Papers by Susilawati Endah Peni Adji

International Journal of Humanity Studies (IJHS), Sep 4, 2023
Traditional medicine in a global context has been observed widely in several countries. Research ... more Traditional medicine in a global context has been observed widely in several countries. Research on traditional medicine has not been massively conducted in Indonesia, especially in Java. The present research, in response to the area of this subject, is an initial study to observe and examine the traditional medicine in Java, especially the medicine measurement system recorded in Serat Primbon Racikan Jampi Jawi. The measure system in traditional medicine has various lexicons as has been revealed in the lexicalization of numeral classifiers and the cultural context of the measurement system in traditional medicine recorded in Serat Primbon Racikan Jampi Jawi. The theoretical perspectives are composed of culture, semantics, and lexicography; using note-taking techniques as the data collection, dictionary method as the data analysis, definition and meaning description as the data presentation as well as its meaning relations. Based on the observation, there were 77 (seventy-seven) Javanese measure lexicons consisting of 60 (sixty) base words, 5 (five) affixed words, and 13 (thirteen) word combinations in Serat Primbon Racikan Jampi Jawi. Meaning relations found from the lexicons were abstract meaning relations by using 7 (seven) concepts of retrieval and concrete features with 6 (six) compositional constructions. The measure was obtained from 9 (nine) other fields of lexicon and was used to measure 25 (twenty-five) types of ingredients with one-to-one relations, one-to-two or more relations, and two or more-to-one relations. This research indicated that (1) The form of language adapts to the creativity and references in the measure; (2) The meaning of the measure characterizes the experience and knowledge of the Javanese people on the traditional medicine system in their everyday life; and (3) The measure system is the answer to the needs, specifications, and inheritance of the local wisdom of the Javanese people, particularly in the field of traditional medicine.

JURNAL BASTRINDO, Dec 31, 2022
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kekerasan yang terdapat dalam novel Dari Dalam Kubur kary... more Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kekerasan yang terdapat dalam novel Dari Dalam Kubur karya Soe Tjen Marching menggunakan perspektif Johan Galtung. Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan teknik baca-catat dan dianalisis menggunakan metode formal dan metode deskriptif analisis. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma M.H. Abrams berupa pendekatan objektif yang berfokus pada karya sastra, yakni novel Dari Dalam Kubur karya Soe Tjen Marching dan pendekatan mimetik yang berfokus pada realitas dan semesta, yakni tindak kekerasan dalam novel Dari Dalam Kubur. Teori yang digunakan dalam penelitian merupakan teori stuktural yang digunakan untuk mengkaji analisis struktural dan teori kekerasan perspektif Johan Galtung. Penelitian ini menghasilkan analisis struktural dan tindak kekerasan dalam novel Dari Dalam Kubur karya Soe Tjen Marching. Dalam analisis struktural ditemukan bahwa dalam novel terdapat dua tokoh utama dan 45 tokoh tambahan. Tokoh utama dan tokoh tambahan menjadi korban kekerasan. Namun demikian, beberapa tokoh tambahan sekaligus menjadi pelaku kekerasan. Analisis latar menunjukkan sebagian besar latar tempat menjadi lokasi tindakan kekerasan. Latar waktu menunjuk pada masa di Indonesia terjadi kekerasan masal, yaitu tahun 1946-1947, 1965, dan 1998. Latar sosial dominan menggambarkan tradisi Tionghoa dan kehidupan keagamaan Katolik. Penelitian tindak kekerasan menghasilkan tiga bentuk kekerasan, yakni (1) kekerasan langsung, (2) kekerasan kultural atau budaya, dan (3) kekerasan struktural. Ketiga bentuk kekerasan tersebut dilakukan oleh pihakpihak yang memiliki kuasa terhadap tokoh utama dan tokoh tambahan. Namun demikian, beberapa tokoh tambahan juga melakukan tindak kekerasan terhadap tokoh utama dan sesama tokoh tambahan.

Widyaparwa, 2011
Catatan awal pengarang dalam novelYogyakartamengungkapkan tujuan dari proyek pembuatan novel. Tuj... more Catatan awal pengarang dalam novelYogyakartamengungkapkan tujuan dari proyek pembuatan novel. Tujuan itu berkaitan dengan representasi kota Yogyakarta yang dihadirkan melalui novel. Tulisan ini menkaji representasi dan ideologi novel Yogyakarta karya Damien Dematra. Teori representasi (Barker) dan ideologi (Storey dan Barthes) yang dipakai dalam kajian ini diterapkan menggunakan metode analisis isi. Kajian ini menghasilkan kesimpulan bahwa novel Yogyakarta sangat kuat menghadirkan representasi Yogyakarta sebagai (1) kota yang pluralis dan nyamarL (2) kota yang maju dengan tetap mempertahankan nilai tradisional, dan (3) kota pendidikan. Representasi tersebut dilakukan dengan mengingkari beberapa makna denototatif dari yang direpresentasikan. Tujuan dari representasi ini untuk mengukuhkan identitas, yang ujungnya demi pengukuhan ideologi kapitalisme dan legimitasi kekuasaan. Menurut Barthes pembacaan yang lebih seksama terhadap sebuah ideologi tidak akan mengurangi atau menambah kekuatan dari ideologi tersebut. Oleh karena itu, ideologi mengenai kapitalisme dan legitimasi kekuasaan dalam novel Yogyakarta tetaplah kuat. Dari segi pengoptimalan potensi bahasa (sastra) untuk menciptakan komunikasi yang baik, novel ini dipandang sebagai bentuk tuturan --untuk menciptakan citra (representasi, konotasi) positif mengenai Yogyakartadari pengarang (yang didukung penguasa) kepada masyarakat. Kata kunci: representasi, ideologi, identitas, makna denotatif, makna konotatif First record of attthor in nooel Yogyakarta ,,::r::;;::,m of the noael makins project. It dentt with the representation ofYogyakartn city. This paper reoiewed the representation and ideology of Yogyakarta, a nooel by Dnmien Dematrs. Representation theory (Barker) and ideology theory (Storey and Barthes) were used and be applied with content analysis method. This reaiew concluded that noael Yogyakarta really presented Yogyakarta as (1) plural and comfortable place, (2) adaanced city which preseraed traditional aalues and (3) education city. The representation zuas perforrued by ignoring some denotatiae nteanings. The gonl of the representation was to establish identity for establishing capitalism ideology for fitrther and legitiruate authority. According to Barthes, the sophisticated reading about ideology would ncoer reduce or add the strength of the ideology, Therefore, the ideology of capitalism and pouer legitimating in noacl Yogyakarta zoas still strong. To optimize language potency (literature) in order to create good commuflication, this noael uas oaentiezued as a narration to create positioe image (representation, connotation) about Yogynkartafront autlnr (in support by the ruler) to societ,1.

Sintesis
Penelitian ini membahas tentang eksploitasi alam yang terdapat di dalam novel Si Anak Pemberani k... more Penelitian ini membahas tentang eksploitasi alam yang terdapat di dalam novel Si Anak Pemberani karya Tere Liye. Tujuan penelitian ini adalah, (1) mendeskripsikan faktor penyebab perilaku eksploitasi alam, (2) mendeskripsikan dampak eksploitasi alam, dan (3) mendeskripsikan perlawanan para tokoh terhadap tindakan eksploitasi alam. Penelitian ini menggunakan teori ekokritik yang terdiri dari dua model kajian, yaitu model kajian etika lingkungan dan model kajian sastra apokaliptik. Model kajian etika lingkungan digunakan untuk menganalisis faktor penyebab serta dampak dari eksploitasi alam dan model kajian sastra apokaliptik untuk menganalisis perlawanan beberapa tokoh terhadap eksploitasi alam dalam novel Si Anak Pemberani karya Tere Liye. Hasil analisis penelitian ini diklasifikasikan menjadi tiga, sebagai berikut. (1) Terdapat dua faktor utama penyebab eksploitasi alam dalam novel ini yaitu ekonomi dan kekuasaan. Faktor tersebut telah melanggar enam prinsip moral terhadap kearifan...

Jurnal Bastrindo
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kekerasan yang terdapat dalam novel Dari Dalam Kubur kary... more Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kekerasan yang terdapat dalam novel Dari Dalam Kubur karya Soe Tjen Marching menggunakan perspektif Johan Galtung. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan analisis struktural berupa tokoh dan penokohan dan latar, serta (2) mendeskripsikan bentuk-bentuk kekerasan dalam novel Dari Dalam Kubur karya Soe Tjen Marching. Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan teknik baca-catat dan dianalisis menggunakan metode formal dan metode deskriptif analisis. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini dalah paradigma M.H. Abrams berupa pendekatan objektif yang berfokus pada karya sastra, yakni novel Dari Dalam Kubur karya Soe Tjen Marching, dan pendekatan mimetik yang berfokus pada realitas dan semesta, yakni tindak kekerasan dalam novel Dari Dalam Kubur. Teori yang digunakan dalam penelitian merupakan teori stuktural yang digunakan untuk mengkaji analisis struktural, dan teori kekerasan perspektif Johan Galtung. Penel...
Sintesis (Yogyakarta), Mar 29, 2022
Sintesis
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur kepribadian tokoh utama dalam novel Anak ... more Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur kepribadian tokoh utama dalam novel Anak Bungsu karya Soesilo Toer dengan menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini ditemukan persamaan dan perbedaan struktur kepribadian hasrat (id), hati nurani dan internalisasi (superego), dan apa yang dilakukan (ego) pada masing-masing tokoh.

Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan gambaran sikap dan posisi perempuan; fungsi penggambar... more Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan gambaran sikap dan posisi perempuan; fungsi penggambaran posisi-tinggi perempuan dalam bidang supranatural; serta sikap implied author terhadap sistem patriarki dan isu gender --dalam cerpen-cerpen Danarto. Dengan menggunakan teori kritik sastra feminis yang beperspektif kritik ideologis, tulisan ini mendekonstruksi teks cerpencerpen Danarto yang selama ini cenderung dinilai mengungkapkan permasalahan religiusitas. Dengan perspektif ini dihasilkan gambaran bahwa sikap perempuan sangatlah ambivalen, dan posisi mereka juga bervariasi. Perempuan golongan tua dari kelas atas cenderung mendukung sistem patriarki. Perempuan muda dari kelas' atas cenderung bersikap protes dan menggugat terhadap sistem patriarki. Sementara perempuan dari kelas bawah tidak hanya ditindas oleh kelas atas, tetapi juga oleh sistem patriarki. Penindasan ini semakin terlihae ketika is memasuki bidang publik. Bidang yang di dalamnya perempuan dapat memiliki posisi tinggi dan kekuasaan adalah bidang supranatural. Dengan mengkombinasikan kritik sastra feminis dan kategori gender yang dikemukakan Scott, tulisan ini menghasilkan deskripsi representasi perempuan simbolik, konsep normatif, institusi dan organisasi sosial, identitas subjektif, serta gender sebagai indikasi hubungan kekuasaan. Perempuan simbolik yang direpresentasi dalam teks cerpen Danarto , memiliki dua citra, baik positif maupun negatif. Citra positif sifat perempuan ini diwujudkan melalui representasi Maria dan Rabi'ah. Citra negatif sifat perempuan diwujudkan dalam representasi Ratu Pantai Selatan (dari pandangan orang awam dan santri). Pembentukan konsep normatif perempuan bersumber dari representasi perempuan simbolik. Pembentukan itu dilakukan oleh patriarki sehingga meletakkan perempuan dalam posisi yang inferior, tunduk, dan ditindas. Dalam pembentukan norma itu digunakan mitos yang berkesan menghargai perempuan, seperti "ratu rumah tangga" dan "surga terletak di telapak kaki ibu". Dalam institusi dan organisasi sosial

Since Indonesia began its political reform in 1998, Indonesians have enjoyed increased freedom of... more Since Indonesia began its political reform in 1998, Indonesians have enjoyed increased freedom of expression, and as such it has been possible for long-censored themes such as politics to be freely discussed in contemporary Indonesian literature. This article examines two such novels, (1) Junaedi Setiono's Dasamuka (2017), which deals with Javanese politics during the Diponegoro War; and (2) Arafat Nur's Lolong Anjing di Bulan (Dogs Howling at the Moon, 2018), which deals with Acehnese politics during the Military Operations Era. This article borrows its theoretical framework from Fairclough, Bourdieu, and Gramsci, using the concept of power relations to investigate the novels Dasamuka and Lolong Anjing di Bulan. It finds that such power relations are strongly evident in both novels, particularly in their depictions of: (1) language as capital, (2) dominance and hegemony, and (3) opposition to outside dominance. This study finds that, in these novels, power relations have economic roots. Power is exerted, for instance, through (1) the taxation of civilians by the Yogyakarta Palace and the Dutch colonial government; (2) the land rental system implemented by the British and Dutch colonial regimes, which resulted in all profits flowing to these regimes, the Palace becoming economically dependent on these regimes, and the common people being reduced to laborers, and (3) natural gas exploration in Aceh, with all profits flowing to the Indonesian and American governments. Power relations in these novels, thus, are structured by economic factors, reflecting a Marxist paradigm. This reflects the Marxist view that economic factors are foundational for the class structure of society.

Sintesis (Yogyakarta), Nov 2, 2021
This article discusses ideology and the state apparatus in three short stories by Putu Wijaya. Th... more This article discusses ideology and the state apparatus in three short stories by Putu Wijaya. The study employs the Abrams paradigm, namely an objective and discursive approach. This study applies an objective approach to analyzing the intrinsic elements of three short stories by Putu Wijaya. A discursive approach is used to dismantle ideology with the ideological perspective of Louis Althusser. Qualitative data were collected using library research method. The results of this study show that ideology and state apparatus are represented in a variety of ways; first, each main character is represented by the problems he experiences; second, there is an interpellation on the main character to be recognized as subject; third, the ideological forms found are dominant ideology, confined ideology, free ideology, ideological resistance, and central ideology; last, the ideological state apparatuses are prominent in three of Putu Wijaya's short stories..

International Journal of Humanity Studies, 2017
Diaspora literary studies have been extensively conducted in the world of literature. However, In... more Diaspora literary studies have been extensively conducted in the world of literature. However, Indonesian diaspora literature has not been conducted widely in the Indonesian literature studies. To begin with, this study examines the diaspora literature written by Indonesian immigrants in America in the 2010s. The first genre of Indonesian diaspora literature by Indonesian immigrants in America in the 2010s includes the history novel, Only a Girl: Menantang Phoenix (by Lian Gouw) which talks about the history of Chinese society in the Dutch-Indonesian era until the Indonesian independence and Candik Ala 1965 (by Tinuk R. Yampolsky) which tells the history of G/30/S/PKI. The second is the short story genre, which is Mantra Maia (by Sofie Dewayani) and the third are memory stories, which is This is America, Beibeh (by Dian Nugraheni) both of which raise the issue of Indonesian migrant communities in America. Diaspora problems are always related to the identity construction. The identity in Only a Girl: Menantang Phoenix is the migratory tendency and avoidance of racial conflicts inherent Chinese people, who migrated to Indonesia, and who eventually migrated to America. The identity in Candik Ala 1965 is the Indonesian political migrants in America who position themselves as the victims of violence in the Suharto regime. The identity contained in the Mantra Maia short stories collection is a new world (America) that makes the migrants experience the psychological tension between success and failure of adaptation. The identity depicted in the memory stories of This is America, Beibeh is the identity of the Indonesian migrants who are able to adapt positively, by always comparing their new experiences with their old experiences in Indonesia.
Artikel ini membahas bentuk dominasi maskulin yang terdapat dalam novel Dua Ibu karya Arswendo At... more Artikel ini membahas bentuk dominasi maskulin yang terdapat dalam novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto. Penelitian ini menggunakan paradigma Abrams, yaitu pendekatan mimetik serta pendekatan diskursif. Kerangka berpikir yang digunakan adalah perspektif Pierre Bourdieu mengenai dominasi maskulin. Bentuk dominasi maskulin yang ditemukan paling banyak dalam ranah domestik, yaitu dalam hal (1) pernikahan, yaitu dalam bentuk perselingkuhan suami terhadap istri, perkawinan untuk meningkatkan modal simbolik perempuan, pengabdian istri; (2) pengutamaan pendidikan anak laki-laki; (3) pembagian kerja secara seksual; dan di luar ranah domestik yaitu (4) aktualisasi diri perempuan yang menegaskan feminitasnya dan subordinasinya terhadap laki-laki.

Humaniora, 2012
Membaca tulisan Danarto, yang berjudul "Refleksi Perempuan" dalam Republika (1993), men... more Membaca tulisan Danarto, yang berjudul "Refleksi Perempuan" dalam Republika (1993), menyebabkan penulis berpikir ulang tentang makna karya-karya Danarto yang selama ini hanya dinilai mengungkapkan permasalahan religiusitas. Dalam tulisan itu, terlihat bahwa Danarto memiliki perhatian dan juga keprihatinan yang sangat besar terhadap kaum perempuan. Menurutnya, masalah perempuan itu bervariasi dan dipengaruhi oleh kelas mereka. Perempuan kelas atas lebih mempunyai wewenang untuk menentukan dan mengatur diri sendiri. Sementara, perempuan kelas menengah dan bawah lebih banyak tertekan dalam kehidupan mereka. Perhatian dan keprihatinan Danarto ini merupakan bagian dari pandangan dunianya sebagai pengarang yang tentu saja sangat mewarnai karya-karya yang diciptakannya, juga pada cerpen-cerpennya yang dicipta setelah tahun 1980-an. Kritik-kritik yang menilai bahwa karya Danarto mengungkapkan perenungan religiusitas yang meliputi pantheisme dan mistik telah dilakukan oleh Teeuw (1...

International Journal of Linguistics, Literature and Translation, 2020
Translating Toer’s Bumi Manusia means translating Indonesian culture. As its translator, Lane has... more Translating Toer’s Bumi Manusia means translating Indonesian culture. As its translator, Lane has to provide English translation which is enjoyable, readable, and acceptable both culturally and linguistically. He solves the problem of non-equivalence by applying translation strategies. This research aims at finding out translation strategies Lane applies in translating Bumi Manusia into This Earth of Mankind. This research is qualitative in nature. There are five translation strategies Lane applies. The five strategies are translation by illustration, translation by cultural substitution, translation by using less expressive word, translation by omission, and translation by using a more general word. The research provides another perspective of how to deal with non-equivalence in translating Indonesian novel into English. In Lane’s case, he acts as a bridge connecting cultural gap between Indonesian and English. He uses English context to make his English translation readable.
Uploads
Papers by Susilawati Endah Peni Adji
Identitas ini bukanlah wujud yang absolut, melainkan dinamis, sebuah “proses menjadi” sebagai hasil konstruksi budaya lama dan sekarang, serta hasil dialektika antar etnis. Identitas Tionghoa tersebut diklasifikasi menjadi identitas sosial dan budaya, politik, ekonomi, serta perempuan. Tiga identitas yang pertama sangat berkaitan dengan kebijakan Belanda terhadap status istimewa warga Tionghoa yang menempatkan kedudukan mereka di bawah Belanda dan di atas pribumi. Identitas Tionghoa ini tidaklah tunggal, identitas ini dibentuk oleh perbedaan generasi dan kelas sosial.
Keseluruhan identitas Tionghoa dalam novel Only a Girl bermuara pada satu identitas, yaitu migrasi dan penghindaran masalah rasial. Generasi pertama hingga ketiga merupakan hasil migrasi orang Tionghoa ke Indonesia; mereka membentuk budaya baru yang disebut diaspora. Generasi ketiga melakukan migrasi lagi, ke Belanda dan Amerika. Tokoh utama pada generasi ini memilih bermigrasi ke Amerika karena di sana lebih sedikit masalah rasial. Hal ini linear dengan pilihan penulis, Lian Gouw, yang juga bermigrasi ke Amerika pada tahun 1962.
Kata kunci: diaspora, sastra diaspora Indonesia, identitas.