Papers by Zakiyuddin Baidhawy
The discourse about the development of

Pancasila pada hakikatnya dapat kita pandang sebagai wajah dari Tauhid Sosial yang termanifestasi... more Pancasila pada hakikatnya dapat kita pandang sebagai wajah dari Tauhid Sosial yang termanifestasi dalam kehidupan sosial-poltik. Umat Islam sebagai mayoritas penduduk negeri ini tidak perlu ragu bahwa Pancasila merupakan bagian dari sistem ideologi yang memiliki dasar-dasar teologis dan filosofis Islam. Pancasila bukanlah ideologi
taghutsebagaimana disangsikan oleh minoritas di kalangan Muslim. Karena itu, kajian ini merekomendasikan kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan seluruh unsurnya agar dalam rangka sosialisasi empat pilar negara – Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika – perlu melibatkan pihak-pihak umat Islam, baik yang ada dalam parlemen maupun di luar parlemen, yang
selama ini masih mengalami krisis kepercayaan terhadap ideologi negara ini. Sosialisasi empat pilar harus mampu meyakinkan bahwa sila-sila dalam Pancasila mengandung sistem tauhid sosial dan nilai-nilainya telah terobjektifikasi dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Konsep dan praktik ahlu dhimmah dalam Islam sering dipandang sebelah mata oleh kaum triumphalis p... more Konsep dan praktik ahlu dhimmah dalam Islam sering dipandang sebelah mata oleh kaum triumphalis pembela hak-hak asasi manusia. Islam memiliki pengalaman panjang dalam sejarah sosial-politik berkaitan dengan bagaimana memperlakukan kaum minoritas. Ahlu Dhimmah sudah ada sejak fase pertama masyarakat politik berdiri di bawah pemerintahan Muhammad saw. Ahlu Dhimmah bukan semata doktrin bahkan juga seperangkat lembaga yang mengatur hak-hak kaum non-Muslim dalam sistem negara atau politik Islam.

Kajian fikih klasik mainstream menjadikan agama
sebagai basis legitimasi hak-hak politik.... more Kajian fikih klasik mainstream menjadikan agama
sebagai basis legitimasi hak-hak politik. Orang yang berbeda agama tidak berhak mendapat pengakuan dan perlakuan politik yang sama. Kerangka Fikih Kebinekaan membuka tafsir baru atas persoalan tersebut dijiwai kesadar an kebangsaan yang inklusif, sejalan dengan tujuan negara menurut Al-Quran dan Hadis. Fikih Kebinekaan juga menjadi antitesis dari ancaman gejala intoleransi dan sektarianisme yang menguat dalam beberapa tahun
terakhir ini. Kekerasan dan konflik sektarianisme di Timur Tengah yang belum terlihat surut harus menjadi cermin bagi Indonesia agar tidak terjerumus ke lubang yang sama. Membudayakan pemahaman keagamaan yang terbuka dan non-diskriminatif, terutama di lingkungan pendidikan dan generasi muda, akan membendung gejala penyesatan (takfirisme) yang kian
mencemaskan. Singkat kata, Fikih Kebinekaan merupakan upaya ijtihadi Islam berkemajuan dalam kerangka keindonesiaan dan kemanusiaan.
Sulit dimungkiri bahwa Pancasila sebagai ideologi negara sedang mengalami krisis kepercayaan. Uma... more Sulit dimungkiri bahwa Pancasila sebagai ideologi negara sedang mengalami krisis kepercayaan. Umat Islam sebagai mayoritas sebagian masih bercita-cita mengembalikan tujuh kata pada sila pertama dalam Piagam Jakarta.
Sebagian lain berjuang untuk menegakkan syariat Islam. Sebagian lagi menolak bukan hanya Pancasila, tetapi bahkan hendak menggantikan NKRI dengan khilafah Islamiah dan negara Islam.
Apa yang membuat Muhammadiyah bertahan lebih dari satu abad? Mengapa pada abad kedua ini
Muhamma... more Apa yang membuat Muhammadiyah bertahan lebih dari satu abad? Mengapa pada abad kedua ini
Muhammadiyah terus menyinari negeri? Dua pertanyaan sederhana, tapi fundamental terkait survivalitas
dan sustainabilitas Muhammadiyah sebagai organisasi dan gerakan dakwah Islam.
Islam berkemajuan dan peradaban utama yang diusung Muhammadiyah bersinggungan dengan progresivita... more Islam berkemajuan dan peradaban utama yang diusung Muhammadiyah bersinggungan dengan progresivitas dunia kontemporer. Gerakan-gerakan civil society global menggeliatkan peran dan fungsi sosial terbarukan.
Kecenderungan ini adalah ide dan praksis “filantropi baru”. Dalam satu dasawarsa terakhir, organisasi ini sedang giat merambah tiga ranah pembaruan melengkapi tiga ranah kovensional.
Tiga ranah itu adalah Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Muhamamdiyah (Lazismu), Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), dan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM).
Tulisan ini hendak menyoroti kreativitas kepemimpinan Lazismu dalam mengawal agenda pencerahan peradaban bangsa. Mengawal dengan Islam berkemajuan, salah satunya di sektor filantropi.

This article examines the role of the Muhammadiyah as the largest civil Islam movement in Indones... more This article examines the role of the Muhammadiyah as the largest civil Islam movement in Indonesia in promoting moderation in the Muslim community. This study focuses on the Muhammadiyah’s efforts to establish its social ideals within the framework of civil society and the ummah. The findings of this study state that the social ideals of the Muhammadiyah to establish “Masyarakat Islamyang Sebenar-benarnya” (the Truly Islamic Society [MIYS]) have been implemented by playing its role in three domains. First, in thepolitical domain the movement has utilized the public sphere and public opinion to democratize the state through collective deliberation and checks and balances on the state and public institutions, enforcing moderation and civility in diversity, and influencing the direction of state policy. Second, in the economic domain, the Muhammadiyah has attempted to build self-reliance, justice, and economic welfare through the development of religious-social philanthropy; to represent itself as the articulator and advocator of the interests of the marginalized people; and to build a healthy business for the social welfare. Third, in the cultural domain, it portrays itself as an intellectual and moral strength to enlighten the nation’s reason and conscience, to build consensus with the pillars of the state, as well as to enforce contestation and alternatives to the state.
Perkembangan Muslim di Negara New Zealand, meski hanya 1% dari total populasi, namun perlahan dan... more Perkembangan Muslim di Negara New Zealand, meski hanya 1% dari total populasi, namun perlahan dan pasti jumlahnya terus meningkat.
Studi Islam sebagai suatu disiplin mandiri semakin kaya dari segi data dan juga metodologi. Studi... more Studi Islam sebagai suatu disiplin mandiri semakin kaya dari segi data dan juga metodologi. Studi Islam kontemporer juga sangat banyak mengambil manfaat dari kekayaan metodologi yang berkembang dalam ilm-ilmu sosial dan humaniora. Inilah yang mendorong Studi Islam semakin tumbuh dan berkembang pesat karena isu dan perspektif menjadi interdisiplin dan multidisiplin

The ideological and political agenda of different groups are often put forward by way of hate spe... more The ideological and political agenda of different groups are often put forward by way of hate speech and intolerant messages towards members of different ethno-religious groups. In this context, religious education could play a key part in promoting more positive views about diversity. This article presents an investigation into the curriculum of existing Islamic Religious Education in four junior high schools in Solo, as well as teachers and students' perceptions regarding religious diversity. The research results show that the curriculum lacks content that aims at co-existence and peace education. Also, around a third of the teachers and students reported intolerant attitudes towards different religions. The results were then followed up by a pilot project to develop the Islam-based Peace Education (IPE), which aims at building pacifist character in youth, through teaching mutual respect, non-violence, social justice, and co-existence, by using Islamic values derived from al-Qur'an and Sunnah.

Staf Pendidik pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Presidium Jaringan Intelekt... more Staf Pendidik pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Presidium Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) Pendahuluan Satu abad adalah perjalanan panjang. Kini, Muhammadiyah telah melewatinya. Penandanya ialah Muktamar Satu Abad di Yogyakarta dan Milad Muhammadiyah Satu Abad yang baru berlalu. Muktamar dan Milad Satu Abad merupakan perhelatan akbar yang krusial, karena ia menjadi cermin tentang perlunya "gerakan tajdid" sebagai identitas dakwah Muhammadiyah untuk direvitalisasi. Revitalisasi (baca: tajdid) gerakan dakwah sangat mendesak agar organisasi Islam ini tidak berkubang dalam kontinuitas tanpa perubahan. Tujuannya ialah agar Muhammadiyah keluar dari cangkangnya, yakni kejumudan dakwah yang terperangkap dalam rutinitas amal usaha minus kreativitas dan inovasi, baik dalam aspek pemikiran maupun praksis. Abad kedua merupakan batu ujian bagi Muhammadiyah. Apakah Muhammadiyah mampu membangkitkan kembali elan vital sebagai gerakan dakwah pembaruan, atau justru makin memfosil dan lapuk dimakan ganasnya pergulatan ideologi dan pemikiran. Meski Rasulullah Muhammad pernah memprediksi bahwa setiap seratus tahun akan muncul mujadid baru yang gigih memperbarui agamanya (man yujaddidu laha dinaha), boleh jadi peluang ini dimanfaatkan oleh gerakan dakwah Islam lainnya. Refleksi atas perjalanan sejarah selama seabad Muhammadiyah, perlu disambut dengan penuh harap. Karena itu, tulisan ini bermaksud meneropong pergeseran-pergeseran paradigma dalam gerakan dakwah Muhammadiyah sejak awal berdiri hingga awal abad 21. Tulisan ini juga berupaya mengajukan percikan pemikiran alternatif untuk mendayung kembali gerakan tajdid sesuai dengan semangat zamannya (zeigeist) dan epistemenya.

Poverty and impoverishment in the world currently continue to increase as a result of distributiv... more Poverty and impoverishment in the world currently continue to increase as a result of distributive justice systems and its principles that became the basis of contemporary economics did not succeed in allocating and distributing resources justly. Based on this problem, this study aimed at describing the Islamic response to the problem of distributive injustice, and how necessarily the state played a role in upholding distributive justice. Through the thematic-induction method and the synthetic analysis, the study finds out several findings as follows. Firstly, Islam formulated three principles of distributive justice as follows: the Distribution of natural and the environmental resources was in the framework of participation; the Redistribution of the wealth and the income were joint responsibility of ascertaining social security, the increase in the capacity and the authority for them who were disadvantage; and the Role of the state was certainty that was complementary for the ethical market in order to guarantees the sense of justice and the achievement of public welfare. Secondly, according to Islam, the process of the redistribution of the wealth and the income aimed at giving social security on the fulfillment of basic needs for the poor; strove for the increase in the capacity through education and skills; and increased the poor's bargaining position through their participation in decision making that was linked with their interests and the control on its implementation. Thirdly, the intention of establishing justice was to gain both individual and public welfare and the happiness (al-fala>h}).
British Journal of Religious Education, 2007
Indonesia has experienced a paradigm shift during the last decade in the framework of managing so... more Indonesia has experienced a paradigm shift during the last decade in the framework of managing societal diversity because of an increase in ethnic and religious conflict. This shift impacts education because school curricula must address issues of living together as a nation united despite differences in religion and ethnicity. This is especially true of the Religious Education curriculum. But since the New Order era (Soeharto regime, 1966(Soeharto regime, -1998, Religious Education has been misused by the state to limit freedom of religion and to promote a model that is not sensitive to diversity and differences. It is critical, however, that Religious Education be rooted in a multicultural perspective supported by theological insight.
Page 1. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural Vf ii ii kiiin Idami I > 11K1111 \... more Page 1. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural Vf ii ii kiiin Idami I > 11K1111 \ a ini Z;iki\ikMIii l>. ii < 11 i ; iw \ telah membuka "|)inln masa depan" kajian pendidikan agama rcorak inullikiilluralisinc <ii liiiloncsia Vzyumardi ...
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997
dalam Zakiyuddin Baidhawy dan M. Thoyibi (ed), …, 2005
Rentang historis melintas batas spektrum peradaban dunia telah membawa umat Islam terus berupaya ... more Rentang historis melintas batas spektrum peradaban dunia telah membawa umat Islam terus berupaya dan mencari jalan untuk mengembangkan teknologi yang efektif bagi kehidupan individu dan komunitas. Berbagai tradisi filsafat, spiritualitas dan fikih telah memberi kontribusi penting untuk kemajuan dan pencarian bersama ini. Lebih dari itu, ada suatu konvergensi yang sangat nyata dan bahkan konsensus yang signifikan di antara tradisi-tradisi itu.
Uploads
Papers by Zakiyuddin Baidhawy
taghutsebagaimana disangsikan oleh minoritas di kalangan Muslim. Karena itu, kajian ini merekomendasikan kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan seluruh unsurnya agar dalam rangka sosialisasi empat pilar negara – Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika – perlu melibatkan pihak-pihak umat Islam, baik yang ada dalam parlemen maupun di luar parlemen, yang
selama ini masih mengalami krisis kepercayaan terhadap ideologi negara ini. Sosialisasi empat pilar harus mampu meyakinkan bahwa sila-sila dalam Pancasila mengandung sistem tauhid sosial dan nilai-nilainya telah terobjektifikasi dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
sebagai basis legitimasi hak-hak politik. Orang yang berbeda agama tidak berhak mendapat pengakuan dan perlakuan politik yang sama. Kerangka Fikih Kebinekaan membuka tafsir baru atas persoalan tersebut dijiwai kesadar an kebangsaan yang inklusif, sejalan dengan tujuan negara menurut Al-Quran dan Hadis. Fikih Kebinekaan juga menjadi antitesis dari ancaman gejala intoleransi dan sektarianisme yang menguat dalam beberapa tahun
terakhir ini. Kekerasan dan konflik sektarianisme di Timur Tengah yang belum terlihat surut harus menjadi cermin bagi Indonesia agar tidak terjerumus ke lubang yang sama. Membudayakan pemahaman keagamaan yang terbuka dan non-diskriminatif, terutama di lingkungan pendidikan dan generasi muda, akan membendung gejala penyesatan (takfirisme) yang kian
mencemaskan. Singkat kata, Fikih Kebinekaan merupakan upaya ijtihadi Islam berkemajuan dalam kerangka keindonesiaan dan kemanusiaan.
Sebagian lain berjuang untuk menegakkan syariat Islam. Sebagian lagi menolak bukan hanya Pancasila, tetapi bahkan hendak menggantikan NKRI dengan khilafah Islamiah dan negara Islam.
Muhammadiyah terus menyinari negeri? Dua pertanyaan sederhana, tapi fundamental terkait survivalitas
dan sustainabilitas Muhammadiyah sebagai organisasi dan gerakan dakwah Islam.
Kecenderungan ini adalah ide dan praksis “filantropi baru”. Dalam satu dasawarsa terakhir, organisasi ini sedang giat merambah tiga ranah pembaruan melengkapi tiga ranah kovensional.
Tiga ranah itu adalah Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Muhamamdiyah (Lazismu), Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), dan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM).
Tulisan ini hendak menyoroti kreativitas kepemimpinan Lazismu dalam mengawal agenda pencerahan peradaban bangsa. Mengawal dengan Islam berkemajuan, salah satunya di sektor filantropi.
taghutsebagaimana disangsikan oleh minoritas di kalangan Muslim. Karena itu, kajian ini merekomendasikan kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan seluruh unsurnya agar dalam rangka sosialisasi empat pilar negara – Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika – perlu melibatkan pihak-pihak umat Islam, baik yang ada dalam parlemen maupun di luar parlemen, yang
selama ini masih mengalami krisis kepercayaan terhadap ideologi negara ini. Sosialisasi empat pilar harus mampu meyakinkan bahwa sila-sila dalam Pancasila mengandung sistem tauhid sosial dan nilai-nilainya telah terobjektifikasi dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
sebagai basis legitimasi hak-hak politik. Orang yang berbeda agama tidak berhak mendapat pengakuan dan perlakuan politik yang sama. Kerangka Fikih Kebinekaan membuka tafsir baru atas persoalan tersebut dijiwai kesadar an kebangsaan yang inklusif, sejalan dengan tujuan negara menurut Al-Quran dan Hadis. Fikih Kebinekaan juga menjadi antitesis dari ancaman gejala intoleransi dan sektarianisme yang menguat dalam beberapa tahun
terakhir ini. Kekerasan dan konflik sektarianisme di Timur Tengah yang belum terlihat surut harus menjadi cermin bagi Indonesia agar tidak terjerumus ke lubang yang sama. Membudayakan pemahaman keagamaan yang terbuka dan non-diskriminatif, terutama di lingkungan pendidikan dan generasi muda, akan membendung gejala penyesatan (takfirisme) yang kian
mencemaskan. Singkat kata, Fikih Kebinekaan merupakan upaya ijtihadi Islam berkemajuan dalam kerangka keindonesiaan dan kemanusiaan.
Sebagian lain berjuang untuk menegakkan syariat Islam. Sebagian lagi menolak bukan hanya Pancasila, tetapi bahkan hendak menggantikan NKRI dengan khilafah Islamiah dan negara Islam.
Muhammadiyah terus menyinari negeri? Dua pertanyaan sederhana, tapi fundamental terkait survivalitas
dan sustainabilitas Muhammadiyah sebagai organisasi dan gerakan dakwah Islam.
Kecenderungan ini adalah ide dan praksis “filantropi baru”. Dalam satu dasawarsa terakhir, organisasi ini sedang giat merambah tiga ranah pembaruan melengkapi tiga ranah kovensional.
Tiga ranah itu adalah Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Muhamamdiyah (Lazismu), Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), dan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM).
Tulisan ini hendak menyoroti kreativitas kepemimpinan Lazismu dalam mengawal agenda pencerahan peradaban bangsa. Mengawal dengan Islam berkemajuan, salah satunya di sektor filantropi.
waktu. Globalisasi di satu sisi berjasa membuat hidup manusia lebih
ber ke majuan, progresif; di sisi lain globalisasi juga bertanggung jawab
telah membuat kehidupan sebagian umat manusia lebih menderita.
Bila kemajuan merupakan tujuan dari globalisasi, para penentangnya
meman dang telah mengalami kegagalan kolosal. Kekuatan-kekuatan
pasar dan birokrasi internasional telah mendikte aturan-aturan dengan
akibat-akibatnya yang telah terbukti di seputar kita.
telah membuat kehidupan sebagian umat manusia lebih menderita. Bila kemajuan merupakan tujuan dari globalisasi, para penentangnya meman dang telah mengalami kegagalan kolosal. Kekuatan-kekuatan pasar dan birokrasi internasional telah mendikte aturan-aturan dengan akibat-akibatnya yang telah terbukti di seputar kita.