Jurnal Kelautan Tropis/Jurnal kelautan tropis, Dec 7, 2023
Waters if exploited optimally can provide sustainable benefits for local fishermen. Target streng... more Waters if exploited optimally can provide sustainable benefits for local fishermen. Target strength is one of the most important parameters in estimating fish stocks because this value is a scale in estimating the potential of fish resources. This study aims to analyze the average value of target strength (TS) of demersal fish through in-situ acoustic measurements, and describe the distribution of TS of demersal fish in Kahyapu. Data were collected using Simrad EK15 echosounder by following the cruise track in the form of 8 zigzag transects and divided into 32 ESDU (Elementary Sampling Distance Unit). The results showed that the TS value of demersal fish had an average value of
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 Mei sampai 01 Juni 2009, dengan metode pengumpulan da... more Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 Mei sampai 01 Juni 2009, dengan metode pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara langsung dengan petugas atau pegawai yang bertugas di UPTD Balai pelabuhan Khusus perikanan (BPKP) Pulau Baai Propinsi Bengkulu. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yaitu data yang diperoleh dari lapangan dianalisis secara kualitatif berdasarkan konsep teori tinjauan pustaka. Data yang dikumpulkan adalah data produksi hasil tangkapan dari para nelayan dari berbagai jenis alat tangkap yang didaratkan di Pelabuhan Pulau Baai yaitu tepatnya di kawasan UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) BPKP (Balai Pelabuhan Khusus Perikanan) Pulau Baai Bengkulu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui data produksi dan jenis ikan dari hasil tangkapan yang di daratkan di UPTD Balai Pelabuhan Khusus Perikanan Pulau Baai Bengkulu dalam 5 tahun terakhir dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa tingkat tertinggi produksi ikan yang didaratkan di balai pelabuhan khusus perikanan yaitu pada tahun 2007 yang mencapai 894.763 Kg dengan nilai produksi sebesar Rp.5.862.647.500 pada bulan februari. Dan untuk penghasilan pada jenis ikan yang tertinggi pada tahun 2007 adalah jenis ikan cakalang (Kotsuwonus pelanis) hasilnya pada bulan juli 2007 mencapai 191,974 Kg dengan penghasilan dalam rupiahnya mencapai Rp.1.343.818.000. Pada tahun 2007 ini semua jenis ikan mengalami tingkat produksi yang cendrung muncul yaitu pada setiap bulan Februari dan juga pada bulan Mei.
Penelitian ini tentang Studi Jenis dan Kelimpahan Gastropoda di Ekosistem Padang Lamun Perairan D... more Penelitian ini tentang Studi Jenis dan Kelimpahan Gastropoda di Ekosistem Padang Lamun Perairan Desa Kahyapu, Enggano Kabupaten Bengkulu Utara, yang bertujuan untuk mengetahui jenis, kelimpahan dan struktur komunitas Gastropoda, serta kondisi faktor abiotik yang mempengaruhi kehidupan Gastropoda. Metode yang digunakan adalah metode survei. Pengambilan sampel dan pengukuran faktor abiotik dilakukan di ekosistem padang lamun Desa Kahyapu, dilanjutkan dengan identifikasi di laboratorium. Hasil pengamatan ditemukan 47 spesies Gastropoda dari 22 famili dengan kelimpahan tertinggi terdapat pada stasiun 2 sebanyak 1.671.333,33 ind/ha diikuti stasiun 3 sebanyak 1.399.833,33 ind/ha dan stasiun 1 sebanyak 1.201.700,00 ind/ha. Kelimpahan tertinggi pada stasiun 1 dan 2 yaitu spesies Cerithium corralium, sedangkan pada stasiun 3 adalah spesies Strombus minimus. Indeks keanekaragaman berkisar antara 3,22-3,84, indeks keseragaman berkisar antara 0,6700,83,dan indeks dominasi berkisar antara 0,9-0,13. Hasil pengukuran faktor abiotik didapatkan suhu rata-rata 27,63 o C, kecepatan arus rata-rata 0,2 m/s, kedalaman rata-rata 25,33 cm, kecerahan mencapai 100 %, salinitas rata-rata 30,53 ppm, derajat keasaman (pH) rata-rata 6,78. Hasil analisis dilaboratorium didapatkan kandungan padatan tersuspensi berkisar antara 1,720-1,950 mg/l dan kandungan bahan organik dalam sedimen berkisar antara 1,63-3,86 %.
This research aims to know the composition of zooplankton on lake Dendam Tak Sudah Bengkulu city ... more This research aims to know the composition of zooplankton on lake Dendam Tak Sudah Bengkulu city ecosystem. This research is done from May 10 2013 by using “Purposive Random Sampling” on 4 station based on different environment. The Zooplankton’s samples were taken by using plankton net no.25. Parameters being measured are abundance, relative abundance, diversity index and similarity index. It is found on 3 different class which is Maxillopoda,Branchiopoda and Eurotatoria, 5 ordo, 12 family and 13 genus. The most prevalent genus in distribution are Macrosetella, Oncaea, Candacia, Euchaeta and Acartia. While Euterpina and Diaptomus (larva)only were found on 1 station. The highest ordo was belongs to Calanoid approximately 3.69 ind/l, while Flosculariaceae is the lowest. The highest composition of zooplankton was in station 2. The highest total abundance in station 2 is 3.93 ind/l, then followed by station 4 (3,48 ind/l), station 3 (3.06 ind/l) and station 1 (2.82 ind/l). The highest number on diversity index (H’)was on station 1 (1.783), then station 3 (1.581), station 2(1.504) and station 4 (1,146). The highest similarity index (E)was on station 3 (0.760),then station 1 (0.743), station 4 (0.639) and station 2 (0.627).
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September sampai dengan Bulan Oktober 2013 yang bertempat ... more Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September sampai dengan Bulan Oktober 2013 yang bertempat di Hatchery ikan hias Padang harapan Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Bengkulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan jambal siam dengan pemberian pakan bokashi dedak halus dan kotoran puyuh yang dibudidaya pada air rawa. Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan jambal siam dengan ukuran berkisar antara 6,4 cm sebanyak 240 ekor. Wadah pemeliharaan yang digunakan adalah akuarium ukuran 60x40x40 cm3 sebanyak 12 unit yang diisi air setinggi 20 cm dengan padat tebar 20 ekor/wadah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan empat taraf perlakuan. Untuk memperkecil kekeliruan masing-masing taraf perlakuan dilakukan ulangan sebanyak tiga kali dengan demikian diperlukan 12 unit percobaan. Perlakuan yang digunakan yaitu: Perlakuan KP75D25 (Pemberian pakan bokashi 75% kotoran puyuh dan 25% dedak halus), Perlakuan KP80D20 (Pemberian 80% kotoran puyuh dan 20% dedak halus), Perlakuan KP85D15 (Pemberian pakan bokashi 85% kotoran puyuh dan 15% dedak halus) dan Perlakuan P100 yaitu pakan kontrol 100% pelet Produksi Cendana Prioritas Lestari. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa adanya pengaruh pemberian pakan bokashi terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan jambal siam. Pemberian pakan bokashi yang terbaik diperoleh pada perlakuan KP85D15 dengan rata-rata pertumbuhan bobot mutlak (5,63 gram), hal ini dibuktikan dengan uji rentang newman keuls, Perlakuan KP85D15 berbeda nyata terhadap perlakuan KP80D20, dan KP75D25. perlakuan KP80D20 berbeda nyata terhadap perlakuan KP85D15 dan KP75D25 namun P100 tidak berbeda nyata dengan KP75D25. Rata-rata pertumbuhan panjang mutlak terdapat pada perlakuan KP85D15 (6,65 cm), hal ini dibuktikan dengan uji rentang newman keuls bahwa perlakuan KP85D15 berbeda nyata terhadap perlakuan KP80D20, P100. Perlakuan KP80D20 berbeda nyata dengan perlakuan P100 dan KP85D25. Namun perlakuan P100 berbeda nyata dengan KP75D25. KP85D15, KP80D20 Kelulushidupan tertinggi terdapat pada perlakuan KP85D15 yaitu kelulushidupan (100 %) hal ini dapat dibuktikan dengan uji rentang Newman Keuls, bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan KP85D15 dengan perlakuan KP80D20, KP 100 dan KP75D25. Perlakuan KP80D20 berbeda nyata dengan perlakuan dan KP85D15. Namun perlakuan P100 berbeda nyata dengan KP75D25. Hasil pengukuran parameter kualitas air pada perlakuan yang diberi pakan bokashi (KP75D25, KP80D20 dan KP85D15) adalah suhu 27-29 0C, pH 5,0-7,5 , DO 4,0-6,3 mg/l, CO2 6,7-8,3 mg/l dan NH 0,042-0,541 mg/l. Sedangkan parameter kualitas air pada media kontrol (P100) adalah suhu 27-29 0C, pH 5,0-6,0 , DO 4,3-5,0 mg/l, CO2 6,4-8,6 mg/l dan NH3 0,015-0,681 mg/l.
Adapun tujuan dari penelitian saya adalah :Untuk mengetahui gejala klinis pada kepiting bakau dan... more Adapun tujuan dari penelitian saya adalah :Untuk mengetahui gejala klinis pada kepiting bakau dan Untuk mengetahui Bakteri apa saja yang terdapat dalam kepiting bakau Kepiting adalah binatang crustacea berkaki sepuluh dari infraordo Brachyura, yang biasanya mempunyai "ekor" yang sangat pendek atau yang perutnya sama sekali tersembunyi di bawah thorax. Kepiting umumnya ditutupi dengan exoskeleton (kerangka luar) yang sangat keras dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Misalnya Scylla serata (kepiting bakau) memiliki tubuh yang lebar dan melintang. Bakteri merupakan mikro organisme prokaryotik yang keberadaannya tersebar luas dipermukaan bumi. Ukuran bakteri antara 200µm-2000µm atau lebih dan merupakan sekolompok organisme ber sel satu yang tidak berklorofil, berbiak dengan membelah diri Bakteri mempunyai tiga buah bentuk dasar yaitu: Bulat (Coccus), batang/silindris (basis) dan spiral ( Vibrio) Dalam pengamatan morfologi bakteri diperlukan beberapa alat dan bahan antara lain ose, gelas benda, lampu spritus, atau Bunsen dan reagen untuk pengecatan bakteri seperti reagen gram dan reagen untuk pengecatan bakteri seperti reagen gram. Ziehl Nielsen atau acid fast. Mikroskup perbesaran 400 dan 1000 kali minyak imers Dalam pengujian sifat biokimia bakteri penyebab penyakit pertama-tama yang perlu dilakukan adalah pengujian Katalase dan Oksidase. Dalam pengujian katalase diperlukan olesan bakteri yang agak tebal pada gelas benda. Kemudiam tetesan larutan hydrogen peroksida (H 2 O 2 ) 3 % pada olesan bakteri. Reaksi Katalase positif apabila setelah hydrogen peroksida diteteskan pada olesan bakteri. terjadi buih
Kerusakan pada kondisi ekosistem mangrove Desa Pasar Sebelah kabupaten Muko muko, disebabkan oleh... more Kerusakan pada kondisi ekosistem mangrove Desa Pasar Sebelah kabupaten Muko muko, disebabkan oleh degradasi yang terjadi akibat aktifitas manusia. Kerusakan dikarenakan tekanan ekologis akibat dari pembukaan lahan untuk perkebunan sawit, hortikultura yang terletak di pinggiran air Sungai Manjunto, dan peternakan yang terletak di hulu sungai manjunto. Hal ini dapat berakibat berubahnya sistem produktivitas perairan seperti perubahan terhadap jumlah biota perairan dan jenis zooplankton di kawasan tersebut.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus – Oktober 2013 di ekosistem mangrove desa Pasar Sebelah Kabupaten Mukomuko. Dengan metode pengumpulan data menggunakan sample survey method, yaitu metoda pengumpulan data yang mencatat sebagian kecil populasi atau sample namun hasilnya diharapkan dapat menggambarkan sifat populasi dari obyek penelitian data yang telah terkumpul dengan menghitung keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi serta kelimpahan. Dari hasil penelitian nilai keanekaragaman, keseragaman, dominansi serta kelimpahan, menunjukan hasil yang rendah, ini berarti keadaan zooplankton dalam keadaan buruk, karena apabila pada suatu perairan keanekaragaman, keseragaman, dominansi dan kelimpahan nya rendah maka daerah tersebut kurang subur.
Penelitian tentang kajia gelombang dan arus ini telah dilakukan di muara sungai Serangai Kecamata... more Penelitian tentang kajia gelombang dan arus ini telah dilakukan di muara sungai Serangai Kecamatan Ketahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinggi gelombang pecah, periode gelombang, panjang gelombang, kecepatan gelombang, tipe empasan gelombang dan arah maupun kecepatan arus pada saat pasang serta surut. Metode yang digunakan adalah pengamatan lapangan secara langsung dengan parameter yang diamati tinggi gelombang pecah, periode gelombang, arah dan kecepatan arus, kemiringan pantai. Hasil penelitian tinggi gelombang pecah paling tinggi berada pada stasiun 1 yaitu saat pasang 0,78 m dan surut 0,43 m. Periode gelombang yang paling cepat terdapat distasiun 2 dan 4 yaitu untuk saat pasang 10,2 10,2 m sedangkan pada saat surut berada pada stasiun 2 yaitu 10,1. Kecepatan gelombang paling cepat terdapat di stasiun 1 yaitu saat pasang 2,62 , dan surut 1,93 . Panjang gelombang paling panjang pada saat pasang juga distasiun 1 yaitu 25,1 m, saat keadaan surut berada di stasiun 3 yaitu 18,8 m. Sedangkan untuk kecepatan arus pantai di stasiun b (kiri muara/barat laut) relatif tidak stabil antara pasang dengan surut yaitu saat pasang 0,55 sedangkan saat surut 0,39 m dibandingkan pada stasiun a (kanan muara/tenggara) yang relatif stabil yaitu saat pasang 0,45 sedangkan saat surut 0,44 m. Dari pernyataan ini maka dapat dikatakan karakteristik gelombang yang relatif stabil berada pada stasiun 2 dan 3. Sedangkan untuk tipe empasan gelombang dari ke 4 stasiun merupakan tipe Spilling. The research about the study of waves and currents had been held in the estuary of Serangai River, Ketahun. This research is purposed to find out about the height of breaking waves, waves eriod, wavelength, wave’s celerity, types of crashing waves, and also the direction and celerity of currents at the tide and backwash moment. The method which used was direct field observation with observed parameters were about the height of shattered waves, waves period,current’s direction and celerity, and foreshore slope. As the result of the research that the highest of crashing waves height was in station 1, that is in 0,78 m of tide and 0,43 m of backwash. The fastest waves period was in station 2 and 4, that both of them is in 10,2 of tide while for the moment of backwash was in station 2, that is 10,1 that is in 2,62 , and 1,93 . The fastest waves celerity was in station 1, of backwash. The longest wavelength in the moment of tide was also in station 1, that is 25,1 m while for the moment of backwash was in station 3, that is 18,8 m. Whereas, for the celerity of shore currents in station b (at left side of estuary/northwest)between tide and backwash moment was relatively unstable, that is 0,55 could be concluded that waves with relatively stable characteristic was in station 2 and 3 Whereas, the type of breaking waves at all 4 stations is Spilling type.
Telah dilakukan penelitian “Distribusi Target Strength Ikan Daerah Pelagis Dengan Menggunakan Sis... more Telah dilakukan penelitian “Distribusi Target Strength Ikan Daerah Pelagis Dengan Menggunakan Sistem Akustik Split Beam Di Perairan Pulau Enggano”. Penelitian ini bertujuan untuk; 1) Mengetahui distribusi ikan daerah pelagis pada masing-masing strata kedalaman di perairan laut Pulau Enggano berdasarkan penghitungan target strength diperairan setempat dengan metode akustik split beam, 2) Melihat pengaruh faktor temperatur terhadap distribusi target strength ikan daerah pelagis di perairan Pulau Enggano. Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Enggano pada Bulan Desember 2005, menggunakan metode akustik split beam dengan peralatan echosounder SIMRAD EK500 dan post processing software SIMRAD EP500. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa nilai target strength (TS) ikan daerah pelagis yang terdeteksi di perairan Pulau Enggano bervariasi dalam selang -60 dB sampai dengan 27 dB, yang secara umum memperlihatkan suatu kecenderungan bahwa semakin bertambah kedalaman ditemukan nilai TS ikan semakin besar. Total keseluruhan ikan yang terdeteksi berjumlah 58056 target, terdiri dari 98,58% merupakan ikan berukuran kecil (nilai TS < -45 dB), yang lebih tersebar pada rentang kedalaman dengan temperatur antara 28,16 o C - 28,52 o C, dan 1,42% dari keseluruhan target yang terdeteksi adalah ikan berukuran besar (nilai TS > -45 dB), tersebar di kedalaman dengan temperatur antara 14,58 o C - 27,78 o C.
Study estimated the wave energy relations and index violent crushing waves have been conducted in... more Study estimated the wave energy relations and index violent crushing waves have been conducted in waters Palik Beach, Village Tebing Kandang, North Bengkulu This study aims to estimate how much energy the wave, knowing the type of violent crushing waves and to determine the relationship of wave energy and wave in the violent crushing index Palik Beach. The method used is direct field observation with the observed parameters of the violent crushing wave height, wave period and beach slope. Results reveal that the wave energy value averaging around 64.78 joules-161.76 joules, and the type of violent crushing waves at this beach is surging. Based on the analysis of the coefficient of determination (R) the average is 0.9407173 indicate that violent crushing wave energy and wave indices have a strong relationship. 2
Perairan Pulau Baai merupakan perairan yang unik bersifat tertutup atau terlindung yang memiliki ... more Perairan Pulau Baai merupakan perairan yang unik bersifat tertutup atau terlindung yang memiliki sumberdaya ikan pelagis kecil, dimanfaatkan sebagai area penangkapan ikan pelagis bagi nelayan lokal sehingga dapat membantu perekonomian masyarakat. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui gambaran distribusi kepadatan ikan pelagis adalah dengan pemanfaatan teknologi hidroakustik. Penelitian ini bertujuan menganalisis nilai hambur balik akustik (volume backscattering strength, SV) dari ikan pelagis dan dihubungkan dengan pendugaan kepadatan ikan pelagis di perairan Pulau Baai Kota Bengkulu, melalui pengukuran akustik secara in-situ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di perairan Pulau Baai diperoleh nilai rata-rata SV tertinggi yaitu-50.47 dB diduga memiliki kepadatan ikan sebesar 2.57 ind/m3 sedangkan untuk rata-rata SV yang rendah dengan nilai-57.48 dB diduga memiliki kepadatan sebesar 0.04 ind/ m 3. Kepadatan ikan pelagis diduga secara akustik sebesar 26.47 ind/m 3 di kolom perairan Pulau Baai. Nilai SV mempengaruhi dugaan kepadatan ikan sebesar 69% dan dikategorikan memiliki korelasi tinggi dan arah korelasi yang positif.
The resources of the blue swim crab are currently under pressure on survival due to the increasin... more The resources of the blue swim crab are currently under pressure on survival due to the increasing effort to catch in nature. Management of blue swim crab resources requires information on the biological conditions of the crab to determine the size, sex, and number that can be caught. This study aims to analyze the structure of carapace width concerning differences in sex, gonad maturity level, and crab condition factors. The method used is the method of observation by measuring the length, weight, and maturity level of the gonads and then analyzed descriptively. The results showed that the size of the crabs was included in the category of juvenile to adult crabs for both male and female crabs. The growth pattern of male crabs with a coefficient of b value of 2.47 and female crabs of 2.78 shows that the growth patterns of crabs in Pulau Baai waters are negative allometric. Most of the female crabs are in the immature stage of the gonads, so the condition factor for the female crabs ...
Pengembangan produksi budidaya ikan lele di Kelurahan Bentiring Permai mengalamikesulitan karena ... more Pengembangan produksi budidaya ikan lele di Kelurahan Bentiring Permai mengalamikesulitan karena keterbatasan lahan dan hargapakanyang semakin mahal. Untuk itu dilakukanupaya penerapan teknologi bioflok dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan danketerampilan anggota kelompok dalam mengadopsi teknologi bioflok agar dapat meningkatkanproduktifitasnya. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah melalui pendekatanpartisipatif diantaranya pelatihan, pembinaan dan pendampingan. Evaluasi dilakukan denganmetode pre-post test. Hasil kegiatan penerapan teknologi telah memberikan dampak yang posisitifdengan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok dalam mengadopsiteknologi bioflok pada budidaya ikan lele. Pengetahuan yang didapat juga langsung diterapkandengan adanya kolam demplot sehingga dapat langsung dipraktekka
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology
Ikan kakaktua (Chlorurus sordidus) merupakan salah satu ikan herbivora pada ekosistem terumbu kar... more Ikan kakaktua (Chlorurus sordidus) merupakan salah satu ikan herbivora pada ekosistem terumbu karang yang memiliki peran dalam menjaga kesehatan terumbu karang. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik hambur balik akustik ikan kakaktua dan hubungannya dengan ukuran panjang ikan. Manfaat dari penelitian ini berguna untuk pendugaan distribusi ukuran dan kelimpahan ikan kakaktua di suatu perairan. Pengukuran hambur balik akustik dilakukan secara ex-situ menggunakan metode tethered, dimana ikan kakaktua digantung pada kedalaman 2 meter di bawah transduser dan di sounding dengan echosounder Simrad EK-15 pada frekuensi 200 kHz. Data hasil perekaman dianalisis dengan software Echoview 8 untuk memperoleh data target strength (TS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambur balik ikan kakaktua (C. sordidus) memiliki nilai TS rata-rata -49.42 dB pada ukuran panjang baku berkisar 14 sampai 22 cm. Perbedaan nilai TS pada ikan kakaktua diduga dipengaruhi ukuran panjang tubuh, panjang gelembung renang dan aktifitas renang. Rasio ukuran panjang gelembung renang dan panjang tubuh tidak menunjukkan keterkaitannya dengan nilai TS. Hubungan antara TS dan panjang baku ikan kakaktua (C. sordidus) diformulasikan dalam persamaan TS = 10,43 Log SL -62,65 (R 2 = 0,752). Hasil ini berbeda dengan ketetapan Love (1977) dimana hambur balik akustik dari ikan merupakan kuadrat dari ukuran panjang ikan yang tetapkan dengan nilai slope (b) sebesar 20.
The application of the acoustic method has been a common method to estimate the pelagic fish dens... more The application of the acoustic method has been a common method to estimate the pelagic fish density. However, it has not been widely used in estimating the abundance of reef fish. Having high diversity, reef fish are difficult to be estimated using acoustic which it is needed to know the acoustical characteristic of each reef fish. This research was aimed at analyzing the backscattering characteristics of dominant fish composing of Abudefduf saxatilis, Chaetodon trifasciatus, Ctenochaetus striatus, Halichoeres hortulanus, and Scolopsis lineatus in Tikus Island, Bengkulu Province, and analyzing the relationship between the fish length and target strength (TS) values using two different frequencies (38 kHz and 200 kHz). The tethered method was used to measure TS value through ex-situ measurement. Simrad EY-60 (38 kHz) and Simrad EK-15 (200 kHz) were used in this research. Acoustical data were analyzed using Echoview 8 and statistical data were analyzed using Minitab. The results show...
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik oseanografi yang memberika... more Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik oseanografi yang memberikan pengaruh terhadap ekosistem pesisir Pulau Tikus dan mengevaluasi kondisi biota dalam ekosistem terumbu karang dan dampak aktivitas manusia terhadap degradasi wilayah pesisir Pulau Tikus. Kondisi suhu air berkisar antara 29,1 o – 31,8 o C, pH berkisar antara 6,84 – 7,04, salinitas berkisar antara 31 – 38 o / , DO berkisar antar 5,5 – 7,7 ml/l dan kecepatan arus berkisar antara 0,1 – 0,3 m/detik. Kondisi parameter lingkungan yang tercatat sesuai dengan ketetapan Permen LH nomor 51 tahun 2004 Lampiran III untuk kehidupan biota laut. Hasil analisis plankton diketahui bahwa Copepoda dan diatom (Bacillariophyceae) adalah kelompok zooplankton dan fitoplankton yang sering dijumpai dalam jumlah besar selama pencacahan.Indeks keanekaragaman jenis plankton 2,458 sehingga keanekaragaman plankton di Pulau Tikus tergolong sedang dengan kestabilan komunitas juga sedang. Kondisi penutupan terumbu karang pada transek sampling di kedalaman 3 meter dapat dikategorikan rusak hingga rusak berat dengan penutupan karang hidup 14,9 % hingga 50,23 %. Komposisi ikan target sebanyak 26 jenis (46 %), ikan mayor sebanyak 19 jenis (35 %) dan ikan indikator sebanyak 11 jenis (20 %) dengan total sebanyak 56 jenis. Kondisi ini menggambarkan masih tingginya keanekaragaman ikan karang di perairan Pulau Tikus. Keseimbangan ekologi di perairan Pulau Tikus masih relatif stabil dengan ind e k ke a ne ka rag ama n (H ’) se b e sa r 3, 58. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kondisi lingkungan di perairan Pulau Tikus dapat mendukung pertumbuhan karang sehingga keseimbangan polulasi tetap stabil. Meskipun diketahui bahwa di perairan Pulau Tikus sudah mengalami degradasi akibatnya adanya pengrusakan oleh aktivitas manusia oo
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan konsentrasi klorofil – a fitoplankton. P... more Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan konsentrasi klorofil – a fitoplankton. Pengambilan sampel air dilakukan dengan metode survei alur pelayaran transek berbentuk parallel (systematic parallel transect) di 20 titik stasiun. Parameter perairan yang diukur meliputi suhu air, salinitas, arus, pH, DO, nitrat dan nitrit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa komposisi fitoplankton yang ditemui terdiri 3 kelas 26 marga, kelimpahan fitoplankton berkisar antara 19.379 – 55.590 ind/l, dengan kelimpahan total sebesar 705.887 ind/l. Kelas Bacillariophyceae marga Chaetoceros merupakan kelompok fitoplankton yang memiliki kelimpahan tertinggi. Kondisi fisik kimiawi perairan memiliki kisaran yang masih dapat ditolerir dan menunjang kehidupan fitoplankton. Indek keanekaragaman dan kemerataan di perairan laut Enggano masing-masing 2,201 dan 0,252 dimana indek tersebut menandakan bahwa perairan laut pulau Enggano dalam keadaaan kategori baik dengan persebaran fitoplankton yang cukup merata. Kisaran kandungan klorofil-a antara 0,19278- 1,2305 μ g/ L. Hubun gan ant ara kelimpahan fitoplankton dengan kandungan konsentrasi klorofil – a perairan laut Enggano berkorelasi positif (r = 0,5377) dimana jumlah fitoplankton sangat menentukan keberadaan konsentrasi klorofil – a.
This article illustrates the dynamical concept of homomesy in three kinds of dynamical systems -c... more This article illustrates the dynamical concept of homomesy in three kinds of dynamical systems -combinatorial, piecewise-linear, and birationaland shows the relationship between these three settings. In particular, we show how the rowmotion and promotion operations of Striker and Williams [16] can be lifted to (continuous) piecewise-linear operations on the order polytope of Stanley , and then lifted to birational operations on the positive orthant in R |P | and indeed to a dense subset of C |P | . When the poset P is a product of a chain of length a and a chain of length b, these lifted operations have order a + b, and exhibit the homomesy phenomenon: the time-averages of various quantities are the same in all orbits. One important tool is a concrete realization of the conjugacy between rowmotion and promotion found by Striker and Williams; this recombination map allows us to use homomesy for promotion to deduce homomesy for rowmotion.
Jurnal Kelautan Tropis/Jurnal kelautan tropis, Dec 7, 2023
Waters if exploited optimally can provide sustainable benefits for local fishermen. Target streng... more Waters if exploited optimally can provide sustainable benefits for local fishermen. Target strength is one of the most important parameters in estimating fish stocks because this value is a scale in estimating the potential of fish resources. This study aims to analyze the average value of target strength (TS) of demersal fish through in-situ acoustic measurements, and describe the distribution of TS of demersal fish in Kahyapu. Data were collected using Simrad EK15 echosounder by following the cruise track in the form of 8 zigzag transects and divided into 32 ESDU (Elementary Sampling Distance Unit). The results showed that the TS value of demersal fish had an average value of
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 Mei sampai 01 Juni 2009, dengan metode pengumpulan da... more Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 Mei sampai 01 Juni 2009, dengan metode pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara langsung dengan petugas atau pegawai yang bertugas di UPTD Balai pelabuhan Khusus perikanan (BPKP) Pulau Baai Propinsi Bengkulu. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yaitu data yang diperoleh dari lapangan dianalisis secara kualitatif berdasarkan konsep teori tinjauan pustaka. Data yang dikumpulkan adalah data produksi hasil tangkapan dari para nelayan dari berbagai jenis alat tangkap yang didaratkan di Pelabuhan Pulau Baai yaitu tepatnya di kawasan UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) BPKP (Balai Pelabuhan Khusus Perikanan) Pulau Baai Bengkulu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui data produksi dan jenis ikan dari hasil tangkapan yang di daratkan di UPTD Balai Pelabuhan Khusus Perikanan Pulau Baai Bengkulu dalam 5 tahun terakhir dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa tingkat tertinggi produksi ikan yang didaratkan di balai pelabuhan khusus perikanan yaitu pada tahun 2007 yang mencapai 894.763 Kg dengan nilai produksi sebesar Rp.5.862.647.500 pada bulan februari. Dan untuk penghasilan pada jenis ikan yang tertinggi pada tahun 2007 adalah jenis ikan cakalang (Kotsuwonus pelanis) hasilnya pada bulan juli 2007 mencapai 191,974 Kg dengan penghasilan dalam rupiahnya mencapai Rp.1.343.818.000. Pada tahun 2007 ini semua jenis ikan mengalami tingkat produksi yang cendrung muncul yaitu pada setiap bulan Februari dan juga pada bulan Mei.
Penelitian ini tentang Studi Jenis dan Kelimpahan Gastropoda di Ekosistem Padang Lamun Perairan D... more Penelitian ini tentang Studi Jenis dan Kelimpahan Gastropoda di Ekosistem Padang Lamun Perairan Desa Kahyapu, Enggano Kabupaten Bengkulu Utara, yang bertujuan untuk mengetahui jenis, kelimpahan dan struktur komunitas Gastropoda, serta kondisi faktor abiotik yang mempengaruhi kehidupan Gastropoda. Metode yang digunakan adalah metode survei. Pengambilan sampel dan pengukuran faktor abiotik dilakukan di ekosistem padang lamun Desa Kahyapu, dilanjutkan dengan identifikasi di laboratorium. Hasil pengamatan ditemukan 47 spesies Gastropoda dari 22 famili dengan kelimpahan tertinggi terdapat pada stasiun 2 sebanyak 1.671.333,33 ind/ha diikuti stasiun 3 sebanyak 1.399.833,33 ind/ha dan stasiun 1 sebanyak 1.201.700,00 ind/ha. Kelimpahan tertinggi pada stasiun 1 dan 2 yaitu spesies Cerithium corralium, sedangkan pada stasiun 3 adalah spesies Strombus minimus. Indeks keanekaragaman berkisar antara 3,22-3,84, indeks keseragaman berkisar antara 0,6700,83,dan indeks dominasi berkisar antara 0,9-0,13. Hasil pengukuran faktor abiotik didapatkan suhu rata-rata 27,63 o C, kecepatan arus rata-rata 0,2 m/s, kedalaman rata-rata 25,33 cm, kecerahan mencapai 100 %, salinitas rata-rata 30,53 ppm, derajat keasaman (pH) rata-rata 6,78. Hasil analisis dilaboratorium didapatkan kandungan padatan tersuspensi berkisar antara 1,720-1,950 mg/l dan kandungan bahan organik dalam sedimen berkisar antara 1,63-3,86 %.
This research aims to know the composition of zooplankton on lake Dendam Tak Sudah Bengkulu city ... more This research aims to know the composition of zooplankton on lake Dendam Tak Sudah Bengkulu city ecosystem. This research is done from May 10 2013 by using “Purposive Random Sampling” on 4 station based on different environment. The Zooplankton’s samples were taken by using plankton net no.25. Parameters being measured are abundance, relative abundance, diversity index and similarity index. It is found on 3 different class which is Maxillopoda,Branchiopoda and Eurotatoria, 5 ordo, 12 family and 13 genus. The most prevalent genus in distribution are Macrosetella, Oncaea, Candacia, Euchaeta and Acartia. While Euterpina and Diaptomus (larva)only were found on 1 station. The highest ordo was belongs to Calanoid approximately 3.69 ind/l, while Flosculariaceae is the lowest. The highest composition of zooplankton was in station 2. The highest total abundance in station 2 is 3.93 ind/l, then followed by station 4 (3,48 ind/l), station 3 (3.06 ind/l) and station 1 (2.82 ind/l). The highest number on diversity index (H’)was on station 1 (1.783), then station 3 (1.581), station 2(1.504) and station 4 (1,146). The highest similarity index (E)was on station 3 (0.760),then station 1 (0.743), station 4 (0.639) and station 2 (0.627).
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September sampai dengan Bulan Oktober 2013 yang bertempat ... more Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September sampai dengan Bulan Oktober 2013 yang bertempat di Hatchery ikan hias Padang harapan Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Bengkulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan jambal siam dengan pemberian pakan bokashi dedak halus dan kotoran puyuh yang dibudidaya pada air rawa. Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan jambal siam dengan ukuran berkisar antara 6,4 cm sebanyak 240 ekor. Wadah pemeliharaan yang digunakan adalah akuarium ukuran 60x40x40 cm3 sebanyak 12 unit yang diisi air setinggi 20 cm dengan padat tebar 20 ekor/wadah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan empat taraf perlakuan. Untuk memperkecil kekeliruan masing-masing taraf perlakuan dilakukan ulangan sebanyak tiga kali dengan demikian diperlukan 12 unit percobaan. Perlakuan yang digunakan yaitu: Perlakuan KP75D25 (Pemberian pakan bokashi 75% kotoran puyuh dan 25% dedak halus), Perlakuan KP80D20 (Pemberian 80% kotoran puyuh dan 20% dedak halus), Perlakuan KP85D15 (Pemberian pakan bokashi 85% kotoran puyuh dan 15% dedak halus) dan Perlakuan P100 yaitu pakan kontrol 100% pelet Produksi Cendana Prioritas Lestari. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa adanya pengaruh pemberian pakan bokashi terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan jambal siam. Pemberian pakan bokashi yang terbaik diperoleh pada perlakuan KP85D15 dengan rata-rata pertumbuhan bobot mutlak (5,63 gram), hal ini dibuktikan dengan uji rentang newman keuls, Perlakuan KP85D15 berbeda nyata terhadap perlakuan KP80D20, dan KP75D25. perlakuan KP80D20 berbeda nyata terhadap perlakuan KP85D15 dan KP75D25 namun P100 tidak berbeda nyata dengan KP75D25. Rata-rata pertumbuhan panjang mutlak terdapat pada perlakuan KP85D15 (6,65 cm), hal ini dibuktikan dengan uji rentang newman keuls bahwa perlakuan KP85D15 berbeda nyata terhadap perlakuan KP80D20, P100. Perlakuan KP80D20 berbeda nyata dengan perlakuan P100 dan KP85D25. Namun perlakuan P100 berbeda nyata dengan KP75D25. KP85D15, KP80D20 Kelulushidupan tertinggi terdapat pada perlakuan KP85D15 yaitu kelulushidupan (100 %) hal ini dapat dibuktikan dengan uji rentang Newman Keuls, bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan KP85D15 dengan perlakuan KP80D20, KP 100 dan KP75D25. Perlakuan KP80D20 berbeda nyata dengan perlakuan dan KP85D15. Namun perlakuan P100 berbeda nyata dengan KP75D25. Hasil pengukuran parameter kualitas air pada perlakuan yang diberi pakan bokashi (KP75D25, KP80D20 dan KP85D15) adalah suhu 27-29 0C, pH 5,0-7,5 , DO 4,0-6,3 mg/l, CO2 6,7-8,3 mg/l dan NH 0,042-0,541 mg/l. Sedangkan parameter kualitas air pada media kontrol (P100) adalah suhu 27-29 0C, pH 5,0-6,0 , DO 4,3-5,0 mg/l, CO2 6,4-8,6 mg/l dan NH3 0,015-0,681 mg/l.
Adapun tujuan dari penelitian saya adalah :Untuk mengetahui gejala klinis pada kepiting bakau dan... more Adapun tujuan dari penelitian saya adalah :Untuk mengetahui gejala klinis pada kepiting bakau dan Untuk mengetahui Bakteri apa saja yang terdapat dalam kepiting bakau Kepiting adalah binatang crustacea berkaki sepuluh dari infraordo Brachyura, yang biasanya mempunyai "ekor" yang sangat pendek atau yang perutnya sama sekali tersembunyi di bawah thorax. Kepiting umumnya ditutupi dengan exoskeleton (kerangka luar) yang sangat keras dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Misalnya Scylla serata (kepiting bakau) memiliki tubuh yang lebar dan melintang. Bakteri merupakan mikro organisme prokaryotik yang keberadaannya tersebar luas dipermukaan bumi. Ukuran bakteri antara 200µm-2000µm atau lebih dan merupakan sekolompok organisme ber sel satu yang tidak berklorofil, berbiak dengan membelah diri Bakteri mempunyai tiga buah bentuk dasar yaitu: Bulat (Coccus), batang/silindris (basis) dan spiral ( Vibrio) Dalam pengamatan morfologi bakteri diperlukan beberapa alat dan bahan antara lain ose, gelas benda, lampu spritus, atau Bunsen dan reagen untuk pengecatan bakteri seperti reagen gram dan reagen untuk pengecatan bakteri seperti reagen gram. Ziehl Nielsen atau acid fast. Mikroskup perbesaran 400 dan 1000 kali minyak imers Dalam pengujian sifat biokimia bakteri penyebab penyakit pertama-tama yang perlu dilakukan adalah pengujian Katalase dan Oksidase. Dalam pengujian katalase diperlukan olesan bakteri yang agak tebal pada gelas benda. Kemudiam tetesan larutan hydrogen peroksida (H 2 O 2 ) 3 % pada olesan bakteri. Reaksi Katalase positif apabila setelah hydrogen peroksida diteteskan pada olesan bakteri. terjadi buih
Kerusakan pada kondisi ekosistem mangrove Desa Pasar Sebelah kabupaten Muko muko, disebabkan oleh... more Kerusakan pada kondisi ekosistem mangrove Desa Pasar Sebelah kabupaten Muko muko, disebabkan oleh degradasi yang terjadi akibat aktifitas manusia. Kerusakan dikarenakan tekanan ekologis akibat dari pembukaan lahan untuk perkebunan sawit, hortikultura yang terletak di pinggiran air Sungai Manjunto, dan peternakan yang terletak di hulu sungai manjunto. Hal ini dapat berakibat berubahnya sistem produktivitas perairan seperti perubahan terhadap jumlah biota perairan dan jenis zooplankton di kawasan tersebut.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus – Oktober 2013 di ekosistem mangrove desa Pasar Sebelah Kabupaten Mukomuko. Dengan metode pengumpulan data menggunakan sample survey method, yaitu metoda pengumpulan data yang mencatat sebagian kecil populasi atau sample namun hasilnya diharapkan dapat menggambarkan sifat populasi dari obyek penelitian data yang telah terkumpul dengan menghitung keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi serta kelimpahan. Dari hasil penelitian nilai keanekaragaman, keseragaman, dominansi serta kelimpahan, menunjukan hasil yang rendah, ini berarti keadaan zooplankton dalam keadaan buruk, karena apabila pada suatu perairan keanekaragaman, keseragaman, dominansi dan kelimpahan nya rendah maka daerah tersebut kurang subur.
Penelitian tentang kajia gelombang dan arus ini telah dilakukan di muara sungai Serangai Kecamata... more Penelitian tentang kajia gelombang dan arus ini telah dilakukan di muara sungai Serangai Kecamatan Ketahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinggi gelombang pecah, periode gelombang, panjang gelombang, kecepatan gelombang, tipe empasan gelombang dan arah maupun kecepatan arus pada saat pasang serta surut. Metode yang digunakan adalah pengamatan lapangan secara langsung dengan parameter yang diamati tinggi gelombang pecah, periode gelombang, arah dan kecepatan arus, kemiringan pantai. Hasil penelitian tinggi gelombang pecah paling tinggi berada pada stasiun 1 yaitu saat pasang 0,78 m dan surut 0,43 m. Periode gelombang yang paling cepat terdapat distasiun 2 dan 4 yaitu untuk saat pasang 10,2 10,2 m sedangkan pada saat surut berada pada stasiun 2 yaitu 10,1. Kecepatan gelombang paling cepat terdapat di stasiun 1 yaitu saat pasang 2,62 , dan surut 1,93 . Panjang gelombang paling panjang pada saat pasang juga distasiun 1 yaitu 25,1 m, saat keadaan surut berada di stasiun 3 yaitu 18,8 m. Sedangkan untuk kecepatan arus pantai di stasiun b (kiri muara/barat laut) relatif tidak stabil antara pasang dengan surut yaitu saat pasang 0,55 sedangkan saat surut 0,39 m dibandingkan pada stasiun a (kanan muara/tenggara) yang relatif stabil yaitu saat pasang 0,45 sedangkan saat surut 0,44 m. Dari pernyataan ini maka dapat dikatakan karakteristik gelombang yang relatif stabil berada pada stasiun 2 dan 3. Sedangkan untuk tipe empasan gelombang dari ke 4 stasiun merupakan tipe Spilling. The research about the study of waves and currents had been held in the estuary of Serangai River, Ketahun. This research is purposed to find out about the height of breaking waves, waves eriod, wavelength, wave’s celerity, types of crashing waves, and also the direction and celerity of currents at the tide and backwash moment. The method which used was direct field observation with observed parameters were about the height of shattered waves, waves period,current’s direction and celerity, and foreshore slope. As the result of the research that the highest of crashing waves height was in station 1, that is in 0,78 m of tide and 0,43 m of backwash. The fastest waves period was in station 2 and 4, that both of them is in 10,2 of tide while for the moment of backwash was in station 2, that is 10,1 that is in 2,62 , and 1,93 . The fastest waves celerity was in station 1, of backwash. The longest wavelength in the moment of tide was also in station 1, that is 25,1 m while for the moment of backwash was in station 3, that is 18,8 m. Whereas, for the celerity of shore currents in station b (at left side of estuary/northwest)between tide and backwash moment was relatively unstable, that is 0,55 could be concluded that waves with relatively stable characteristic was in station 2 and 3 Whereas, the type of breaking waves at all 4 stations is Spilling type.
Telah dilakukan penelitian “Distribusi Target Strength Ikan Daerah Pelagis Dengan Menggunakan Sis... more Telah dilakukan penelitian “Distribusi Target Strength Ikan Daerah Pelagis Dengan Menggunakan Sistem Akustik Split Beam Di Perairan Pulau Enggano”. Penelitian ini bertujuan untuk; 1) Mengetahui distribusi ikan daerah pelagis pada masing-masing strata kedalaman di perairan laut Pulau Enggano berdasarkan penghitungan target strength diperairan setempat dengan metode akustik split beam, 2) Melihat pengaruh faktor temperatur terhadap distribusi target strength ikan daerah pelagis di perairan Pulau Enggano. Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Enggano pada Bulan Desember 2005, menggunakan metode akustik split beam dengan peralatan echosounder SIMRAD EK500 dan post processing software SIMRAD EP500. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa nilai target strength (TS) ikan daerah pelagis yang terdeteksi di perairan Pulau Enggano bervariasi dalam selang -60 dB sampai dengan 27 dB, yang secara umum memperlihatkan suatu kecenderungan bahwa semakin bertambah kedalaman ditemukan nilai TS ikan semakin besar. Total keseluruhan ikan yang terdeteksi berjumlah 58056 target, terdiri dari 98,58% merupakan ikan berukuran kecil (nilai TS < -45 dB), yang lebih tersebar pada rentang kedalaman dengan temperatur antara 28,16 o C - 28,52 o C, dan 1,42% dari keseluruhan target yang terdeteksi adalah ikan berukuran besar (nilai TS > -45 dB), tersebar di kedalaman dengan temperatur antara 14,58 o C - 27,78 o C.
Study estimated the wave energy relations and index violent crushing waves have been conducted in... more Study estimated the wave energy relations and index violent crushing waves have been conducted in waters Palik Beach, Village Tebing Kandang, North Bengkulu This study aims to estimate how much energy the wave, knowing the type of violent crushing waves and to determine the relationship of wave energy and wave in the violent crushing index Palik Beach. The method used is direct field observation with the observed parameters of the violent crushing wave height, wave period and beach slope. Results reveal that the wave energy value averaging around 64.78 joules-161.76 joules, and the type of violent crushing waves at this beach is surging. Based on the analysis of the coefficient of determination (R) the average is 0.9407173 indicate that violent crushing wave energy and wave indices have a strong relationship. 2
Perairan Pulau Baai merupakan perairan yang unik bersifat tertutup atau terlindung yang memiliki ... more Perairan Pulau Baai merupakan perairan yang unik bersifat tertutup atau terlindung yang memiliki sumberdaya ikan pelagis kecil, dimanfaatkan sebagai area penangkapan ikan pelagis bagi nelayan lokal sehingga dapat membantu perekonomian masyarakat. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui gambaran distribusi kepadatan ikan pelagis adalah dengan pemanfaatan teknologi hidroakustik. Penelitian ini bertujuan menganalisis nilai hambur balik akustik (volume backscattering strength, SV) dari ikan pelagis dan dihubungkan dengan pendugaan kepadatan ikan pelagis di perairan Pulau Baai Kota Bengkulu, melalui pengukuran akustik secara in-situ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di perairan Pulau Baai diperoleh nilai rata-rata SV tertinggi yaitu-50.47 dB diduga memiliki kepadatan ikan sebesar 2.57 ind/m3 sedangkan untuk rata-rata SV yang rendah dengan nilai-57.48 dB diduga memiliki kepadatan sebesar 0.04 ind/ m 3. Kepadatan ikan pelagis diduga secara akustik sebesar 26.47 ind/m 3 di kolom perairan Pulau Baai. Nilai SV mempengaruhi dugaan kepadatan ikan sebesar 69% dan dikategorikan memiliki korelasi tinggi dan arah korelasi yang positif.
The resources of the blue swim crab are currently under pressure on survival due to the increasin... more The resources of the blue swim crab are currently under pressure on survival due to the increasing effort to catch in nature. Management of blue swim crab resources requires information on the biological conditions of the crab to determine the size, sex, and number that can be caught. This study aims to analyze the structure of carapace width concerning differences in sex, gonad maturity level, and crab condition factors. The method used is the method of observation by measuring the length, weight, and maturity level of the gonads and then analyzed descriptively. The results showed that the size of the crabs was included in the category of juvenile to adult crabs for both male and female crabs. The growth pattern of male crabs with a coefficient of b value of 2.47 and female crabs of 2.78 shows that the growth patterns of crabs in Pulau Baai waters are negative allometric. Most of the female crabs are in the immature stage of the gonads, so the condition factor for the female crabs ...
Pengembangan produksi budidaya ikan lele di Kelurahan Bentiring Permai mengalamikesulitan karena ... more Pengembangan produksi budidaya ikan lele di Kelurahan Bentiring Permai mengalamikesulitan karena keterbatasan lahan dan hargapakanyang semakin mahal. Untuk itu dilakukanupaya penerapan teknologi bioflok dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan danketerampilan anggota kelompok dalam mengadopsi teknologi bioflok agar dapat meningkatkanproduktifitasnya. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah melalui pendekatanpartisipatif diantaranya pelatihan, pembinaan dan pendampingan. Evaluasi dilakukan denganmetode pre-post test. Hasil kegiatan penerapan teknologi telah memberikan dampak yang posisitifdengan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok dalam mengadopsiteknologi bioflok pada budidaya ikan lele. Pengetahuan yang didapat juga langsung diterapkandengan adanya kolam demplot sehingga dapat langsung dipraktekka
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology
Ikan kakaktua (Chlorurus sordidus) merupakan salah satu ikan herbivora pada ekosistem terumbu kar... more Ikan kakaktua (Chlorurus sordidus) merupakan salah satu ikan herbivora pada ekosistem terumbu karang yang memiliki peran dalam menjaga kesehatan terumbu karang. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik hambur balik akustik ikan kakaktua dan hubungannya dengan ukuran panjang ikan. Manfaat dari penelitian ini berguna untuk pendugaan distribusi ukuran dan kelimpahan ikan kakaktua di suatu perairan. Pengukuran hambur balik akustik dilakukan secara ex-situ menggunakan metode tethered, dimana ikan kakaktua digantung pada kedalaman 2 meter di bawah transduser dan di sounding dengan echosounder Simrad EK-15 pada frekuensi 200 kHz. Data hasil perekaman dianalisis dengan software Echoview 8 untuk memperoleh data target strength (TS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambur balik ikan kakaktua (C. sordidus) memiliki nilai TS rata-rata -49.42 dB pada ukuran panjang baku berkisar 14 sampai 22 cm. Perbedaan nilai TS pada ikan kakaktua diduga dipengaruhi ukuran panjang tubuh, panjang gelembung renang dan aktifitas renang. Rasio ukuran panjang gelembung renang dan panjang tubuh tidak menunjukkan keterkaitannya dengan nilai TS. Hubungan antara TS dan panjang baku ikan kakaktua (C. sordidus) diformulasikan dalam persamaan TS = 10,43 Log SL -62,65 (R 2 = 0,752). Hasil ini berbeda dengan ketetapan Love (1977) dimana hambur balik akustik dari ikan merupakan kuadrat dari ukuran panjang ikan yang tetapkan dengan nilai slope (b) sebesar 20.
The application of the acoustic method has been a common method to estimate the pelagic fish dens... more The application of the acoustic method has been a common method to estimate the pelagic fish density. However, it has not been widely used in estimating the abundance of reef fish. Having high diversity, reef fish are difficult to be estimated using acoustic which it is needed to know the acoustical characteristic of each reef fish. This research was aimed at analyzing the backscattering characteristics of dominant fish composing of Abudefduf saxatilis, Chaetodon trifasciatus, Ctenochaetus striatus, Halichoeres hortulanus, and Scolopsis lineatus in Tikus Island, Bengkulu Province, and analyzing the relationship between the fish length and target strength (TS) values using two different frequencies (38 kHz and 200 kHz). The tethered method was used to measure TS value through ex-situ measurement. Simrad EY-60 (38 kHz) and Simrad EK-15 (200 kHz) were used in this research. Acoustical data were analyzed using Echoview 8 and statistical data were analyzed using Minitab. The results show...
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik oseanografi yang memberika... more Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik oseanografi yang memberikan pengaruh terhadap ekosistem pesisir Pulau Tikus dan mengevaluasi kondisi biota dalam ekosistem terumbu karang dan dampak aktivitas manusia terhadap degradasi wilayah pesisir Pulau Tikus. Kondisi suhu air berkisar antara 29,1 o – 31,8 o C, pH berkisar antara 6,84 – 7,04, salinitas berkisar antara 31 – 38 o / , DO berkisar antar 5,5 – 7,7 ml/l dan kecepatan arus berkisar antara 0,1 – 0,3 m/detik. Kondisi parameter lingkungan yang tercatat sesuai dengan ketetapan Permen LH nomor 51 tahun 2004 Lampiran III untuk kehidupan biota laut. Hasil analisis plankton diketahui bahwa Copepoda dan diatom (Bacillariophyceae) adalah kelompok zooplankton dan fitoplankton yang sering dijumpai dalam jumlah besar selama pencacahan.Indeks keanekaragaman jenis plankton 2,458 sehingga keanekaragaman plankton di Pulau Tikus tergolong sedang dengan kestabilan komunitas juga sedang. Kondisi penutupan terumbu karang pada transek sampling di kedalaman 3 meter dapat dikategorikan rusak hingga rusak berat dengan penutupan karang hidup 14,9 % hingga 50,23 %. Komposisi ikan target sebanyak 26 jenis (46 %), ikan mayor sebanyak 19 jenis (35 %) dan ikan indikator sebanyak 11 jenis (20 %) dengan total sebanyak 56 jenis. Kondisi ini menggambarkan masih tingginya keanekaragaman ikan karang di perairan Pulau Tikus. Keseimbangan ekologi di perairan Pulau Tikus masih relatif stabil dengan ind e k ke a ne ka rag ama n (H ’) se b e sa r 3, 58. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kondisi lingkungan di perairan Pulau Tikus dapat mendukung pertumbuhan karang sehingga keseimbangan polulasi tetap stabil. Meskipun diketahui bahwa di perairan Pulau Tikus sudah mengalami degradasi akibatnya adanya pengrusakan oleh aktivitas manusia oo
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan konsentrasi klorofil – a fitoplankton. P... more Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan konsentrasi klorofil – a fitoplankton. Pengambilan sampel air dilakukan dengan metode survei alur pelayaran transek berbentuk parallel (systematic parallel transect) di 20 titik stasiun. Parameter perairan yang diukur meliputi suhu air, salinitas, arus, pH, DO, nitrat dan nitrit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa komposisi fitoplankton yang ditemui terdiri 3 kelas 26 marga, kelimpahan fitoplankton berkisar antara 19.379 – 55.590 ind/l, dengan kelimpahan total sebesar 705.887 ind/l. Kelas Bacillariophyceae marga Chaetoceros merupakan kelompok fitoplankton yang memiliki kelimpahan tertinggi. Kondisi fisik kimiawi perairan memiliki kisaran yang masih dapat ditolerir dan menunjang kehidupan fitoplankton. Indek keanekaragaman dan kemerataan di perairan laut Enggano masing-masing 2,201 dan 0,252 dimana indek tersebut menandakan bahwa perairan laut pulau Enggano dalam keadaaan kategori baik dengan persebaran fitoplankton yang cukup merata. Kisaran kandungan klorofil-a antara 0,19278- 1,2305 μ g/ L. Hubun gan ant ara kelimpahan fitoplankton dengan kandungan konsentrasi klorofil – a perairan laut Enggano berkorelasi positif (r = 0,5377) dimana jumlah fitoplankton sangat menentukan keberadaan konsentrasi klorofil – a.
This article illustrates the dynamical concept of homomesy in three kinds of dynamical systems -c... more This article illustrates the dynamical concept of homomesy in three kinds of dynamical systems -combinatorial, piecewise-linear, and birationaland shows the relationship between these three settings. In particular, we show how the rowmotion and promotion operations of Striker and Williams [16] can be lifted to (continuous) piecewise-linear operations on the order polytope of Stanley , and then lifted to birational operations on the positive orthant in R |P | and indeed to a dense subset of C |P | . When the poset P is a product of a chain of length a and a chain of length b, these lifted operations have order a + b, and exhibit the homomesy phenomenon: the time-averages of various quantities are the same in all orbits. One important tool is a concrete realization of the conjugacy between rowmotion and promotion found by Striker and Williams; this recombination map allows us to use homomesy for promotion to deduce homomesy for rowmotion.
Uploads
Papers by Deddy Bakhtiar