongated plateau is slowly subsiding without any active faults. Further north, from South Pagai to North of Siberut Islands, the seafloor morphology changes significantly. The deep and wide canyons or valleys produce very rough seafloor morphology between 50 and 1100 m water. In general, the submarine topography shows two break slopes at different depths. Between slope breaks, the undulating, hilly and circular features dominate, possibly caused by landslides. A push-up ridge is observed that dams the sediments eroded within a steep slope northeastward side. The seismic reflection data acquired along 14 dip seismic lines at the NE flank of Mentawai Islands, from Siberut to the South of Pagai Islands. We observed a set of southwestward dipping back thrust bounding the NE margin of the Mentawai Island.

DOAJ (DOAJ: Directory of Open Access Journals), Jul 1, 2017
The new bathymetry and seismic data were acquired during the PreTI-Gap marine survey (February 15... more The new bathymetry and seismic data were acquired during the PreTI-Gap marine survey (February 15 to March 6, 2008). The survey was carried out along the NE margin of Mentawai Island using multi-beam swath bathymetry equipment, and 28-channels seismic streamer and four-airgun source. The first target was the Mega Island region near the epicenter of the 2007 great earthquake. The shallow bathymetry is characterized as a flat coral platform suggesting that 200 km elongated plateau is slowly subsiding without any active faults. Further north, from South Pagai to North of Siberut Islands, the seafloor morphology changes significantly. The deep and wide canyons or valleys produce very rough seafloor morphology between 50 and 1100 m water depth. In general, the submarine topography shows two break slopes at different depths. Between slope breaks, the undulating, hilly and circular features dominate, possibly caused by mass movement. A push-up ridge is observed that dams the sediments eroded within a steep slope northeastward side. The seismic reflection data acquired along 14 dip seismic lines at the NE flank of Mentawai Islands, from Siberut to the South of Pagai Islands. We observed a set of southwestward dipping back thrust bounding the NE margin of the Mentawai Island and the push-up ridge observed on bathymetric image, which suggest that Mentawai fault is not pure a strike slip fault, but consists of a set of back thrusts. Such kind of back thrust movement at the flank of Mentawai basin can trigger mass movement or landslide that can produce localized tsunami causing damages to Sumatera mainland such as Padang, Painan or northern Bengkulu provinces and Mentawai Islands. Therefore, it is important to re-design the tsunami warning system, especially in this region, in order to mitigate tsunami risk to coastal region of western Sumatera. Keywords: multi-beam swath bathymetry, 28-channels seismic streamer, seismic reflection, back thrust, mass movement or landslide, tsunami warning system, mitigate tsunami risk Data batimetri dan seismik baru telah didapatkan selama survey kelautan PreTi-Gap (15 Februari hingga 6 Maret 2008). Survei dilaksanakan sepanjang tepian timurlaut Kepulauan. Mentawai menggunakan peralatan multibeam batimetri, seismik saluran ganda 28 kanal dengan 4 sumber energi airgun. Sasaran pertama adalah memetakan kawasan perairan P. Mega dekat pusat gempa besar tahun 2007. Kenampakan batimetri dangkal dicirikan dengan adanya dataran paparan terumbu karang sepanjang 200km yang secara perlahan mengalami penurunan tanpa akifitas sesar. Lebih jauh ke utara dari P. Pagai Selatan sampai di utara P. Siberut, morfologi dasar laut memperlihatkan perubahan secara signifikan yaitu lembah dalam dan lebar membentuk morfologi dasarlaut yang kasar dengan beda kedalaman antara 50 hingga 1100 meter. Secara umum, topografi dasar laut memperlihatkan perhentian dua lereng pada kedalaman yang berbeda. Diantara batas lereng yang dicirikan adanya kenampakan perlipatan, perbukitan dan bentuk melingkar diperkirakan sebagai hasil gelinciran batuan/tanah. Punggungan terangkat yang teramati merupakan penahan endapan yang melongsor pada lereng curam pada sisi sebelah timurlaut. Sebanyak 14 lintasan sismik refleksi pada sayap bagian timurlaut Kepulauan Mentawai, dari P. Siberut hingga ke selatan P. Pagai. Patahan anjak belakang yang teramati dengan sudut kemiringan ke arah baratdaya memotong bagian tepian timurlaut dari Kepulauan Mentawai dan punggungan terangkat yang terekam pada peta batimetri menegaskan bahwa Patahan Mentawai bukan murni sebagai patahan geser mengkanan akan tetapi juga memiliki komponen patahan anjak belakang. Setiap pergerakan sesar anjak di sisi Cekungan Mentawai dapat memicu gerakan tanah atau longsoran bawah laut dapat membangkitkan tsunami lokal yang mengakibatkan kerusakan di daratan Sumatera seperti di Padang, Painan atau Propinsi Bengkulu bagian utara dan Kepulauan Mentawai. Oleh karena itu adalah sangat penting untuk merencanakan sistim peringatan tsunami khususnya di kawasan tersebut dengan tujuan untuk melakukan mitigasi resiko bencana tsunami di kawasan pantai barat Sumatera. Kata Kunci: multibeam batimetri, seismik saluran ganda 28 kanal, sismik refleksi, sesar anjak belakang, gerakan tanah atau longsoran, peringatan dini tsunami, mitigasi resiko tsunami

PROSIDING GEOTEKNOLOGI LIPI, May 10, 2017
Kompleks Gunungapi Karaha-Talaga Bodas dikenal sebagai lapangan panasbumi Karahabodas. Studi morf... more Kompleks Gunungapi Karaha-Talaga Bodas dikenal sebagai lapangan panasbumi Karahabodas. Studi morfostratigrafi dan morfostrukur dilakukan pada citra DEM (2014) dan peta topografi (Peta RBI sekala 25.000 edisi I, 2001) dilengkapi dengan pengamatan lapangan. Tujuan penulisan ini adalah untuk menyusun evolusi relatif pembentukan Kompleks Karaha-Talaga Bodas. Hasil penelitian telah dapat memisahkan hasil gunungapi yang terbentuk pada Kuarter Tua yaitu Kompleks Karaha dengan Kompleks Talaga Bodas sebagai hasil gunungapi Kuarter Muda atau Kuarter Atas. Gunung Talaga Bodas muda tumbuh di dalam kaldera atau kawah tua membentuk beberapa kawah yang pusat letusannya bergeser ke arah utara. Analisis struktur menunjukkan kompleks gunungapi Kuarter Tua dikontrol oleh kelurusan struktur berarah baratdaya-timurlaut dengan kawah tersayat terbuka ke arah timurlaut. Periode berikutnya, kelurusan struktu berarah baratlaut-tenggara mengontrol kegiatan kompleks gunungapi Kuarter Muda dengan dinding kawah terbuka ke arah utara-timurlaut. Berdasarkan pola struktur dan stratigrafi yang berkembang di daerah penelitian, kemungkinan besar sumber magma dan sistim panasbumi Talaga Bodas terpisah dari sistim Karaha. Kata kunci : Kompleks gunungapi Karaha-Talaga Bodas; morfostratigrafi; morfostruktur; kerucut-kerucut parasit; kawah; kaldera tua; kelurusan struktur
Australian Journal of Earth Sciences
PROSIDING GEOTEKNOLOGI LIPI, Dec 31, 2014

Amphibolite is part of Ciletuh mélange complex that was exposed together with serpentinite, harzb... more Amphibolite is part of Ciletuh mélange complex that was exposed together with serpentinite, harzburgite, dunite, gabro and basalt. The rock is dominated by amphibole and andesine and rarely can be observed quartz. At some locations, the rocks have changed to ampbibolite epidote (oligoclase + hornblende + actinolite + epidote + chlorite). The result of mineral paragenesis and measurement of pressure and temperature indicates that amphibolites was formed of 5 kbar-6 kbar with temperature 640 o C-660 o C. Meanwhile amphibolites epidote was formed of 4 kbar-5 kbar with temperature 410 o C-455 o C. Obtaining pressure and temperature from amphibolites is indicated as result of obduction and then it has retrograded metamorphism to amphibolites epidote because of accretion and uplifting at Upper Oligosen. The indication is characterized by actinolite changed to chlorite, albite and epidote have replaced andesine, and another indication is the rim of hornblende is replaced by actinolite. ABS...

Penelitian struktur geologi dilakukan di bagian lereng selatan “kaldera purba” Garut-Bandung yang... more Penelitian struktur geologi dilakukan di bagian lereng selatan “kaldera purba” Garut-Bandung yang di dalamnya dijumpai lapangan panas bumi Prospek Patuha, Waringin, Windu-Wayang, Guntur, Talagabodas dan Cakrabuana. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui unsur struktur geologi seperti kekar dan urat mineralisasi yang terekam pada batuan volkanik, serta proses tektoniknya. Penelitian dilakukan melalui kajian kelurusan struktur dari hasil analisis anomali bouguer gayaberat yang mewakili struktur “dalam”, analisis struktur geologi permukaan dari citra DEM, dan pengukuran unsur struktur di lapangan secara terpilih. Kelurusan struktur “dalam” menunjukan arah U20o-25oB dan U50o-70oB, sedangkan kelurusan struktur permukaan berarah U20o-25oT, U60o-70oT, dan U20o-25oB. Hasil penelitian arah kekar pada batuan volkanik Tersier menunjukan tiga pola utama: pola berarah baratdaya (U25o-45oB) atau relatif baratlaut-barat (U50o- 65oB), pola berarah timurlaut (U30o-50oT), dan pola berarah relat...

Sistem panasbumi daerah Dieng, Jawa Tengah terdapat di dalam multi kerucut (cone) gunungapi. Mult... more Sistem panasbumi daerah Dieng, Jawa Tengah terdapat di dalam multi kerucut (cone) gunungapi. Multi kerucut gunungapi ini ditandai oleh munculnya kawah - kawah akibat terjadinya erupsi freatik, seperti kawah Sleri, Sikidang, Candradimuka dan sebagainya. Batuan hasil erupsi yang terdapat di sekitar kawah umumnya berupa lava basalt, andesit, sebagian terpropilitisasi yang ditandai oleh munculnya khlorit, kalsit dan epidot, dan batuan piroklastik (tuf breksi) yang mengalami argilitisasi dengan intensitas bervariasi, yang dicirikan oleh kehadiran montmorillonit, kaolinit, haloisit, ilit serta disertai adanya sedikit silika. Batuan volkanik yang tersingkap di wilayah Barat dan Utara (kampung Tempur, Wanayasa, Candradimuka, Siglagah) menunjukkan perubahan komposisi ke arah Timur dan Tenggara (Pulosari, Sleri, Sikidang, Merdada, Cebong), yakni dari basalt berubah menjadi andesit dan riodasit. Korelasi antara Neobium(Nb)/Zircon(Zr)*100 dengan Ytrium (Y) menunjukkan bahwa batuan volkanik daer...
Science for the Protection of Indonesian Coastal Ecosystems (SPICE), 2022
A major UK and international project is investigating how the 3D structure and physical propertie... more A major UK and international project is investigating how the 3D structure and physical properties of the subduction zone (including the plate boundary) affect earthquake rupture within and between the 2004 and 2005 rupture zones. These earthquake ruptures terminated at clear segment boundaries of the subduction zone and, in part, repeated historic rupture patterns. The project includes marine surveys (seismic
A joint Indonesia - U.S. Expedition to Sangihe Talaud waters (INDEX SATAL) in the north area of t... more A joint Indonesia - U.S. Expedition to Sangihe Talaud waters (INDEX SATAL) in the north area of the North Sulawesi Province has been conducted by the Okeanos Explorer of NOAA and the Baruna Jaya IV of Indonesia during July - August, 2010. The joint expedition was the first of its kind that covered multi aspects of science which aimed at
Uploads
Papers by Haryadi Permana