Dalam lintas sejarah umat Islam, hadis menempati posisi yang sangat urgen. Hal ini dikarenakan ad... more Dalam lintas sejarah umat Islam, hadis menempati posisi yang sangat urgen. Hal ini dikarenakan adanya keniscayaan dalam mengkaji islam-agama yang banyak menjadi perbincangan-jika tanpa bersentuhan dengan hadis. Dengan hadis, al-Qur'an yang bersifat mujmal menjadi dapat diketahui ajaran-ajarannya. Dengan hadis pula, sejarah keislaman awal dapat diketahui, karena memang sebagian hadis muncul sebagai tanggapan atas apa yang terjadi pada masa Rasul. Namun demikian, hadis yang merupakan laporan atas perkataan, perbuatan, ketetapan dan segala hal yang berhubungan dengan Nabi saw, telah melewati berbagai dekade dan corak masyarakat yang bervarian. Hadis bersentuhan dengan dunia hukum, politik, ataupun yang lainnya. Dalam hal ini muncul permasalahan tersendiri dalam kesejarahan hadis, terlebih dengan munculnya fenomena pemalsuan hadis. Terlebih pula, hadis pada awalnya lebih cenderung oral transmission. Sehingga, permasalahan yang sering muncul dalam kaitannya tentang hadis adalah mengenai historitas dan keorisinalitasan hadis itu sendiri. Dalam perkembangannya, hadis tidak hanya menjadi obyek kajian kaum muslim tetapi juga menarik perhatian kaum non-muslim. Para sarjanawan barat atau lebih sering disebut dengan orientalis, banyak melakukan kajian seputar islam, termasuk hadis. Dari segi pandanganpandangan mereka, dapat digolongkan menjadi tiga golongan: pertama golongan skeptis semisal Goldziher, non-skeptis semisal Fuat Sezgin, dan middle ground semisal Harald Motzki. Penggolongan inipun ditambahi oleh Herbert Berg dengan golongan neo-skeptis. Dalam makalah ini, penulis memfokuskan pada pemikiran Harald Motzki, tokoh yang mewakili golongan middle ground. Bagaimanakah pandangannya terhadap hadis dan bagaimana pula usaha yang ia lakukakan dalam mengkaji otentisitas hadis Rasulullah saw dan metode apa pula yang ia terapkan dalam rangka meneliti keotentisitasan hadis.
Dalam lintas sejarah umat Islam, hadis menempati posisi yang sangat urgen. Hal ini dikarenakan ad... more Dalam lintas sejarah umat Islam, hadis menempati posisi yang sangat urgen. Hal ini dikarenakan adanya keniscayaan dalam mengkaji islam-agama yang banyak menjadi perbincangan-jika tanpa bersentuhan dengan hadis. Dengan hadis, al-Qur'an yang bersifat mujmal menjadi dapat diketahui ajaran-ajarannya. Dengan hadis pula, sejarah keislaman awal dapat diketahui, karena memang sebagian hadis muncul sebagai tanggapan atas apa yang terjadi pada masa Rasul. Namun demikian, hadis yang merupakan laporan atas perkataan, perbuatan, ketetapan dan segala hal yang berhubungan dengan Nabi saw, telah melewati berbagai dekade dan corak masyarakat yang bervarian. Hadis bersentuhan dengan dunia hukum, politik, ataupun yang lainnya. Dalam hal ini muncul permasalahan tersendiri dalam kesejarahan hadis, terlebih dengan munculnya fenomena pemalsuan hadis. Terlebih pula, hadis pada awalnya lebih cenderung oral transmission. Sehingga, permasalahan yang sering muncul dalam kaitannya tentang hadis adalah mengenai historitas dan keorisinalitasan hadis itu sendiri. Dalam perkembangannya, hadis tidak hanya menjadi obyek kajian kaum muslim tetapi juga menarik perhatian kaum non-muslim. Para sarjanawan barat atau lebih sering disebut dengan orientalis, banyak melakukan kajian seputar islam, termasuk hadis. Dari segi pandanganpandangan mereka, dapat digolongkan menjadi tiga golongan: pertama golongan skeptis semisal Goldziher, non-skeptis semisal Fuat Sezgin, dan middle ground semisal Harald Motzki. Penggolongan inipun ditambahi oleh Herbert Berg dengan golongan neo-skeptis. Dalam makalah ini, penulis memfokuskan pada pemikiran Harald Motzki, tokoh yang mewakili golongan middle ground. Bagaimanakah pandangannya terhadap hadis dan bagaimana pula usaha yang ia lakukakan dalam mengkaji otentisitas hadis Rasulullah saw dan metode apa pula yang ia terapkan dalam rangka meneliti keotentisitasan hadis.
Uploads
Papers by AMIRIIL M