Conference Presentations by G Bayuardi
Workshop Karya Tulis Ilmiah Pendidikan Geografi, 22 Juni 2019 IKIP PGRI Pontianak, 2019
Penelitian Kualitatif sering kali rancu terutama di dunia pendidikan pedagogis. Terutama masih ku... more Penelitian Kualitatif sering kali rancu terutama di dunia pendidikan pedagogis. Terutama masih kuatnya tertanam bahwa penelitian survey dianggap sebagai penelitian kualitatif. Belum lagi dengan teknik yang sering kali dicampuradukkan tanpa referensi yang jelas. Dengan demikian masih perlu untuk ditekankan bahwa penelitian kualitatif bukan digunakan untuk menemukan kebenaran tunggal, kebenaran universal. Namun lebih pada pemahaman fenomena yang dikaji, serta keanekaragaman pendapat pemikiran dan konstruksi, ataupun sistem ide dari pelaku kebudayaan, pendidikan, sosial, atau aktor sosial dalam konteks apapun

Seminar Nasional Fisip 2018, Dies Unsoed ke 34, 2018
Manusia merupakan makhluk sosial yang cenderung berada dalam masyarakat dan membutuhkan lingkunga... more Manusia merupakan makhluk sosial yang cenderung berada dalam masyarakat dan membutuhkan lingkungan sosial untuk bertahan hidup. Di dalam masyarakat itu, manusia melakukan interaksi sosial dengan cara berkomunikasi. Komunikasi antar manusia tak hanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan saat itu dan secara langsung, namun juga kebutuhan menyampaikan pesan pada orang lain yang terhalang jarak, serta keinginan mewariskan pengetahuan. Untuk itu muncul media komunikasi yang berkembang semenjak manusia mengenal tulisan, gelombang suara, arus listrik, hingga paling mutakhir yaitu internet. Ditilik dari perjalanan sepanjang sejarah manusia yang memakan waktu cukup panjang, dapat dikatakan temuan-temuan teknologi komunikasi ini melibatkan evolusi sistem bahasa, mulai dari tingkat primitif yaitu ekspresi, bunyi, tanda, bahasa, hingga kode komputasi. Semenjak digunakannya internet secara luas, interaksi sosial tersebut tak hanya terjadi dalam dunia nyata kehidupan, namun membentuk ceruk-ceruk ruang virtual dalam jejaring raksasa yang saling terkoneksi. Berbagai jenis informasi untuk ragam kepentingan dipertukarkan, seni, politik, ekonomi, sosialita, maupun pendidikan. Konsep ruang kini tak lagi memiliki batas fisik, tapi seluas jangkauan akses perangkat komunikasi. Keberadaan ruang virtual telah mengubah pandangan manusia dalam mengidentifikasi dirinya, menjadi bagian kelompok mana keberadaannya, dan memandang dunia yang semakin sempit.
Kata kunci: evolusi sistem bahasa, ruang virtual, budaya

Sungai memiliki fungsi penting pada kehidupan manusia. Di bumi Kalimantan,
keberadaan sungai san... more Sungai memiliki fungsi penting pada kehidupan manusia. Di bumi Kalimantan,
keberadaan sungai sangat mempengaruhi persebaran manusia. Hal ini disebabkan sungai menjadi sarana perhubungan yang paling memungkinkan di saat itu untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.Jejak persebaran atau perpindahan manusia bisa dilihat dari peninggalan-peninggalan yang ada di daerah aliran sungai (DAS). Sejak awal kehadiran manusia hingga sekarang, sungai telah menjadi urat nadi kehidupan dan berperan penting dalam dinamika peradaban dan evolusi lingkungan (Gunadi dkk, 2004: vii).
Menurut Wijanarko (2008), kota – kota di Kalimantan (khususnya Palangka Raya) pada dasarnya tumbuh dan berkembang dari cikal bakal permukiman tepi sungai . Permukiman tepi sungai sendiri tumbuh karena keberadaan sumber daya alam di sungai dan sekitarnya yang memberikan kemungkinan bagi manusia untuk membangun kehidupan. Berbagai sumber daya alam yang tersedia di sekitar sungai mampu menghidupkan perekonomian, mendorong pertumbuhan desa dan kota bahkan kerajaan-kerajaan dalam perjalanan di bumi Kalimantan (Gunadi dkk, 2004:vii).
Secara fisik, tidak bisa dipungkiri jika sumber daya alam yang terkandung di sungai seperti ikan, bahan tambang (pasir, emas, batu dll) dimanfaatkan manusia sebagai sumber pangan maupun penghidupan. Air sungai sendiri dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup (minum, mandi,cuci, kakus) dan jalur transportasi. Sementara tanah di sekitar sungai yang subur dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.Dengan pengetahuan yang dimilikinya, manusia mampu memanfaatkan segala sumber daya alam di sungai dan sekitarnya untuk kelangsungan hidupnya.Oleh karena itu keberadaan sungai juga menjadi salah satu pertimbangan manusia dalam memilih lokasi pemukiman karena ketersediaan sumber daya didalamnya.
Tidak hanya secara fisik, secara non fisik sungai juga memegang peranan penting pada kehidupan manusia.Bagi penduduk pribumi asli Kalimantan yaitu orang Dayak, sungai-sungai yang membentang disemua penjuru pulau merupakan orientasi hidup bahkan identitas diri (Mahin, 2015). Sebagai identitas diri orang-orang Dayak mengidentifikasi diri mereka dengan nama sungai yang melintas di kampung kelahiran merekamisalnya Oloh Katingan, Oloh Kapuas atau Oloh Kahayan . Pada kehidupan orang Dayak, sungai, hutan, dan tanah merupakan tiga elemen penting yang memungkinkan seseorang hidup sebagai seorang Dayak sejati. Selama berabad-abad, tiga elemen ini telah membentuk suatu identitas unik yang dikenal sekarang sebagai orang Dayak, kebudayaan Dayak, hukum adat Dayak dan kepercayaan Dayak (John Bamba dalam Sujarni Alloy dkk, 2008 : 19).

Abstrak Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi diwakili dengan Tingkat Partisipasi Angkata... more Abstrak Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi diwakili dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pola TPAK perempuan di Kalimantan Barat tahun 2014. Dengan analisis deskriptif, TPAK diamati menurut kelompok umur, tingkat pendidikan, dan distribusi per kabupaten/kota. Temuan penelitian ini menunjukkan TPAK perempuan Kalimantan Barat 2014 membentuk pola U terbalik, rendah pada usia muda, tertinggi pada usia 45-49 tahun, rendah pada usia 60 tahun ke atas. Rerata TPAK perempuan berusia kurang dari 35 tahun adalah 49,73%, lebih rendah daripada rerata TPAK perempuan yang lebih tua yaitu 64,25%. Padahal Angkatan Kerja perempuan berusia di bawah 35 tahun berpendidikan lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya. Pola TPAK seperti ini menyebabkan penawaran tenaga kerja perempuan di Kalimantan Barat didominasi oleh pekerja berpendidikan rendah, dengan 73,97 % tamat SLTP ke bawah. Kota Pontianak dan Kota Singkawang memiliki TPAK perempuan paling rendah, berurutan 42,78% dan 46,42%, lebih rendah daripada TPAK provinsi yaitu 55,56%. Implikasi penelitian ini, perlu mendorong partisipasi kerja perempuan berusia kurang dari 35 tahun. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengkaji struktur ekonomi kabupaten/kota dalam kaitannya dengan penyerapan tenaga kerja perempuan, serta penelitian data primer kualitatif mengenai faktor yang mempengaruhi rendahnya TPAK perempuan di Kota Pontianak dan Singkawang.

Pontianak is one of middle town in Indonesia. Based on geographical location, Pontianak in a regi... more Pontianak is one of middle town in Indonesia. Based on geographical location, Pontianak in a region close to neighboring countries such as Malaysia and Singapore. This condition causes the Pontianak often visited by travelers from neighboring countries either intentionally been to Pontianak and those who simply stopped to proceed to the main destinations in Indonesia other region. If traced far back on the history, basically Pontianak was designed to be a commercial city. Pontianak experiencing rapid development when VOC entrance and made an agreement with the ruler of Pontianak sultanate. As a follow up of the agreement, they established government offices and also the castle to support the political activities in Pontianak. Along with the rapid growth of the Pontianak city, various ethnic groups from within and outside the island of Borneo began to arrive. The arrival of the various ethnic groups making Pontianak as one of the cities where the population is heterogeneous. Today, Pontianak is much visited various ethnic groups from various regions in Indonesia. Ethnic groups who live in Pontianak, among others are Malay, Dayak, Chinese, Javanese, Batak, Bugis, Madurese, Banjar, Sunda, Bali, etc. Various ethnic coexistence between ethnic group and mingle with one another. Conditions heterogeneous society in Pontianak do not necessarily give birth to plurality. Sometimes it appears regionalist sentiment either of those claiming to be local residents as well as those who are considered immigrants even though it is not exposed directly but has the potential to become a problem in the future.

Javanese Migrans’ World View in Olak-Olak Kubu Village,
District of Kubu Raya
Andang Firmansyah... more Javanese Migrans’ World View in Olak-Olak Kubu Village,
District of Kubu Raya
Andang Firmansyah1, Superman2, Galuh Bayuardi3
1 Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Tanjungpura, 2 Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Pontianak, 3 Program Studi Pendidikan Geografi IKIP PGRI Pontianak
[email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRACT
Transmigration is concept of inter-island migration in Indonesia, have started in Old Order era. The aim of this program is to distribute population along with encourage development across the country. This study aim to describe an in-depth construction of shifting views of Javanese trans-migrants community in Olak-Olak Village. The method of this study was qualitative research with case study strategy. Human was the prior instruments of collecting data. The main techniques are in-depth interviews, direct observation and document review. The village of Olak-Olak is one of self-supporting transmigration destinations organized by the Government of President Soekarno in 1959. Transmigration in the village was a successful program, although in the early days were the hardest time for transmigrants. The former group that came first in this village faced severe conditions to build settlements for the first time. The transmigrants open up peat forests and must adapt to river transportation which is very different from what they used to see in their home lands. The first generation of Transmigrants in Olak-Olak has broken the general view of the Javanese community of " eating or not, stay together ". They have a strong belief to “mati urip neng Kalimantan” (stay in Kalimantan, die or life). However, It is interesting that these migrants community still hold and preserve their original culture. Some tradition had change to adapt with local conditions, some another are lost in time as disappearance of old generation, also physically the lost connection with Java.
Keywords: Community, Migration, West Kalimantan

Transmigration is concept of inter-island migration in Indonesia, have started in Old Order era. ... more Transmigration is concept of inter-island migration in Indonesia, have started in Old Order era. The aim of this program is to distribute population along with encourage development across the country. This study aim to describe an in-depth construction of shifting views of Javanese trans-migrants community in Olak-Olak Village. The method of this study was qualitative research with case study strategy. Human was the prior instruments of collecting data. The main techniques are in-depth interviews, direct observation and document review. The village of Olak-Olak is one of self-supporting transmigration destinations organized by the Government of President Soekarno in 1959. Transmigration in the village was a successful program, although in the early days were the hardest time for transmigrants. The former group that came first in this village faced severe conditions to build settlements for the first time. The transmigrants open up peat forests and must adapt to river transportation which is very different from what they used to see in their home lands. The first generation of Transmigrants in Olak-Olak has broken the general view of the Javanese community of " eating or not, stay together ". They have a strong belief to " mati urip neng Kalimantan " (stay in Kalimantan, die or life). However, It is interesting that these migrants community still hold and preserve their original culture. Some tradition had change to adapt with local conditions, some another are lost in time as disappearance of old generation, also physically the lost connection with Java.

KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN KUALITAS HUNIAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI DESA KUALA KECAMATAN SELAKAU K... more KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN KUALITAS HUNIAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI DESA KUALA KECAMATAN SELAKAU KABUPATEN SAMBAS
Tim Peneliti :
Dian Equanti, S.Si.,M.Pd
Galuh Bayuardi, S.Sos.,M.Si
Nelayan tradisional Indonesia tergolong penduduk yang rentan terhadap kemiskinan. Keterbatasan luas jangkauan area tangkap karena minimnya perlengkapan yang dimiliki, di samping hambatan kondisi cuaca menyebabkan penghasilan yang tidak menentu. Kondisi ini menyebabkan investasi pada hunian yang layak juga kecil. Dengan asumsi bahwa lingkungan permukiman nelayan adalah daerah pesisir dekat dengan muara sungai, dan pendapatan nelayan yang rendah, menyebabkan hunian rumah tangga nelayan berkualitas rendah.
Pemaparan asumsi kualitas hunian dan lingkungan permukiman daerah pesisir pada rumah tangga nelayan di atas tidaklah berlaku rata dalam distribusinya di seluruh permukaan bumi. Elemen-elemen penyusun karakteristik lingkungan maupun sosial akan mewarnai fenomena yang diamati, termasuk kualitas hunian dan lingkungan permukiman rumah tangga nelayan. Untuk mengamatinya diperlukan tahapan penelitian lapangan guna mengetahui kondisi nyata. Dalam rangka mengetahui kualitas lingkungan dan permukiman, dan kaitannya dengan faktor-faktor sosial ekonomi, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

PERSEBARAN RUKO TERBENGKALAI DAN PERTIMBANGAN INVESTASI RUKO DI KOTA PONTIANAK
Galuh Bayuardi1, ... more PERSEBARAN RUKO TERBENGKALAI DAN PERTIMBANGAN INVESTASI RUKO DI KOTA PONTIANAK
Galuh Bayuardi1, Dian Equanti2, Agus Suwarno3
[email protected]; [email protected]; [email protected]
Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial
IKIP PGRI Pontianak
ABSTRAK
Perkembangan Kota Pontianak ke wilayah Kecamatan Pontianak Barat ditandai dengan berdirinya pusat pendidikan dan tumbuhnya permukiman-permukiman baru. Keramaian yang diakibatkan perkembangan kota telah mendorong para investor mendirikan ruko di sepanjang Jalan Ampera, Jalan Dr. Wahidin, Jalan Husein Hamzah, dan Jalan Danau Sentarum. Meskipun berada di kawasan permukiman padat, dengan jalan yang diperlebar dan selalu ramai, ternyata tidak berdampak signifikan pada okupansi ruko. Pengamatan lapangan menunjukkan banyak ruko dalam kondisi terbengkalai di kawasan sepanjang jalan tersebut. Penelitian ini bertujuan: satu, mengetahui persebaran ruko terbengkalai di sepanjang Jalan Ampera, Jalan Husein Hamzah, Jalan Dr. Wahidin dan Jalan Danau Sentarum; dan dua, mengetahui paradoks motif ekonomi dalam berinvestasi ruko dengan maraknya ruko yang terbengkalai. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi fotografi dan interpretasi citra Google Earth. Hasil penelitian ini berupa: pertama, peta distribusi ruko terbengkalai disertai analisis fotografi mengenai kondisi ruko terbengkalai; kedua, minat investasi ruko didorong asumsi imbal hasil yang tinggi seiring meningkatnya harga properti dari tahun ke tahun. Tingginya animo pemilik modal berinvestasi ruko tidak disertai semangat wirausaha untuk bergerak di sektor ekonomi riil. Disamping itu harga jual maupun sewa ruko yang tinggi, menyebabkan biaya produksi yang tidak menguntungkan bagi pengusaha, khususnya pemula. Hal ini menyebabkan banyak ruko tidak mendapat pembeli atau penyewa, bahkan ditinggalkan penyewanya.
Kata kunci: ruko, investasi, Google Earth, fotografi
Papers by G Bayuardi

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (SNPP), Mar 30, 2021
Pemusatan perhatian membangun perilaku individu maupun institusi merupakan upaya dalam menangani ... more Pemusatan perhatian membangun perilaku individu maupun institusi merupakan upaya dalam menangani permasalahan lingkungan. Pemusatan perilaku berarti memusatkan pada ranah sebab atau 'causal chain'. Pemusatan pada ranah sebab merupakan salah satu yang perlu mendapat prioritas karena 'sebab' bersifat lebih multidimensi sehingga relatif sulit untuk ditangani. Merujuk pada kerangka konseptual DPSIR dan Theory of Planned Behavior, pada ranah sebab terdapat konstruk 'capacity' dan 'incentive'serta pemusatan pada penguatan pendidikan lingkungan efektif, orientasi afektif vertikal terintegrasi dalam pendidikan formal penanaman dan habituasi nilai-nilai lingkungan di masyarakat dan keluarga merupakan langkah-langkah yang dapat diupayakan untuk membangun ekologi literasi masyarakat. Spatial citizenship, dalam hal ini menekankan pada kemampuan individu dan kelompok untuk berinteraksi dalam pengambilan keputusan spatial masyarakat melalui produks, refleksi dan penggunaan geo-media. Keterkaitan literasi ekologi dan spatial citizenship masyarakat mampu mengakses dan menggunakan informasi geografis dari perangkat geomedia, maka dari keterkaitan keduanya adalah partisipasi masyarakat melalui produksi informasi geografis untuk mengetahui permasalahan lingkungan.

Geoplanning: Journal of Geomatics and Planning, 2016
The aims of the research are: 1) investigating the changes of land-use occurring at campus 2 of S... more The aims of the research are: 1) investigating the changes of land-use occurring at campus 2 of STKIP PGRI Pontianak, 2) determining the tendency towards changes of land-use at campus 2 of STKIP PGRI Pontianak and, 3) mapping the land-use change at campus 2 of STKIP PGRI Pontianak from 2003 to 2011. The methods used in this research were survey and interpretation of the image of a multiple-color composite in 2003, 2008 and 2011 using GIS software. The data used were the types of land-use and the width of land-use change area. The data were analyzed by overlay method. The results have shown the following: 1) The changes of land use have been largely from forest land and paddy fields to settlement area; 2) The trend of the change is approaching to the North side, East side, South side and West side of the campus; 3) The characteristics of the extension of land-use changes from 2003 to 2011 are: settlement increased 66,110 m 2 , field service (restaurant) became 10,254 m 2 , the fields had added 17,097 m 2 , paddy field had decreased 25,211 m 2 , the forest area had decreased 104,327 m 2 and educational facilities had increased 35,427 m 2 while police station had extended 650 m 2 .

This research aims to examine the changing labor force participation rate, unemployment, and empl... more This research aims to examine the changing labor force participation rate, unemployment, and employment, since 1993 up to 2004 according to the several demographic and spatial factors. This study employs so-called secondary data analysis method, using National Labor Force Survey (SAKERNAS) data especially in Java-Bali islands. The survey was carried out in 1993; 1996; 1999; 2003; and 2004. The data were published in Statistics Central Bureau. Data tabulation employs Microsoft Excel Program Under Windows XP. Data analysis employs frequency and cross tabulations. The study reveals that the economic crisis has affected the variation of economic growth in Java-Bali islands. Gross Regional Domestic Product (GRDP) has decreased (-3.34 % per annum) as long as the economic crisis period, bigger than decreasing of Gross National Product (–2.90% per annum). In spite of that after the economic crisis period the GRDP growth has risen (3.73 % per annum), however it's lower than the GNP rising (3.96% per annum). By sector, the economic crisis has risen of the service sector growth, however it has been decreased the labor productivity growth about –5.66 percent per annum. The impact of economic crisis to labour force participation rate is increase though various inter provinces. The male labour force participation rate is higher than the female, but the male labour force participation growth is lower (4.19 % per annum) than the female(5.31% per annum). The economic crisis has risen of the unemployment number in Jawa-Bali Islands is more than 60 percent of total Indonesian unemployment. Unemployment rate in Jawa-Bali islands since 1993 up to 2004 has increased 3.09 to 9.12. This research shows that characteristic province in high labour force participation rate, the unemployment rate is low. The unemployment rate and it's change pattern is various inter province and inter period, the highest unemployment number in every period is Capital Special Region of Jakarta Province (5.58 to 14.7), while the lower is Bali Province (1.32 to 4.66). Growth of female unemployment rate is higher than male unemployment rate. Total relative number of labor force of Java-Bali islands in 2003–2004 has decreased 62.28 percent to 61.10 percent of the total Indonesian labor. Spatially employment is characterized by the absolute number of male labor force is bigger than female labor force. Service is widest employment supply in the economic sectors in the most of parts province in Java-Bali islands, though the changing is continouesly decrease. The manufacture sectors has not fully capable to employment supply, however the sectors tend rising in absorbing of labor force. Though the agricultural sector has not highest to employment supply, however has an important roll absorbing of labor force, and this sector growth is continouesly rising. The relations between economic growths with the several aspect of manpower tend to negative. When the economic growth is raising the growth of force participation rate and labor force are lowering, while unemployment growth is rising. INTISARI : Penelitian ini bertujuan mengkaji perbedaan perkembangan partisipasi angkatan kerja, pengangguran, dan kesempatan kerja dari tahun 1993-2004 dari segi demografis dan keruangan. Penelitian menggunakan metode analisis data sekunder,

Penelitian ini akan menggambarkan jaringan sosial mahasiswa migran di daerah rantau, bagaimana be... more Penelitian ini akan menggambarkan jaringan sosial mahasiswa migran di daerah rantau, bagaimana bentuk interaksi mahasiswa sebagai pendatang dengan lingkungan sosial di daerah rantau, serta makna kerabat di daerah rantau. Penelitian dilaksanakan dengan metode deskriptif kualitatif dengan bentuk studi terpancang. Subjek penelitian adalah 15 orang mahasiswa IKIP PGRI Pontianak semester IV T.A 2014-2015 yang berstatus migran. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara mendalam yang selanjutnya dianalisis dengan metode analisis interaktif Huberman yang diperkuat dengan probing question untuk menggali keterangan yang lebih spesifik. Hasil penelitian menyatakan bahwa pertama jaringan sosial mahasiswa migran terbentuk di lingkungan kampus dan lingkungan tempat tinggal. Sebagian besar mahasiswa migran belum memiliki jaringan sosial yang luas karena pergaulan yang terbatas. Kedua, bentuk interaksi mahasiswa migran dengan lingkungan sosial berupa kerja sama ( cooperation ), persaingan (...
FISIP UNTAN, 2019
Rencana kegiatan yang diajukan untuk pengabdian kepada masyarakar

Handep Volume 2 No.1, 2018
ABSTRACT
Popular song lyrics are products of popular culture that convey messages and ideas fromt... more ABSTRACT
Popular song lyrics are products of popular culture that convey messages and ideas fromtheir creators to listeners. Starting from the author's memory of the song (mnemonic oflocus) which mentions communication tools, this study aims to describe the development
of communication technology recorded in popular song lyrics and their implications forlanguage development. The procedure of the research carried out included the confirmation phase of the songs, reading the text to find vocabulary related to communication technology and its use, thirdly conducting intertextual analysis of several songs to observe the intertextual relationship of song lyrics. The results of this study resulted in the development of communication technology recorded in the lyrics of popular Indonesian songs such as amateur radio, cable telephone, radio, pagers, cellular phones with text messages (Short Messaging Service), internet networks and social media.
Language development as an implication of the use of communication technology appears in the form of abbreviations, technical terms, codes and expressions relating to the use of communication technology. The intertextuality of popular song lyrics that record observed communication technology is indirect introductions, various communication situations using communication technology, and interference from the use of communication technology.
Keywords: song lyrics, popular culture, communication technology, language, reading texts
ABSTRAK
Lirik lagu populer merupakan produk budaya populer yang enyampaikan pesan dan gagasan dari penciptanya kepada para penyimak. Bermula dari ingatan penulis terhadap lagu (mnemonic of locus) yang menyebutkan alat komunikasi, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan teknologi komunikasi yang terekam
dalam lirik lagu populer dan implikasinya pada perkembangan bahasa. Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi tahap konfirmasi lirik lagu-lagu, melakukan reading teks untuk menemukan kosakata terkait teknologi komunikasi dan penggunaannya, ketiga melakukan analisis intertekstual terhadap beberapa lagu untuk mengamati adanya hubungan antarteks lirik lagu. Hasil penelitian ini menghasilkan perkembangan teknologi komunikasi yang terekam dalam lirik lagu populer Indonesia adalah radio amatir, telepon kabel, radio, pager,
telepon seluler dengan pesan teks (Short Messege Service), jaringan internet dan sosial media. Perkembangan bahasa sebagai implikasi penggunaan teknologi komunikasi muncul dalam bentuk singkatan, istilah teknis, kode dan ungkapan berkaitan penggunaan teknologi
komunikasi. Intertekstualitas lirik lagu populer yang merekam teknologi komunikasi yang teramati adalah perkenalan tidak langsung, berbagai situasi komunikasi menggunakan teknologi komunikasi, dan gangguan dari penggunaan teknologi komunikasi.
Kata Kunci : lirik lagu, budaya populer, teknologi komunikasi, bahasa, reading text

Kota Pontianak merupakan satah satu kota besar di Indonesia yang berada di tiga cabang sungai bes... more Kota Pontianak merupakan satah satu kota besar di Indonesia yang berada di tiga cabang sungai besar yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Pembatas geografis yangberupa sungi tersebut mengakibatkan kota Pontianak sebagai wilayah segi tiga emas. Seiring dengan perkembangan jaman dan berkembangnya pembangunan, Pontianak juga bergeliat membangun dan memperbaiki kotanya sehingga menjadi kota dengan fasilitas pelayanan yang mampu melayani penduduknya dengan maksimal. Pembanguna di kota Pontianak semakin terlihat dengan semakin banyaknya pembangunan disudut-sudut kota yang dikerjakan ahir-ahir ini. Selain itu geliat pembangunan ini dapat dilihat dari banyaknya penghargaan yang diperoleh kota Pontianak. Penilitian ini memiliki tujuan mengidentifikasi distribusi ketersediaan layanan (function of availability) fasilitas pelayanan publik di wilayah Kota Pontianak tahun 2018, dengan unit analisis kecamatan. Analisis data sekunder. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan kumpulan data sekunder dari instansi terkait yang akan dihitung dan dianalisis lebih lanjut. Penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya baik deskriptif maupun interpretasi angka. Penggunaan metode deskriftif bertujuan membuat deskripsi,gambaran atau lukisan secara sistematis faktual dan mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang dikaji. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa fasilitas pendidikan, kesehatan, dan ekonomi sudah mencukupi, hanya saja untuk pelayanan masih belum optimal.
Penelitian kependidikan seringkali memadukan berbbagai metode dan pendekatan tanpa konsistensi ya... more Penelitian kependidikan seringkali memadukan berbbagai metode dan pendekatan tanpa konsistensi yang eksplisit.

ABSTRACT
Dian Equanti
Galuh Bayuardi
The dual role is a challenge for the labor force of women... more ABSTRACT
Dian Equanti
Galuh Bayuardi
The dual role is a challenge for the labor force of women who enter the labor market. This study aims to determine the Labor Force Participation Rate (LFPR) of women in West Kalimantan by 2014 (1) age group and highest level of education attained; (2) Regency / City; (3) The main job opportunities; (4) The outpouring of working hours of women in West Kalimantan 2014 according to the highest educational attainment, and (5) according to the main job.
The study was a quantitative and qualitative descriptive study of secondary data National Labour Force Survey 2014 West Kalimantan Province. Analysis of the data using the distribution percentages and cross tabulation.
The results showed: (1) The labor force in Kalbar 2014 women aged 20-24 years, 40.34 percent had relatively low education with final diploma junior high and elementary school, one-third (34.89 percent) completed high school on either public or vocational and only 15.89 percent have obtained a diploma or degree. (2) Quality of the female workforce in West Kalimantan in 2014 is relatively low. Most of the workforce is female (74 percent) only have the highest educational attainment of less than upper secondary school. (3) Workers of women absorbed in the industrial sector amounted to 62.01 percent of JSE down. Highly educated workforce, excellent university diploma and more absorbed in the business of social services, respectively 13 percent and 29.36 percent. (4) Figures critical underemployment is highest in those who never went to school (11.63 per cent), 4.49 per cent at the junior level, and 5.83 percent for vocational educated workforce. (5) Distribution of the outpouring of hours of work 1-14 hours or also called underemployment critical almost a quarter (24.74 per cent) are in agriculture, trade (26.98 percent) and social services (30.77 percent). They are used excessively (over-utilized) more in the field of trade (33.94 percent), social services (25.09 per cent) and others.
Keywords: unemployment, participation, labor force, women
Drafts by G Bayuardi

Abstrak Meningkatnya kesadaran akan pembentukan karakter siswa, di antaranya menciptakan generasi... more Abstrak Meningkatnya kesadaran akan pembentukan karakter siswa, di antaranya menciptakan generasi muda yang peduli dengan kelestarian lingkungan, maka muncullah upaya penciptaan lingkungan belajar yang mendorong siswa peduli lingkungan lewat Sekolah Adiwiyata. Di Indonesia, penambahan wawasan lingkungan hidup diberikan lewat integrasi pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup dengan mata pelajaran lain yang diberikan mulai dari SD, hingga Pergururan Tinggi. Dampak dari pendidikan seharusnya tidak hanya muncul sebagai nilai kognitif, namun tampak pada perilaku peduli lingkungan, baik pribadi, hingga masyarakat luas. Oleh karena itu kehadiran Sekolah Adiwiyata perlu diapresiasi sebagai wahana melatihkan kebiasaan siswa agar mencintai, merasakan kenyamanan hidup yang serasi dengan alam. Spatial thingking adalah paradigma berpikir sadar lingkungan, lebih dari peduli lingkungan, namun menghargai sistem lingkungan di mana manusia berada. Dengan demikian integrasi spatial thingking dalam perencanaan sekolah adiwiyata adalah penanaman nilai-nilai kesadaran akan kondisi alam di mana sekolah berada, pemahaman keterkaitan faktor alamiah dan sosial yang membentuk kondisi lingkungan sekolah, untuk kemudian menghargainya sehingga memunculkan sikap dan budaya harmonis dengan lingkungan sekitar sekolah, baik terhadap lingkungan fisik maupun sosial.
Uploads
Conference Presentations by G Bayuardi
Kata kunci: evolusi sistem bahasa, ruang virtual, budaya
keberadaan sungai sangat mempengaruhi persebaran manusia. Hal ini disebabkan sungai menjadi sarana perhubungan yang paling memungkinkan di saat itu untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.Jejak persebaran atau perpindahan manusia bisa dilihat dari peninggalan-peninggalan yang ada di daerah aliran sungai (DAS). Sejak awal kehadiran manusia hingga sekarang, sungai telah menjadi urat nadi kehidupan dan berperan penting dalam dinamika peradaban dan evolusi lingkungan (Gunadi dkk, 2004: vii).
Menurut Wijanarko (2008), kota – kota di Kalimantan (khususnya Palangka Raya) pada dasarnya tumbuh dan berkembang dari cikal bakal permukiman tepi sungai . Permukiman tepi sungai sendiri tumbuh karena keberadaan sumber daya alam di sungai dan sekitarnya yang memberikan kemungkinan bagi manusia untuk membangun kehidupan. Berbagai sumber daya alam yang tersedia di sekitar sungai mampu menghidupkan perekonomian, mendorong pertumbuhan desa dan kota bahkan kerajaan-kerajaan dalam perjalanan di bumi Kalimantan (Gunadi dkk, 2004:vii).
Secara fisik, tidak bisa dipungkiri jika sumber daya alam yang terkandung di sungai seperti ikan, bahan tambang (pasir, emas, batu dll) dimanfaatkan manusia sebagai sumber pangan maupun penghidupan. Air sungai sendiri dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup (minum, mandi,cuci, kakus) dan jalur transportasi. Sementara tanah di sekitar sungai yang subur dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.Dengan pengetahuan yang dimilikinya, manusia mampu memanfaatkan segala sumber daya alam di sungai dan sekitarnya untuk kelangsungan hidupnya.Oleh karena itu keberadaan sungai juga menjadi salah satu pertimbangan manusia dalam memilih lokasi pemukiman karena ketersediaan sumber daya didalamnya.
Tidak hanya secara fisik, secara non fisik sungai juga memegang peranan penting pada kehidupan manusia.Bagi penduduk pribumi asli Kalimantan yaitu orang Dayak, sungai-sungai yang membentang disemua penjuru pulau merupakan orientasi hidup bahkan identitas diri (Mahin, 2015). Sebagai identitas diri orang-orang Dayak mengidentifikasi diri mereka dengan nama sungai yang melintas di kampung kelahiran merekamisalnya Oloh Katingan, Oloh Kapuas atau Oloh Kahayan . Pada kehidupan orang Dayak, sungai, hutan, dan tanah merupakan tiga elemen penting yang memungkinkan seseorang hidup sebagai seorang Dayak sejati. Selama berabad-abad, tiga elemen ini telah membentuk suatu identitas unik yang dikenal sekarang sebagai orang Dayak, kebudayaan Dayak, hukum adat Dayak dan kepercayaan Dayak (John Bamba dalam Sujarni Alloy dkk, 2008 : 19).
District of Kubu Raya
Andang Firmansyah1, Superman2, Galuh Bayuardi3
1 Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Tanjungpura, 2 Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Pontianak, 3 Program Studi Pendidikan Geografi IKIP PGRI Pontianak
[email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRACT
Transmigration is concept of inter-island migration in Indonesia, have started in Old Order era. The aim of this program is to distribute population along with encourage development across the country. This study aim to describe an in-depth construction of shifting views of Javanese trans-migrants community in Olak-Olak Village. The method of this study was qualitative research with case study strategy. Human was the prior instruments of collecting data. The main techniques are in-depth interviews, direct observation and document review. The village of Olak-Olak is one of self-supporting transmigration destinations organized by the Government of President Soekarno in 1959. Transmigration in the village was a successful program, although in the early days were the hardest time for transmigrants. The former group that came first in this village faced severe conditions to build settlements for the first time. The transmigrants open up peat forests and must adapt to river transportation which is very different from what they used to see in their home lands. The first generation of Transmigrants in Olak-Olak has broken the general view of the Javanese community of " eating or not, stay together ". They have a strong belief to “mati urip neng Kalimantan” (stay in Kalimantan, die or life). However, It is interesting that these migrants community still hold and preserve their original culture. Some tradition had change to adapt with local conditions, some another are lost in time as disappearance of old generation, also physically the lost connection with Java.
Keywords: Community, Migration, West Kalimantan
Tim Peneliti :
Dian Equanti, S.Si.,M.Pd
Galuh Bayuardi, S.Sos.,M.Si
Nelayan tradisional Indonesia tergolong penduduk yang rentan terhadap kemiskinan. Keterbatasan luas jangkauan area tangkap karena minimnya perlengkapan yang dimiliki, di samping hambatan kondisi cuaca menyebabkan penghasilan yang tidak menentu. Kondisi ini menyebabkan investasi pada hunian yang layak juga kecil. Dengan asumsi bahwa lingkungan permukiman nelayan adalah daerah pesisir dekat dengan muara sungai, dan pendapatan nelayan yang rendah, menyebabkan hunian rumah tangga nelayan berkualitas rendah.
Pemaparan asumsi kualitas hunian dan lingkungan permukiman daerah pesisir pada rumah tangga nelayan di atas tidaklah berlaku rata dalam distribusinya di seluruh permukaan bumi. Elemen-elemen penyusun karakteristik lingkungan maupun sosial akan mewarnai fenomena yang diamati, termasuk kualitas hunian dan lingkungan permukiman rumah tangga nelayan. Untuk mengamatinya diperlukan tahapan penelitian lapangan guna mengetahui kondisi nyata. Dalam rangka mengetahui kualitas lingkungan dan permukiman, dan kaitannya dengan faktor-faktor sosial ekonomi, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
Galuh Bayuardi1, Dian Equanti2, Agus Suwarno3
[email protected]; [email protected]; [email protected]
Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial
IKIP PGRI Pontianak
ABSTRAK
Perkembangan Kota Pontianak ke wilayah Kecamatan Pontianak Barat ditandai dengan berdirinya pusat pendidikan dan tumbuhnya permukiman-permukiman baru. Keramaian yang diakibatkan perkembangan kota telah mendorong para investor mendirikan ruko di sepanjang Jalan Ampera, Jalan Dr. Wahidin, Jalan Husein Hamzah, dan Jalan Danau Sentarum. Meskipun berada di kawasan permukiman padat, dengan jalan yang diperlebar dan selalu ramai, ternyata tidak berdampak signifikan pada okupansi ruko. Pengamatan lapangan menunjukkan banyak ruko dalam kondisi terbengkalai di kawasan sepanjang jalan tersebut. Penelitian ini bertujuan: satu, mengetahui persebaran ruko terbengkalai di sepanjang Jalan Ampera, Jalan Husein Hamzah, Jalan Dr. Wahidin dan Jalan Danau Sentarum; dan dua, mengetahui paradoks motif ekonomi dalam berinvestasi ruko dengan maraknya ruko yang terbengkalai. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi fotografi dan interpretasi citra Google Earth. Hasil penelitian ini berupa: pertama, peta distribusi ruko terbengkalai disertai analisis fotografi mengenai kondisi ruko terbengkalai; kedua, minat investasi ruko didorong asumsi imbal hasil yang tinggi seiring meningkatnya harga properti dari tahun ke tahun. Tingginya animo pemilik modal berinvestasi ruko tidak disertai semangat wirausaha untuk bergerak di sektor ekonomi riil. Disamping itu harga jual maupun sewa ruko yang tinggi, menyebabkan biaya produksi yang tidak menguntungkan bagi pengusaha, khususnya pemula. Hal ini menyebabkan banyak ruko tidak mendapat pembeli atau penyewa, bahkan ditinggalkan penyewanya.
Kata kunci: ruko, investasi, Google Earth, fotografi
Papers by G Bayuardi
Popular song lyrics are products of popular culture that convey messages and ideas fromtheir creators to listeners. Starting from the author's memory of the song (mnemonic oflocus) which mentions communication tools, this study aims to describe the development
of communication technology recorded in popular song lyrics and their implications forlanguage development. The procedure of the research carried out included the confirmation phase of the songs, reading the text to find vocabulary related to communication technology and its use, thirdly conducting intertextual analysis of several songs to observe the intertextual relationship of song lyrics. The results of this study resulted in the development of communication technology recorded in the lyrics of popular Indonesian songs such as amateur radio, cable telephone, radio, pagers, cellular phones with text messages (Short Messaging Service), internet networks and social media.
Language development as an implication of the use of communication technology appears in the form of abbreviations, technical terms, codes and expressions relating to the use of communication technology. The intertextuality of popular song lyrics that record observed communication technology is indirect introductions, various communication situations using communication technology, and interference from the use of communication technology.
Keywords: song lyrics, popular culture, communication technology, language, reading texts
ABSTRAK
Lirik lagu populer merupakan produk budaya populer yang enyampaikan pesan dan gagasan dari penciptanya kepada para penyimak. Bermula dari ingatan penulis terhadap lagu (mnemonic of locus) yang menyebutkan alat komunikasi, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan teknologi komunikasi yang terekam
dalam lirik lagu populer dan implikasinya pada perkembangan bahasa. Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi tahap konfirmasi lirik lagu-lagu, melakukan reading teks untuk menemukan kosakata terkait teknologi komunikasi dan penggunaannya, ketiga melakukan analisis intertekstual terhadap beberapa lagu untuk mengamati adanya hubungan antarteks lirik lagu. Hasil penelitian ini menghasilkan perkembangan teknologi komunikasi yang terekam dalam lirik lagu populer Indonesia adalah radio amatir, telepon kabel, radio, pager,
telepon seluler dengan pesan teks (Short Messege Service), jaringan internet dan sosial media. Perkembangan bahasa sebagai implikasi penggunaan teknologi komunikasi muncul dalam bentuk singkatan, istilah teknis, kode dan ungkapan berkaitan penggunaan teknologi
komunikasi. Intertekstualitas lirik lagu populer yang merekam teknologi komunikasi yang teramati adalah perkenalan tidak langsung, berbagai situasi komunikasi menggunakan teknologi komunikasi, dan gangguan dari penggunaan teknologi komunikasi.
Kata Kunci : lirik lagu, budaya populer, teknologi komunikasi, bahasa, reading text
Dian Equanti
Galuh Bayuardi
The dual role is a challenge for the labor force of women who enter the labor market. This study aims to determine the Labor Force Participation Rate (LFPR) of women in West Kalimantan by 2014 (1) age group and highest level of education attained; (2) Regency / City; (3) The main job opportunities; (4) The outpouring of working hours of women in West Kalimantan 2014 according to the highest educational attainment, and (5) according to the main job.
The study was a quantitative and qualitative descriptive study of secondary data National Labour Force Survey 2014 West Kalimantan Province. Analysis of the data using the distribution percentages and cross tabulation.
The results showed: (1) The labor force in Kalbar 2014 women aged 20-24 years, 40.34 percent had relatively low education with final diploma junior high and elementary school, one-third (34.89 percent) completed high school on either public or vocational and only 15.89 percent have obtained a diploma or degree. (2) Quality of the female workforce in West Kalimantan in 2014 is relatively low. Most of the workforce is female (74 percent) only have the highest educational attainment of less than upper secondary school. (3) Workers of women absorbed in the industrial sector amounted to 62.01 percent of JSE down. Highly educated workforce, excellent university diploma and more absorbed in the business of social services, respectively 13 percent and 29.36 percent. (4) Figures critical underemployment is highest in those who never went to school (11.63 per cent), 4.49 per cent at the junior level, and 5.83 percent for vocational educated workforce. (5) Distribution of the outpouring of hours of work 1-14 hours or also called underemployment critical almost a quarter (24.74 per cent) are in agriculture, trade (26.98 percent) and social services (30.77 percent). They are used excessively (over-utilized) more in the field of trade (33.94 percent), social services (25.09 per cent) and others.
Keywords: unemployment, participation, labor force, women
Drafts by G Bayuardi
Kata kunci: evolusi sistem bahasa, ruang virtual, budaya
keberadaan sungai sangat mempengaruhi persebaran manusia. Hal ini disebabkan sungai menjadi sarana perhubungan yang paling memungkinkan di saat itu untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.Jejak persebaran atau perpindahan manusia bisa dilihat dari peninggalan-peninggalan yang ada di daerah aliran sungai (DAS). Sejak awal kehadiran manusia hingga sekarang, sungai telah menjadi urat nadi kehidupan dan berperan penting dalam dinamika peradaban dan evolusi lingkungan (Gunadi dkk, 2004: vii).
Menurut Wijanarko (2008), kota – kota di Kalimantan (khususnya Palangka Raya) pada dasarnya tumbuh dan berkembang dari cikal bakal permukiman tepi sungai . Permukiman tepi sungai sendiri tumbuh karena keberadaan sumber daya alam di sungai dan sekitarnya yang memberikan kemungkinan bagi manusia untuk membangun kehidupan. Berbagai sumber daya alam yang tersedia di sekitar sungai mampu menghidupkan perekonomian, mendorong pertumbuhan desa dan kota bahkan kerajaan-kerajaan dalam perjalanan di bumi Kalimantan (Gunadi dkk, 2004:vii).
Secara fisik, tidak bisa dipungkiri jika sumber daya alam yang terkandung di sungai seperti ikan, bahan tambang (pasir, emas, batu dll) dimanfaatkan manusia sebagai sumber pangan maupun penghidupan. Air sungai sendiri dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup (minum, mandi,cuci, kakus) dan jalur transportasi. Sementara tanah di sekitar sungai yang subur dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.Dengan pengetahuan yang dimilikinya, manusia mampu memanfaatkan segala sumber daya alam di sungai dan sekitarnya untuk kelangsungan hidupnya.Oleh karena itu keberadaan sungai juga menjadi salah satu pertimbangan manusia dalam memilih lokasi pemukiman karena ketersediaan sumber daya didalamnya.
Tidak hanya secara fisik, secara non fisik sungai juga memegang peranan penting pada kehidupan manusia.Bagi penduduk pribumi asli Kalimantan yaitu orang Dayak, sungai-sungai yang membentang disemua penjuru pulau merupakan orientasi hidup bahkan identitas diri (Mahin, 2015). Sebagai identitas diri orang-orang Dayak mengidentifikasi diri mereka dengan nama sungai yang melintas di kampung kelahiran merekamisalnya Oloh Katingan, Oloh Kapuas atau Oloh Kahayan . Pada kehidupan orang Dayak, sungai, hutan, dan tanah merupakan tiga elemen penting yang memungkinkan seseorang hidup sebagai seorang Dayak sejati. Selama berabad-abad, tiga elemen ini telah membentuk suatu identitas unik yang dikenal sekarang sebagai orang Dayak, kebudayaan Dayak, hukum adat Dayak dan kepercayaan Dayak (John Bamba dalam Sujarni Alloy dkk, 2008 : 19).
District of Kubu Raya
Andang Firmansyah1, Superman2, Galuh Bayuardi3
1 Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Tanjungpura, 2 Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Pontianak, 3 Program Studi Pendidikan Geografi IKIP PGRI Pontianak
[email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRACT
Transmigration is concept of inter-island migration in Indonesia, have started in Old Order era. The aim of this program is to distribute population along with encourage development across the country. This study aim to describe an in-depth construction of shifting views of Javanese trans-migrants community in Olak-Olak Village. The method of this study was qualitative research with case study strategy. Human was the prior instruments of collecting data. The main techniques are in-depth interviews, direct observation and document review. The village of Olak-Olak is one of self-supporting transmigration destinations organized by the Government of President Soekarno in 1959. Transmigration in the village was a successful program, although in the early days were the hardest time for transmigrants. The former group that came first in this village faced severe conditions to build settlements for the first time. The transmigrants open up peat forests and must adapt to river transportation which is very different from what they used to see in their home lands. The first generation of Transmigrants in Olak-Olak has broken the general view of the Javanese community of " eating or not, stay together ". They have a strong belief to “mati urip neng Kalimantan” (stay in Kalimantan, die or life). However, It is interesting that these migrants community still hold and preserve their original culture. Some tradition had change to adapt with local conditions, some another are lost in time as disappearance of old generation, also physically the lost connection with Java.
Keywords: Community, Migration, West Kalimantan
Tim Peneliti :
Dian Equanti, S.Si.,M.Pd
Galuh Bayuardi, S.Sos.,M.Si
Nelayan tradisional Indonesia tergolong penduduk yang rentan terhadap kemiskinan. Keterbatasan luas jangkauan area tangkap karena minimnya perlengkapan yang dimiliki, di samping hambatan kondisi cuaca menyebabkan penghasilan yang tidak menentu. Kondisi ini menyebabkan investasi pada hunian yang layak juga kecil. Dengan asumsi bahwa lingkungan permukiman nelayan adalah daerah pesisir dekat dengan muara sungai, dan pendapatan nelayan yang rendah, menyebabkan hunian rumah tangga nelayan berkualitas rendah.
Pemaparan asumsi kualitas hunian dan lingkungan permukiman daerah pesisir pada rumah tangga nelayan di atas tidaklah berlaku rata dalam distribusinya di seluruh permukaan bumi. Elemen-elemen penyusun karakteristik lingkungan maupun sosial akan mewarnai fenomena yang diamati, termasuk kualitas hunian dan lingkungan permukiman rumah tangga nelayan. Untuk mengamatinya diperlukan tahapan penelitian lapangan guna mengetahui kondisi nyata. Dalam rangka mengetahui kualitas lingkungan dan permukiman, dan kaitannya dengan faktor-faktor sosial ekonomi, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
Galuh Bayuardi1, Dian Equanti2, Agus Suwarno3
[email protected]; [email protected]; [email protected]
Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial
IKIP PGRI Pontianak
ABSTRAK
Perkembangan Kota Pontianak ke wilayah Kecamatan Pontianak Barat ditandai dengan berdirinya pusat pendidikan dan tumbuhnya permukiman-permukiman baru. Keramaian yang diakibatkan perkembangan kota telah mendorong para investor mendirikan ruko di sepanjang Jalan Ampera, Jalan Dr. Wahidin, Jalan Husein Hamzah, dan Jalan Danau Sentarum. Meskipun berada di kawasan permukiman padat, dengan jalan yang diperlebar dan selalu ramai, ternyata tidak berdampak signifikan pada okupansi ruko. Pengamatan lapangan menunjukkan banyak ruko dalam kondisi terbengkalai di kawasan sepanjang jalan tersebut. Penelitian ini bertujuan: satu, mengetahui persebaran ruko terbengkalai di sepanjang Jalan Ampera, Jalan Husein Hamzah, Jalan Dr. Wahidin dan Jalan Danau Sentarum; dan dua, mengetahui paradoks motif ekonomi dalam berinvestasi ruko dengan maraknya ruko yang terbengkalai. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi fotografi dan interpretasi citra Google Earth. Hasil penelitian ini berupa: pertama, peta distribusi ruko terbengkalai disertai analisis fotografi mengenai kondisi ruko terbengkalai; kedua, minat investasi ruko didorong asumsi imbal hasil yang tinggi seiring meningkatnya harga properti dari tahun ke tahun. Tingginya animo pemilik modal berinvestasi ruko tidak disertai semangat wirausaha untuk bergerak di sektor ekonomi riil. Disamping itu harga jual maupun sewa ruko yang tinggi, menyebabkan biaya produksi yang tidak menguntungkan bagi pengusaha, khususnya pemula. Hal ini menyebabkan banyak ruko tidak mendapat pembeli atau penyewa, bahkan ditinggalkan penyewanya.
Kata kunci: ruko, investasi, Google Earth, fotografi
Popular song lyrics are products of popular culture that convey messages and ideas fromtheir creators to listeners. Starting from the author's memory of the song (mnemonic oflocus) which mentions communication tools, this study aims to describe the development
of communication technology recorded in popular song lyrics and their implications forlanguage development. The procedure of the research carried out included the confirmation phase of the songs, reading the text to find vocabulary related to communication technology and its use, thirdly conducting intertextual analysis of several songs to observe the intertextual relationship of song lyrics. The results of this study resulted in the development of communication technology recorded in the lyrics of popular Indonesian songs such as amateur radio, cable telephone, radio, pagers, cellular phones with text messages (Short Messaging Service), internet networks and social media.
Language development as an implication of the use of communication technology appears in the form of abbreviations, technical terms, codes and expressions relating to the use of communication technology. The intertextuality of popular song lyrics that record observed communication technology is indirect introductions, various communication situations using communication technology, and interference from the use of communication technology.
Keywords: song lyrics, popular culture, communication technology, language, reading texts
ABSTRAK
Lirik lagu populer merupakan produk budaya populer yang enyampaikan pesan dan gagasan dari penciptanya kepada para penyimak. Bermula dari ingatan penulis terhadap lagu (mnemonic of locus) yang menyebutkan alat komunikasi, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan teknologi komunikasi yang terekam
dalam lirik lagu populer dan implikasinya pada perkembangan bahasa. Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi tahap konfirmasi lirik lagu-lagu, melakukan reading teks untuk menemukan kosakata terkait teknologi komunikasi dan penggunaannya, ketiga melakukan analisis intertekstual terhadap beberapa lagu untuk mengamati adanya hubungan antarteks lirik lagu. Hasil penelitian ini menghasilkan perkembangan teknologi komunikasi yang terekam dalam lirik lagu populer Indonesia adalah radio amatir, telepon kabel, radio, pager,
telepon seluler dengan pesan teks (Short Messege Service), jaringan internet dan sosial media. Perkembangan bahasa sebagai implikasi penggunaan teknologi komunikasi muncul dalam bentuk singkatan, istilah teknis, kode dan ungkapan berkaitan penggunaan teknologi
komunikasi. Intertekstualitas lirik lagu populer yang merekam teknologi komunikasi yang teramati adalah perkenalan tidak langsung, berbagai situasi komunikasi menggunakan teknologi komunikasi, dan gangguan dari penggunaan teknologi komunikasi.
Kata Kunci : lirik lagu, budaya populer, teknologi komunikasi, bahasa, reading text
Dian Equanti
Galuh Bayuardi
The dual role is a challenge for the labor force of women who enter the labor market. This study aims to determine the Labor Force Participation Rate (LFPR) of women in West Kalimantan by 2014 (1) age group and highest level of education attained; (2) Regency / City; (3) The main job opportunities; (4) The outpouring of working hours of women in West Kalimantan 2014 according to the highest educational attainment, and (5) according to the main job.
The study was a quantitative and qualitative descriptive study of secondary data National Labour Force Survey 2014 West Kalimantan Province. Analysis of the data using the distribution percentages and cross tabulation.
The results showed: (1) The labor force in Kalbar 2014 women aged 20-24 years, 40.34 percent had relatively low education with final diploma junior high and elementary school, one-third (34.89 percent) completed high school on either public or vocational and only 15.89 percent have obtained a diploma or degree. (2) Quality of the female workforce in West Kalimantan in 2014 is relatively low. Most of the workforce is female (74 percent) only have the highest educational attainment of less than upper secondary school. (3) Workers of women absorbed in the industrial sector amounted to 62.01 percent of JSE down. Highly educated workforce, excellent university diploma and more absorbed in the business of social services, respectively 13 percent and 29.36 percent. (4) Figures critical underemployment is highest in those who never went to school (11.63 per cent), 4.49 per cent at the junior level, and 5.83 percent for vocational educated workforce. (5) Distribution of the outpouring of hours of work 1-14 hours or also called underemployment critical almost a quarter (24.74 per cent) are in agriculture, trade (26.98 percent) and social services (30.77 percent). They are used excessively (over-utilized) more in the field of trade (33.94 percent), social services (25.09 per cent) and others.
Keywords: unemployment, participation, labor force, women
Dalam perkembangannya sebagai kajian terhadap kebudayaan berbagai pendekatan berkembang dengan pesat, mulai dari Thick description yang diperkenalkan oleh Clifford Geerzt dalam karya nya The Religion of Java yang kemudian berkembang dengan analisis Interpretif yang juga tertuang dalam Interpretation of Culture, Politic and Religion, dan Culture and Religion. Pendekatan ekologis juga pernah digunakan dalam buku Agriculture Involution. Baik secara tersurat ataupun tersirat kajian budaya lekat dengan tidakan-tindakan politis dalam proses budaya yang tercermin dari interaksi dalam masyarakat dengan kebudayaan tertentu. Mashab dekonstruktifisme juga turut mewarnai dalam kajian antropologi kritis, sebut saja seperti Marvin Harris, yang mengusung istilah antropologi baru atau neo marxis.
Dan Pendekatan ilmu antropologi terus berkembang sesuai dengan fenomena-fenomena kontemporer sehingga berbagai pendekatan dari ilmu bahasa, lingustik, dan beberapa ilmu lain turut memperkaya pisau analisis para antropolog hari ini.
Kegiatan ini sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Pihak Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yaitu Dekan serta jajaran beliau, terimakasih juga kepada Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPKM) beserta staf beliau yang telah memberikan dukungan serta kemudahan-kemudahan yang diberikan.
Dayak Bidayuh di Perbatasan Entikong dan Tebedu. Buku ini merupakan
hasil penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena sosial
budaya di kawasan per-batasan antar negara, juga sebagai bentuk
perwujudan dari Tridharma Perguruan Tinggi.
Kajian ini menjadikan Dayak Bidayuh di Perbatasan negara
Indonesia dan Malaysia sebagai objek kajian. Di Indonesia terdapat
Bidayuh Sontas yang merupakan asal nenek moyang Bidayuh
Entubuh yang ada di Malaysia. Bidayuh Sontas dan Bidayuh Entubuh
memiliki sistem kekerabatan yang sama dan sangat memelihara ikatan
kekerabatan di antara mereka. Kehadiran negara dan perbedaan
kewarganegaraan di antara keduanya tidak menjadi halangan bagi
mereka untuk terus menjadi satu keluarga.
menurut kurikulum berlaku di Program Studi Pendidikan Geografi IKIP
PGRI Pontianak 2016/2017. Secara klasikal, KKL II diberikan dalam bentuk
kuliah yang diisi materi pengenalan konsep, tujuan KKL, dan tema KKL pada
periode pelaksanaan. Tema KKL dirumuskan bersamaan dengan
penentuan lokasi KKL. Dengan alasan praktis pragmatis, lokasi KKL
disesuaikan dengan kemampuan anggaran, aksessibilitas dan sumber daya
peserta dan penyelenggara, baik mahasiswa maupun dosen pengampu.
Setelah tema KKL II dan lokasi penelitian diputuskan, dosen pengampu
menyusun instrumen pengambilan data. Penyelenggaraan KKL II
diserahkan kepada mahasiswa sebagai panita sekaligus pelaksana. Panitia
dengan berkonsultasi kepada dosen koordinator KKL II, bertanggungjawab
atas teknis pelaksanaan KKL II, mulai dari alokasi anggaran, akomodasi,
kebutuhan logistik, perlengkapan, alat ukur yang dibawa, izin penggunaan
lokasi, dan lain sebagainya.
Puncak pelaksanaan KKL II adalah pengambilan data di lokasi
yang telah ditetapkan. KKL II diakhiri dengan penyusunan laporan KKL II
oleh mahasiswa sebagai bukti dan syarat pengambilan mata kuliah.
Laporan pertanggungjawaban diserahkan kepada pemberi dana dan program studi.
Penerbit: KEPEL PRESS
Tahun Terbit: 2017
Daerah/Wilayah: Kalimantan Tengah
ISSN/ISBN: 978-602-356-192-6
Kosmologi masyarakat Ngaju tidak dapat dilepaskan dari Kaharingan yang merupakan keyakinan asli suku Dayak. Dalam kehidupan sehari-hari, kosmologi masyarakat Ngaju di desa Pangi, dapat dilihat dari pengetahuan dan kepercayaan mereka dalam memandang lingkungan alam tempat mereka tinggal serta bagaimana mereka memanfaatkannya. Sungai yang merupakan salah satu bentang alam memiliki peran besar dalam kehidupan masyarakat. Dalam pengetahuan masyarakat, sungai dinilai memiliki sumber daya yang melimpah. Batang yang pada awalnya menjadi pusat aktivitas dan interaksi masyarakat di sungai tidak lagi dapat ditemukan di desa Pangi. Dalam pengetahuan masyarakat Ngaju di desa Pangi, air sungai Kahayan juga dinilai tidak lagi baik digunakan sebagai sumber air minum seperti di era tahun 1970-an. Hal yang menarik, meski secara fisik sungai mulai ditinggalkan namun secara non fisik, sungai masih dijadikan orientasi dan pedoman hidup masyarakat Ngaju. Penyebutan arah yang mengacu pada aliran sungai yaitu hulu-hilir, mengacu pada arah darat-sungai yaitu tinggi-rendah sekaligus dapat digunakan untuk menyebutkan arah mata angin. Pandangan warga Pangi mengenai sungai juga dapat diketahui dari keyakinan mereka terhadap keberadaan mahluk-mahluk adikodrati. Air yang mengalir di sungai dipandang mengandung khasiat tertentu yang baik bagi tubuh. Dalam kepercayaan warga Pangi, disepanjang alirannya, air sungai melarutkan beragam zat kekayaan alam seperti mineral, tumbuh-tumbuhan, serta urat-urat kayu sehingga air sungai diyakini mengandung obat berbagai penyakit dan bermanfaat bagi tubuh manusia. Dengan khasiat ini, air sungai dipercaya mampu membersihkan yang sudah bersih, menyucikan yang suci. Makna akan air ini tidak hanya dipegang teguh oleh pemeluk Kaharingan, bahkan pemeluk agama lain masih ada yang tetap meyakini dan menerapkan konsep ini dalam kehidupannya.
Permasalahan yang umum terjadi pada daerah ataupun kawasan wisata alam adalah munculnya masalah lingkungan berupa rusaknya lingkungan pantai akibat tidak pedulinya masyarakat dan pengunjung dalam menjaga lingkungan. Contoh nyata masalah yang dijumpai adalah dengan banyaknya masyarakat dan pengunjung yang membuang sampah sembarangan tidak pada tempatnya.
Pantai batu burung jika dibandingkan dengan objek wisata pantai yang lain yang berdekatan dengannya merupakan objek wisata yang kurang diminati. Keadaan ini dapat dilihat dengan membandingkan pengunjungnya yang relatif sedikit dan biasanya didominasi pengunjung yang merupakan masyarakat yang mempunyai hobi memancing. Walaupun demikian tanda-tanda tercemarnya lingkungan pantai dengan limbah bungan pengnjung mulai terlihat. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya ini dikarenakan karena tempat pebuangan sampah yang ada belum menadai. Jumlah tempat sampah yang ada sangat sedikit dan terlihat banyak tempat sampah yang rusak dan dibiarkan begitu saja.